DYAH RATNA WULAN

Daftar isi 

 Dyah Ratnawulan - 01









 Isi

Dyah Ratnawulan 01

  Majapahit, abad ke empat belas. Setelah Sang Prabu Kertarajasa mangkat pada tahun 1309, putera mahkota, Raden Kalagement naik tahta Kerajaan Majapahit menggantikan kedudukan ayahnya, dan bergelar Sang Parbu Jayanagara. Akan tetapi, raja muda ini banyak menimbulkan perasaan kecewa dan tidak senang di kalangan para panglima tua, yaitu panglima-panglima mendiang Prabu Kertarajasa. Banyak hal yan tidak mereka setujui berhubung dengan penobatan itu. Pertama menurut faham mereka, Raden Kalagement masih terlampau muda untuk memikul tugas menjadi raja di Kerajaan Majapahit yang demikian besar dan jaya dan mereka menyangsikan apakah pemuda yang baru berusia lima belas tahun ini akan dapat memberi pimpinan yang bijaksana seperti mendiang ayahnya. Kedua, mereka berpendapat bahwa sungguhpun Raden Kalagemet merupakan putera tunggal karena keturunan yang lain adalah putriputeri belaka, namun ibu dari putera mahkota ini adalah seorang puteri dari Malayu yang bernama Dara Petak atau Sri Indreswari. Hal ini amat mengecewakan hati para panglima karena menurut pendapat mereka, yang berhak menjadi raja di Majapahit harus seorang keturunan Majapahit aseli. Adapun hal ketiga yang amat mendatangkan rasa tidak puas dan tidak senang kepada mereka adalah bahwa di dalam pemerintahan Jayanagara ini terdapat seorang Kepala Agama Syiwa yang sangat besar kekuasaannya. Kepala Agama Syiwa ini bernama Bagawan Mahapati yang amat sakti mandraguna, cerdik pandai lagi kebal terhadap segala macam senjata. Bagawan Mahapati tidak disukai oleh para panglima yang telah banyak membantu Raden Wijaya atau Prabu Kertarajasa dalam membangun keraton Majapahit. Menurut anggapan mereka, Bagawan Mahapati ini adalah seorang pendeta yang mabok akan kemewahan hidup dan kedudukan tinggi, bahkan mereka menaruh hati syakwasangka bahwa bukan tak mungkin pendeta itu telah mempergunakan aji kesaktiannya untuk memasang guna-guna sehingga Prabu Jayanagara yang masih muda itu berada di bawah pengaruhnya. Telah banyak panglima-panglima tua yang mengajukan usul dan nasihat kepada Prabu Jayanagara agar supaya mereka itu dienyahkan dari kerajaan. Akan tetapi, segala nasihat ini tidak dihiraukan oleh Sang Parbu yang masih muda belia itu, terutama sekali oleh karena ibunya juga berfihak dan membela Bagawan Mahapati. Tiga hal diatas itu merupakan sebagian daripada sebab-sebab sehingga tak lama sejak Sang Prabu Jayanagara naik tahta, timbulah pemberontakan-pemberontakan yang dipimpin oleh para panglima ayahnya dahulu, di antaranya: RanggaLawe, Sora dan Nambi.  RanggaLawe adalah seorang panglima gagah perkasa yang menjadi bupati di Tuban. Dahulu, panglima ini pernah di janjikan angkat patih oleh mendiangPrabu Kertarajasa, akan tetapi janji ini tak pernah dipenuhi. Juga Prabu Jayanagara yang diam-diam mendapat bujukan dan bisikan dari Bagawan Mahapati, tidak mau memenuhi janji mendiang ayahnya itu. Maka berontaklah Rangga Lawe. Akan tetapi, masih banyak panglima-panglima gagah perkasa yang membela Prabu Jayanagara, terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati,maka gagallah pemberontakan Rangga Lawe itu. Ia tewas oleh panglima tua Kebo Anabrang. Panglima sora menjadi marah sekali mendengar tentang tewasnya Rangga Lawe dalam tangan Kebo Anabrang karena sesungguhnya mereka semua itu adalah kawan-kawan seperjuangan ketika masih membela Prabu Kertarajasa dahulu. Sora mencari Kebo Anabrang sebagai pembalasan dendam atas kematian Rangga Lawe. Setelah itu, maka berontaklah pula Panglima Sora yang pada waktu itu menjabat patih di Daha. Akan tetapi, ternyata Prabu Jayanagara masih dibela oleh orang-orang pandai sehingga pemberontakan inipun gagal, Patih Sora dapat dibinasakan.Setelah itu, pemberontakan-pemberontakan susul-menyusul, diantaranya pemberontakan Juru Demung dalam tahun 1313 dan Gajah Biru dalam tahun 1314. Namun, semua pemberontakan itu dapat dipadamkan. Yang paling hebat adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Raden Nambi, putera dari Aria Wiraraja, karena sebetulnya diantara semua pemberontakan yang timbul, pemberontakan inilah yang amat menyusahkan hati Sang Prabu Jayanagara .Hubungannya dengan Aria Wiraraja dan Raden Nambi tadinya amat baiknya dan mereka ini telah dianggap sebagai keluarga dekat. Aria Wiraraja adaah seorang panglima yang amat setia dan paling besar jasanya terhadap mendiang Prabu Kertarajasa,dan jasanya dalam membangun Majapahit amatlah besarnya. Oleh karena itu mendiang Parabu Kertarajasa membalas jasa Aria Wirarajadengan mengangkatnya menjadi perdana menteri dan menjadikannya wakil raja di Lumajang, sedangkan puteranya Raden Nambi, diangkat menjadi patih di Majapahit. Semenjak terjadi peberontakan-pemberontakan dan tewasnya Rangga Lawe dan lainlain panglima tua. Aria Wiraraja merasa tak senang sekali dan ia tidak pernah datang berkujung menghadap kepada raja di Majapahit, dan pada masa itu, "mogok sowan" ini dilakukan untuk menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan pemerintahan Prabu Jayanagara. Raden Nambi yang menjadi patih di Majapahit, juga diam-diam meninggalkan ibukota dan tinggal di Lumajang bersama-sama ayahnya. Tentu saja hal ini amat mengecewakan dan menyedihkan hati Prabu Jayanagara. Beberapa kali Bagawan Mahapati dan lain-lain panglima membujuk kepada raja untuk menggempur Lumajang, akan tetapi, Sang Prabu masih merasa segan dan malu hati untuk memerangi Aria Wiraraja, orang tua yang telah banyak berjasa itu. Akhirnya setelah Aria Wiraraja meninggal dunia, barulah tentara Majapahit dikerahkan dan di bawah pimpinan raja sendiri, Lumajang digempur.Raden Nambi dan anak buahnya melakukan perlawanan mati-matian sehingga korban di kedua fihak jatuh bertumpuk-tumpuk. Betapapun juga, fihak Majapahit lebih kuat dan lebih banyak, terutama berkat kesaktian Bagawan Mahapati, akhirnya Raden Nambi beserta seluruh keluarganya dibinasakan. Dan di dalam geger peperangan di Lumajang itulah maka cerita ini dimulai.  Di antara banyak panglima di Lumajang yang gugur dalam peperangan menghadapi serbuan tentara Majapahit, terdapat seorang senopati muda yang gagah perkasa bernama Nagawisena. Senopati ini adalah seorang muda yang menjadi sahabat baik Raden Nambi dan tadinya juga tinggal di ibukota dan ikut pergi dengan Raden Nambi dari kotaraja untuk menyatakan tidak senangnya terhadap pemerintahan terhadap Jayanagara. Isteri Nagawisesa adalah seorang cantik jelita yang berkulit kekuning-kuningan dan bernama Dara Lasmi, yang sesungguhnya adalah seorang wanita dari Malayu. Ketika dahulu kedua puteri dari Malayu, Dara Petak dan Dara Jingga yang menjadi isteri-isteri dari Prabu Kertarajasa, datang di Majapahit, Lasmi menjadi seorang di antara pelayan-pelayan kedua puteri itu, dan masih kanak-kanak. Berkat ketangkasan dan jasa Nagawisena, maka akhirnya ia jutuh cinta kepada Lasmi, mendapat kurnia raja dan dinikahkan dengan Lasmi. Dalam pernikahan ini, mereka mendapatkan seorang puteri yang diberi nama Ratnawulan. Ketika Nagawisena gugur dalam perang melawan tentara Majapahit, Dara Lasmi membawa anaknya lari dari Lumajang. Sambil menahan tangisnya karena kehancuran hatinya mendengar betapa suaminya yang tercinta itu gugur dalam peperangan dan ia tidak mempunyai kesempatan untuk menengok jenazah suaminya, Dara Lasmi menarik tangan puterinya yang baru berusia sepuluh tahun ini, berlari-lari keluar dari gerbang kota Lumajang sebelah barat. Sebagaimana sudah lajim terjadi dalam sebuah keributan, terutama keributan yang ditimbulkan oleh perang, banyak hal-hal yang tak patut terjadi dan dilakukan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Demikianpun dalam petempuran di Lumajang ini, banyak anak buah dari bala tentara Majapahit melakukan penyelewengan-penyelewengan merampok harta benda penduduk Lumajang, dan bini orang yang masih muda dan cantik. Oleh karena itu, usaha Dara Lasmi untuk melarikan diri keluar dari kota bukanlah hal yang mudah. Baru saja keluar dari rumahnya, ia telah bertemu dengan dua orang tentara Majapahit yang segera menyerbunya ketika melihat wanita muda yang cantik jelita ini berlari dengan anaknya. Dara Lasmi berdiri dengan mata terbelalak lebar ketika melihat dua orang tentara musuh itu maju mendekatkan. Ia mendekap anaknya yang menangis ketakutan, lalu menghadapi kedua tentara Majapahit itu sambil berkata. "Jangan kalian menggangguku, aku adalah isteri dari Senopati Nagawisena!" Ia hendak mempergunakan nama suaminya yang cukup terkenal untuk membikin takut kedua orang itu. Akan tetapi mereka bahkan tertawa geli mendengar Dara Lasmi menyebut nama ini. Seorang di antara mereka, yang bermuka bopeng karena dimakan penyakit cacar berkata. "Ha,ha, ha, jadi kau puteri dari Malayu" Kebetulan sekali, sudah lama aku mengilar dan merindukan seorang puteri Malayu!" Ia melangkah maju dengan kedua tangan dibentangkan, siap untuk menubruk. "Mundur!" teriak Dara Lasmi." Apakah kau tidak takut kepada Senopati Nagawisena" Akan dihancurkan kepalamu kalau ia mendengar tentang ke kurang ajaranmu!" * Tentara yang seorang lagi, yang bermuka hitam,tertawa mengejek. "Ha,ha! Jangan kau menakut-nakuti kami, manis! Suamimu, pemberontak Nagawisena itu,telah mempus dimedanyuda!" Kemudian ia berkata kepada kawannya yang bermuka bopeng. "Bandu, biarlah kau mendapkan puteri Malayu yang denok ayu ini, dan perawan kecil yang molek mungil itu bagianku. Aku cukup sabar menanti baranglimatahun lagi, tentu ia akan menjadi bunga yang lebih harum dan segar daripada ibunya.Ha, ha,ha,!" Selagi kedua orang itu tertawa-tawa dengan lagak menjemukan, marahlah Dara Lasmi. Ucapan-ucapan yang amat menghina itu membuat mukanya yang cantik menjadi merah padam dan kemarahannya tak dapat ditahan lagi. Ia lalu membawa Diah Ratnawulan ke tepi jalan, kemudian ia mencabut keris yang terselip di ikat pinggangnya. Gerakannya cepat dan trengginas sekali. Memang nasib kedua orang tentara Majapahit itu yang sial. Mereka tidak tahu siapakah adanya wanita cantik yang mereka ganggu. Dara Lasmi bukanlah wanita sembarangan dan dahulu, ketikaia masih tinggal bersama dengan orang tuanya di tanah Malayu, ia telah mendapat latihan pencak silat dari ayahnya, seorang pendekar yang cukup terkenal. Setelah menjadi isteri Nagawisena, Dara Lasmi bahkan memperdalam ilmu silatnya. Suaminya sendiri, Nagawisena, banyak mendapat kemajuan dalam ilmu berkelahinya dari isterinya ini. Kedua orang tentara Majapahit itu makin keras suaranya ketika melihat Dara Lasmi mencabut keris. Apakah daya seorang wanita lemah lembut dan secantik itu" Sebagai dua orang perajurit yang kenyang akan pengalaman pertempuran tentu saja sikap Dara Lasmi tidak menakutkan hati mereka, bahkan menggelikan. Mereka salingpadang, kemudian si muka bopeng berkata. "Lihat calon kekasihku ini! Gagah sekali bukan" Biar kutangkap dia!" Sambil berkata demikian, si muka bopeng itu menubruk maju sambil mengembangkan kedua lengannya, bagaikan seekor harimau menubruk kambing. Akan tetapi, dengan padangan matanya yang tajam. Dara Lasmi berlaku waspada dan cepat sekali ia melangkah kesamping, mengelak dari terkaman laki-laki buas itu. Begitu tubuh laki-laki itu menyambar lewat, secepat kilat kerisnya menyambar kearah lambung. Perajurit itu terkejut sekali * dan cepat memiringkan tubuhnya ke samping untuk menghindarkan diri dari tusukan maut ini, akan tetapi ia kalah cepat dan kulitnya masih tergores keris sehingga mengucurlah darah dari lambungnya! Barulah terbuka mata kedua orang perajurit itu! Rasa sakit karena kulit lambungnya pecah membuat si muka bopeng menjadi marah sekali dan sekaligus kegairahan hatinya memiliki puteri jelita itu berubah menjadi nafsu untuk membunuh! Ia mencabut klewangnya yang tergantung di pinggang. "Kau ingin mampus!" serunya dan klewangnya menyambar kearah leher Dara Lasmi! Akan tetapi, pada saat itu, DaraLasmi telah berubah menjadi seorang pendekar wanita. Setiap otot dan urat di dalam tubuhnya menegang, sepasang matanya yang indah bening itu memancarkan cahaya berapi, hawa yang keluar dari pernapasan panas! Ketika Klewang ditangan lawannya menyabar kearah leher tanpa berkedip sedikitpun DaraLasmi mengelak cepat, bukan untuk menjauhi lawan, akan tetapi bahkan ia menyelinap di bawah sambaran klewang itu dan kaki kanannya melangkah masuk di barengi dengan luncuran kerisnya yang cepat sekali gerakannya, maka."cepp!" keris itu menancap perut lawannya sampai ke gagangnya! Sebagai seorang ahli silat yang mahir, Dara Lasmi secepat itu pula mencabut kerisnya,dibarengi dengan gerakan tangan kiri mendorong ke depan dan tubuhnya cepat membalik kebelakang menjauhi lawan. Untuk beberapa saat tubuh si muka bopeng seperti kejang dan kaku, klewangnya terlepas dari tangan, matanya memandang terbelalak ke depan. Kemudian ia memekik ngeri, kedua tangannya mendekap perut yang mengucurkan banyak darah dan tubuhnya mulai bergoyang-goyang kekanan kiri, kedua kakinya limbung terhuyung-huyung dan akhirnya ia roboh bagaikan pohon pisang di tumbangkan orang! Si muka hitam semenjak tadi berdiri kesima dan bengong, hampir tak percaya akan kejadian yang disaksikannya. Setelah melihat kawannya roboh tak berkutik lagi, barulah ia sadar bahwa ia bukan sedang mimpi. Dipegangnya tombak di tangan. Sebenarnya ia telah merasa ngeri dan seram menghadapi seorang puteri yang luar biasa ini, akan tetapi ia bermaksud untuk merobohkan puteri itu dengan sekali tusukan tombaknya. Dara Lasmi berlaku tenang sekali. Ketika tombak yang ditujukan kearah dadanya itu meluncur dengan kencangnya, ia hanya menggeser kakinya dan memiringkan tubuhnya sehingga tombak yang ditusukkan itu meluncur lewat di samping tubuhnya, kemudian sebelum lawannya sempat menarik kembali tombak itu, tangan kirinya cepat menangkap batang tombak dan kakinya melangkah maju dengan keris di tangan kanan yang masih berlumuran darah itu siap ditusukkan. * Akan tetapi, si muka hitam itu ternyata berhati pengecut dan tiba-tiba ia melepaskan tombaknya lalu membalikkan tubuh dan lari tunggang langgang! Dara Lasmi melepaskan tombak itu dan memandang dengan dada masih berombak karena marah, melihat orang yang berlari cepat dan hanya nampak kedua telapak kaki orang itu yang seakan-akan menendangi pantatnya sendiri! Diah Ratnawulan berlari memeluk ibunya. Barulah Dara Lasmi lenyap marahnya dan ia mengucap syukur kepada Gusti yang Maha Agung bahwa yang menyerangnya hanya dua orang. Kalau yang menyerangnya berjumlah banyak, sungguhpun ia akan dapat melindungi diri sendiri, akan tetapi belum tentu ia akan dapat melindungi anaknya. Pikiran ini membuat ia cepat memasuki rumahnya kembali dan ketika tak lama kemudian ia keluar, ia telah berubah menjadi seorang wanita yang berpakaian compang camping dan mukanya penuh dengan Lumpur dan arang, menutupi kecantikannya. Demikianlah, wanita yang bernasibmalangini,lalu pergi keluar dari pintu gerbang sebelah barat. Untung baginya bahwa di situsunyi karena peperangan berlangsung disebelah utarakotadan ia dapat keluar dari Lumajang dengan selamat. Dengan tindakan cepat ia mengandeng anaknya berlari terus kebarat. Diah Ratnawulan biarpun baru berusia sepuluh tahun, akan tetapi ia memiliki kekerasan hati seperti ibunya. Biarpun ia telah merasa betapa kedua kakinya lelah dan sakit sekali, ia menguatkan hati dan menggigit bibirnya,terus berjalan setengah berlari di samping ibunya. Baru setelah mereka berjalan lama dan jauh meninggalkan kota sehingga suara pekik sorak orang-orang yang bertempur tak kedengaran lagi, Ratnawulan mengeluh dan berkata perlahan. "Ibu. apakah kita tidak mengaso dulu.?" Dara Lasmi berhenti dan mnunduk memandang kearah kedua kaki puterinya. Hatinya terasa perih sepertitertusuk pisauketika melihat betapa kedua kaki anaknya itu bengkak-bengkak dan pinggirnyatelah pecah-pecah. Dua titik air mata menetes turun dna ia cepat merangkulanaknya. "Manis, kita belum boleh mengaso dulu.?" * Dara Lasmi berhenti dan menunduk, memandang ke arah kedua kaki puterinya. Hatinya terasa perih seperti tertusuk pisau ketika melihat betapa kedua kaki anaknya itu bengkak-bengkak dan pinggirnya telah pecah-pecah. Dua titik air mata menetes turun dan ia cepat merangkul anaknya. "Manis ,kita belum boleh mengaso, belum cukup jauh dari Lumajang. Marilah kau kugendong, nak!" Setelah berkata demikian, Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan terus berlari lagi, lurus kearah barat di mana nampak menjulang tinggi Gunung Mahameru. Sebagai seorang isteri senopati yang dapat disebut bangsawan juga, ia jarang *sekali melakukan perjalanan keluar rumah dari rumah, apalagi melakukan perjalanan sejauh itu, belum pernah ia lakukan.Maka tentu saja telapak kakinya menjadi lemah dan kulit telapak kakinya yang halus lemas bagaikan sutera. Kini, melakukan perjalanan jauh melalui tanah berbatu dan menerjang tetumbuhan berduri, kedua kakinya telah luka-luka dan telapak kakinya bahkan telah bengkak dan pecah-pecah. Akan tetapi, ia menguatkan diridan sambil menggendong anaknya yang telah kepayahan, ia berlari terus memasuki hutan dikaki Gunung Mahameru itu. Haripun mulai menjadi gelap karena senjakala mendatang. Setelah tiba di dalam hutan yang sunyi, barulah ia berhenti mengaso di dekat sebatang anak sungai yang amat jernih airnya. Ia menurunkan Diah Ratnawulan yang segera duduk di atas rumput dan menggosok-gosok kakinya yang amat sakit. Anak itu mulai menangis perlahan-lahan sambil mengeluh. "Sakitkah kakimu,Wulan?" Tanya ibunya dengan suara penuh iba. Ratnawulan hanya mengangguk dan ibunya lalu memeriksa kaki anaknya yang pecahpecah kulit telapaknya itu. Ia lalu menggendong anknya kedalam anak sungai dan mencuci kaki anak itu.Ratnawulan menjerit kesakitan karena luka-luka di telapak kaki itu ketika terkena air yang dingin terasa sakit dan perih sekali. "Biarlah sakit sedikit, Wulan. Luka-luka ini harus dicucui,kalau tidak, akan menjadi bengkak dan menghebat." Setelah telapak kaki Ratnawulan dicuci bersih, Dara Lasmi lalu memotong ujung kembennya (kain pengikat pinggang) dengan keris, dan dibalutnyalah kedua kakianaknya itu. * Setelah itu, barulah ia mencuci dan membalut keduakakinya sendiri dan kedua orang yang bernasibmalangini lalumengaso di bawah sebatang pohon ketapang. Rasa sakit pada kakinya mengurang dan hal ini membuat Ratnawulan dapat merasai rasa lapar yang menyerang perutnya. Beberapakali ia memandang ibunya yang duduk melamun seperti kehilangan semangatitu,akan tetapi ia tidak membukamulut.Iamaklumbahwa semenjakpagi tadiibunya pun belum makan danmaklum pula bahwa ibunya tidak membawa makanan apa-apa, maka ia tidak berani menyatakan bahwa perutnya lapar. "Ibu," akhirnya suara anak itu memecah kesunyian. Ibunya memandang dan seakan-akan baru sadar dari mimpi,karena ia lalu mendekati anaknya dan merangkulnya.Kepala anaknya diraih dan didekapdi atas pangkuannya dan kembali air mata mulai membasahi bulu matanya. "Adaapakah, Wulan" Masih sakitkah kakimu?" Ia menekan perasaannya agar supaya anaknya jangansampai mendengar suaranya yang mengandung isak. Ratnawulan menggeleng diatas pangkuan ibunya, akan tetapianak ini tak dapat menahan lagi dan mulai menangis tersedu-sedan.Dengan penuh kasih sayang dankeharuan hati, Dara Lasmi mengelus-elus rambut anaknya yang hitam dan panjangitu,lalu berkata, "Anakku sayang kau lelah sekali" Biarlah malam inikita mengaso di sini, dan besok kalau kau tidakkuat berjalan, ibuakan menggendongmu." Ratnawulan menahan isaknya. "Ibu besok kitaakan pergi kemanakah?" Kalau saja orang lain yang mengajukanpertanyaan ini, tentu DaraLasmi takkan kuat menahan tangisnya, karenasesungguhnya ia sendiri puntidak tahuke manakah ia harus pergi. Akantetapi ia tidak mau menyusahkan hati anaknya,anak yangmasih kecil dan belum tahu apa-apa ini, maka iamenjawab sambil memaksabibirnya terseyum karena anaknya telah memandang wajahnya. * "Wulan, besok kita pergi mendakibukit itu.Disanaindah sekali pemandangannya, kita selanjutnya tinggal dipuncakgunung,di mana banyak terdapatbinatangyang indah-indah. Aku akan menangkap kijang, kelinci, danpelanduk untukmu. Disanabanyak pula kembang yang cantik dan harum baunya, banyak pula buah-buahan yang lezat rasanya." Mendengar ibunya menyebut buah, terasa pula lapar didalam perut Ratnawulan. "Banyak buah-buah, ibu?" "Ya, na, banyak buah-buahan yang lezat. Pisang,jambu,mangga, jeruk, semua terdapatdi puncakitu. Maka sekarang tidurlahagar besok pagikita dapat melanjutkan perjalanan." Hening sejenak. "Ibu.?" "Ya, sayang?" "Betul-betul banyak buah disana,bu?" "Tentu, nak. Ibu tak pernah membohong, bukan?" "Dan sekarang.ke manakah kita harus mencari makanan, ibu?" Dara Lasmi merasaseakan-akanlehernya tercekik dan biarpun ia telah menahannya, namun dua butir air mata tak dapat dicegah lagi, menitik turun dari kedua matanya. * "Wulan, anakku. Kau. kau laparkah.?" Ratnawaulan mempereratpelukan kedua tangannya ke pinggang ibunya akantetapi ia tidak menjawab. Dan dalam kesunyian itu, terdengar jawaban dari perut anak itu yang berkeruyuk menyatakan kelaparannya. Bukan main terharunya hati Dara Lasmi.Iamemeluk anaknyadan menciumi mukanya."Wulan. anakku,sayang. tahankanlah untuk malam ini, anakku.Besok akankucarikan makanan untukmu!" Dan kini iatak dapatmenahan lagi membanjirnya air matanya yang membasahi rambutanaknya. Ratnawulanjuga menangis lagidan memeluk pinggang ibunyamakin erat. "Wulan, kau sudah besar, usiamu sudahsepuluh tahun. Kauharus dapat menahan penderitaan inidengangagah, seperti Pendekar Wanita Halimi yang gagah perkasa itu!" "Ibu, ceritakanlah tentangPendekar Hamili itu." Keadaan telah gelap benarkarena malamtelah tiba. Kalau keadaan tidak segelap itu tentu Dara Lasmi akanmelanjutkan perjalanan, mencari tempat di mana mungkin terdapat pohon yang berbuah. Maka ialalu mulaibercerita untuk menghibur anaknya. "Puteri Hamili dibuang ke dalam hutan belukar olehibutirinya yangkejam, dengan maksudagar supaya PuteriHamili mati kelaparandi dalam hutan yang hanya penuh dengan pohonjati dan randu itu. Telah tiga hari tiga malam Puteri Hamiliberjalan di dalam hutan tak kuasa mencari jalankeluar, karena hutanitu amat luas dan liar. Selama tiga hari tiga malam, PuteriHamili tidak makan nasi sebutirpun dan tidak minum air barang setetespun. Ia merasa amat lapar." "Tentuia lapar sekali, ibu, danjuga haus." "Memang, Wulan,lebihlapardan labih haus daripada kita." "Ia kuat sekali, ibu." * "Memang, PuteriHamili amat kuat dan gagah perkasa. Pada hari keempat, datanglah seekor srigala jahat dan kejam menjumpainya." "Srigala itu yang bagaimana, ibu?" "Srigala adalah anjing hutan, yang jauh lebih kejamdan lebih kotor daripadaanjing, lagi pula ia besardan kuatsertaliar sekali!" "Aduh, tentu Puteri Hamiliamat ketakutan." "Tidak, Wulan. Puetri Hamilitakkenal takut!Ia gagah perkasalagi kuatimannya. Srigala datang membawa seika tbuah pisang yang sudah masak, dan dengan suarapenuh bujuk rayu ia mempersembahkan pisang raja itu kepada Puteri Halimi sambil bernyanyi: "Duhan Hamili yang cantik rupawan Hamba datang menghibur tuan, Terimalah seikat pisang raja Asalkan mau menjadi isteri hamba!" Dasa Lasmi menceritakan dongeng inisambil menirusuara yang parau danmenyanyikan lagu itu sehingga anknya amat tertarik. "Ia menipu! Ia mau membujuk danmenipu! Bagaimana seorang puteri cantik harusmenjadi isteri srigala?" teriak Ratnawulan dengan gembira,lupa samasekali akan rasalaparnya! * Ibunya tersenyum. "Kalau kau menjadi Hamili,apakah kau akan mau menerima persembahan itu, Wulan?" "Tidaksudi, tidak sudi!" jawabanaknya. "Sungguhpun kauamatlapar?" "Tidaksudi! Biar kutahan rasalaparku!" jawab pula anak itu penuh semangat. "Nah, demikianpunPuteriHalimi. Ia menolakkerasdan menjawabdengannyanyian pula: "Wahai srigala jahanam angkara! Tiga hari tiga malam aku berpuasa, Namun bujukanmu ini, tak sudi aku terima! Ketahuilah, Puteri Hamili tahan menderita. Lapar danhaus gangguan biasa. Enyahlah kau, srigalam enyahlah! Puteri Hamili puteri yang gagah!" "Bagus!" Ratnawulan berteriak sambil tersenyum-senyum dan bertepuk tangan. "Demi mendengar jawabanini, srigalamenjadi marah lalu ia menyerang puteri inidengan terkamannya sambil membukamulutnya yang lebarpenuh dengan gigi yang runcing dan mengerikan." * "Aduh, lalu bagaimana, ibu?" Ratnawulan menggunakan kedua tangannya menekan kedua pipi dan matanya terbelalak lebar memandang wajahibunya yang hanya nampak samara-samar di bawah penerangan bintang-bintang yang suram itu. "Puteri Hamili tak gentar sedikitpun juga. Ia mencabut pandangnya dan dengan gagah ia melawansehingga srigala itu mati dengan dada tertembus pedang." Ratnawulan menariknapaspanjang karena lega hatinya.Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas rumput, dan meletakkan kepalanya diatas pangkuan ibunya. DaraLasmi melanjutkanceritanya diseling nyanyian-nyanyianyang merdu, karena memang suaranya amat nyaringdan iapandai sekali bernyanyi dan mendongeng. Akhirnya tertidurlah Ratnawulan tanpa teringat sedikitpun akan kelaparan perutnya. Setelah tarikan napas anakitu menyatakan bahwaia telahtidur nyenyak barulah Dara Lasmi menghentikan nyanyian-nyanyiannya dan ialalu duduk melamun sambil menaruh tangannya diatas kepala anaknya. Ia mengenangkan segala peristiwa pagi tadidan tak terasa pula ia menangis lagi, yang ditahan-tahannyaagar jangan sampai menimbulkan suara dan mengganggu anaknya yang sedang tidur. Hatinya penuh dendam dan sakit hati kepda Kartika yang telah menjadi pembunuh suaminya. Kalau suaminyasebagai seorang senopati gugur di dalam peperangan secara sah, ia akan rela karena gugur adalah hal yang tidak memalukan dansudahsewajarnya bagi seorangpanglima perang. Iatakkan menaruh hati dendam kepada siapapunjuga, tidak kepadaKerajaan Majapahit, maupun kepada orang-orang tertentu. Kewajiban seorang panglima danperajurit hanya untuk membela Negara danbangsa, membela kerajaan dan junjungan, membela pimpinannya,tanpa memusingkanpikiran tentang urusanyang menimbulkan pertikaian dan peperangan itu. Kalau ia menang, ia akanmemperoleh jasa dan kedudukan, kalauia gugur, iaakan menjadi kesumaNegara dan menjadi pahlawan. Akan tetapi, yaitu Kartika, yang tadinya dianggai sebagai sahabat baik dan setia. Sepekan sebelum terjadi peprangan, Kartika datang darikota raja mengunjungi suaminya. Sikapnya ketika memandangnya telah menimbulkan rasa jijik dan tak senang di dalam hatinya karena sebagai seorangwanita yang berperasaan halus ia dapat menangkap artisinar mata laki-lakiitu.Akan tetapi oleh karena Kartika dan suaminya, telahmenjadi sahabatkarib semenjak mereka masih tinggaldi kota raja, maka ia diam saja dan pura-pura tidak melihat sinar mata yang mengandung kekurangajaranitu.Kartikaadalah murid tersayang dari Bagawan Mahapati, dan kedatangannya itu untukmembujuk-bujukNagawisena agar supaya suka membantu serbuan tentaraMajapahitdan suka membela Prabu Jayanagara. Akan tetapi, suaminya menjawab dengan suara tetap. * "Kartika, kalausaja yang mengeluarkan ucapan inibukankau, yang telah kuanggap sebagai saudara sendiri, tentu sekarang juga bukan mulutku yang bicara, melainkan kerisku. Dengarlah! Aku telah bersumpah setia kepada Raen Nambi dan sebagai seorang senopati Lumajang, aku akan membela Lumajang dengan jiwa dan ragaku. Siapapun juga yang mengganggu Lumajang, akan kuhadapi dengan keris di tangan dan biarpun aku harusberkorbannyawa, aku rela." "Aduh, sahabatku yangkucinta!" Kartika dengan wajahnya yang tampan itu membayangkan keharuan hati danmulutnya mengeluarkan ucapanyang amat manis." Bagaimana hatiku akan rela melihat kau binasa di bawah serbuan tentara Majapahit?" "Apa boleh buat, Kartika. Kalau sudah tiba masanyakau menjadi perajurit Majapahit dan menyerbu ke Lumajang, terpaksa aku akan meramkan mata dan menghadapimu dengan senjata di tangan,denganpendirianbahwa penyerbu Lumajang adalahmusuh Negara yang harus kulawan dengan gigih." Kartikamenjadi amatkecewa mendengar pernyataan Nagawisena yang tak tertundukkan itu, maka sebagai penutup kata ia berkata. "Nagawisena, sahabatku.Betapapunmenyesal dankecewa rasahatiku, namun apabila benar-benar barisanMajapahit menyerbu ke sini, akan kuusahakan agar kaujangan sampai tewas dalam peperangan itu." "Tewashanyalah berpulang ke tempat asal, Kartika. Dan tiada yang lebih mulia bagi seorang senopati melainkan tewas dengan tombak tertancapdi dada." Demikianlah, Kartika kembali kekota raja melaporkan kegagalannya.Danpagi tadi, ketika perang tanding sedang memuncak dan ramainya.Nagawisena yang mengamuk hebat tiba-tiba berhadapan dengan Kartika. "Sayang, Kartika! Terpaksa kita harus berhadapan dengan senjata di tangan!" ata Nagawisena dengan gagah. * Akan tetapi, tiba-tiba Kartikamelemparkan senjatanya ke atas tanah dan berkata dengan uara berduka. "Ngawisena, benar-benarkahakan sekejam itu hatimu" Tidak ingatkahkau betapa dahulukita di masa kanak-kanak bersama-sama mandi di Begawan, mencari sarangsarang burung dan bermain-main" Ah, kawan, aku tak tega mengangkat senjata kepadamu!" "Kartika, jangan kauselemah itu!" kataNagawisena sambil mengertak giginya, mengeraskan ati. "Tidak, Nagawisena, tidak!Kitatak boleh saling meyerangi! Simpanlah kembali kerismu dan biarkan aku memelukmu sekali lagi!" "Kita dimedanperang, Kartika,jangan bersikap seperti wanita lemah!" "Kabulkan permintaanku yangterakhirini, Nagawisena. Simpanlah senjatamu dan biarkan aku memelukmu sekali lagi. Setelah itu, terserah kepadamu kalau hendakmelanjutkan pertempuran. Pelukanterakhir ini berarti banyak bagiku, sahabatku yang baik. Siapa tahu, kalau bukan kau tentu akuyang akangugur dimedanyuda ini." Lemah hati Nagawisena mendengar ini. Dimasukkannya kembali kerisnya diwarangka keris dan mereka lalu saling memeluk sebagai duaorang sahabat karib. Akan tetapi, ketika dua orang muda itu saling memeluk, tiba-tibasenopati dari Majapahit cepat memusuk lambung Nagawisena dari belakang dengan kerisnya. Pelukanterlepas dan Nagawisena terhuyung-huyunglalu roboh mandi darah! Kartika yang berhati palsu itu hanya tersenyummenyerigai dan berkata kepadaNagawisena yang menggeletak di atas rumput. "Salahmusendiri mengapa kau tidak mendegar bujukanku!" * Demikian terjadilah peristiwaitu. Dara Lasmi mengertakgigi, mengepaltangan dan matanya memancarkan cahaya berapi. Ia mengetahui semua peristiwa ini dariseorangperajurit Lumajang yang menceritakannya dengan jelaskepadanya, sekalian menggambarkan tentang tewasnya suaminya. "Bangsat Kartika, keparatjahanam! Aku bersumpah hendak membalas kekejaman dan kecurangan ini! Kalau aku sendiri tidak dapat turun tangan membalaskan dendam suamiku, tentu anakku yang akan membalaskan sakit hati ayahnya!" Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali DaraLasmi telah melanjutkan perjalanannya mendaki Gunung Mahameruyang amat tinggi itu. Dapat dibayangkan betapa sukarnya perjalanan itu, akan tetapu puteriyang bersemangat besar ini biarpun dengan terpincang-pincang,tetap melanjutkan langkahnya sambil menggendong Ratnawulan di punggungnya. Kadang-kadang anak yang menaruh hati kasihan kepadaibunya iniminta turundan ikut berjalan terpincang-pincang. Untung sekali, di lereng bukit itu mereka lewat dalamsebuah hutan di mana banyak terdapat pohon-pohon berbuah,maka dengan girangDara Lasmi lalu mencari buahbuahpisang dan lain-lain untuk anaknya dan dia sendiri. Sungguhpun dengan hanya merasa puas, namun makanan itu cukuplah untuk menentramkancacing-cacing di dalam perut yang mengeliat-geliat. Akan tetapi sadar mereka harus mengalami banyak penderitaan. Baru saja perut mereka terisi dan mereka terhindar balik gerombolan-gerombolan pohon muncul orang-orang lelaki yang kelihatan kasar dan liar. Jumlah mereka dua belas orang *dan di tangan mereka kelihatan golok-golok yang mengkilap dan tajam! Dara Lasmi merasa terkejut sekali dan wajahnya menjadi pucat. Kedua kakinya luka-luka dan sakit sekali sedangkan tubuhnya telah menjadi lemah karena lelah. Bagaimana harus membela melindungi anaknya" Karena merasa bahwa ia tidak akan dapat mempertahankan diri apabila ia melawan, maka Dara Lasmi lalu menggendong anaknya dan cepat berlari pergi dari situ! * Kawanan perampok itu tertawa mengejek dan mereka mulai melakukan pengejaran sambil terteriak-teriak karenas ungguhpun pakaian Dara Lasmi sudah tak karuan lagi macamnya, namun kecantikan wanita itu masih amat menggiurkan. Dara Lasmi tidak menghiraukan lagi kedua telapak kakinya yang pecah-pecah dan berdarah, tidakmerasakan lagi perih-perih kerikil tajam itu. Akan tetapi, kedua kakinya makin lemas dan beberapa kali ia terhuyung-huyung hampir jatuh. Pegejarnya makin dekat saja dan suara teriakan mereka terdengar keras. Tak lama kemudian ,lagkah kaki pengejar pertama telah berada di dekat Dara Lasmi. Derap kakinya telah terdengar, bahkan bunyi pernapasannya telah terdengar pula.Dara Lasmi makin gelisah dan ketika di depannya terdapat sebuah batu yang agak besar, dalam kegugupannya ia melompati batu itu.Malangbaginya, ia tergelincir dan tubuhnya terguling di atas tanah berbatu-batu. Walaupun demikian, ia masih ingat untuk mendekap anaknya dan melindungi kepala anaknya dengan kedua lengannya.Beberapa kali ia menggelundung dan mendapat lukaluka dikening dan kedua lengannya. Perih dan sakit sekali tubuhnya terasa sakit.Ratnawulan menangis karena ketika ibunya terjatuh, kakinya tergencet dan berdarah, sakitnya bukan main. "Ha,ha, ha! Kau hendak lari kemana, manis,"pengejar yang paling cepat larinya tertawa. "Aku yang lebih dahulu menangkapmu, maka akulah yang berhak atas dirimu!"Sambil tertawa bergelak, perampok itu maju menghampiri. Akan tetapi, tiba-tiba terdengar seruan suara yang halus dan berpengaruh, "Jangan mengganggu orang!" Mendengar suara yang amat berpengaruh ini, bagaikan ada tenaga yang menahan gerakan perampok yang hendak menubruk DaraLasmi itu. Ia cepat menengok dan melihat seorang kakek tua turun dari lereng bukit dengan tindakan kaki tenang. Sementara itu,Dara Lasmi mengeluh dan merangkak bangun,memijit-mijit kaki anaknya yang berdarah sambil menghiburnya. * Wanita ini sama sekali tidak memperdulikan luka-lukanya sendiri dan sibuk mendiamkan Ratnawulan yang menangis. Perampok itu menjadi marah dan pada saat itu, kawan-kawannya yang tadi mengejar telah sampai di situ pula. Mereka lalu memandang kepada kakek itu telah turun dari bukit. Kakek ini telah tua,bajunya berlengan panjang warna putih, celananya sampai di bawah lutut berwarna hitam, tangan kanan memegang sebatang tongkat hitam.Rambut kepala dan kumis serta jenggotnya panjang berwarna putih, nampak mengkilap bagaikan perak ketika tertimpa sinar matahari. Perampok yang marah itu lalu membentak. "He, kakek tuarenta! Mengapa kau berani menghalangi maksudku" Apakah kau telah bosan hidup?" "Semenjak dahulu, sekarang dan kemudian aku selalu hidup, bagaimana dapat disebut bosan?" kata kakek itu dengan suaranya yang lemah lembut dan sabar."Kalian janganlah mengganggu wanita ini. Lihat keadaannya demikian sengsara, tidak kasihan bahkan mau mengganggu, apakah itu bukan perbuatan yang melanggar prikemanusiaan?" Berandal-berandal itu adalah orang-orang kasar yang setengah liar,mana tahu tentang prikemanusiaan" Seorang di antara mereka berkata kepada pemimpinnya yang tadi mengejar Dara Lasmi, "Kakang Singo, mengapa perdulikan ocehan seorang kakek yang sudah mau mati" Tangkap saja perempuan itu!" Mereka serentak maju hendak menangkap Dara Lasmi,akan tetapi tiba-tiba terdengar bentakan kakek itu dengan suara gemuruh. "Jangan bergerak!" * Dan aneh! dua belas orang perampok yang tinggi besar dankuat itu tiba-tiba berdiri diam dalam gerakan masing-masing, ada yang sedang mengulur tangan, ada yang sedang berlari, ada pula yang sedang menengok, semua berdiri diam dan kaku tak dapat bergerak seperti patung batu-batu. Melihat keanehan ini, Dara Lasmi tertegun dan berdiri dengan bengong, kemudian ia maklum bahwa ia berhadapan dengan seorangtua yang sakti, maka sambil menggendong anaknya dan berjalan terpincang-pincang ia lalu menghampiri kakek itu dan menjatuhkan diri berlutut, menyembah, lalu ibu yang sengsara itu terjungkal pingsan bersama Ratnawulan di dalam gendongannya. "Jagad Dewa Batara!" Kakek itu menyebut."Kasihan sekali nasibmu yang buruk ini, nini!" Ketika Dara Lasmi siuman kebali dari pingsannya, dengan amat heran ia mendapatkan dirinya telah berada dalam sebuah pondok bilik yangamat sederhana dan Ratnawulan telah tidur nyenyak di sebelahnya, yaitu di atas sebuah pembaringan bambu yang bersih. Ia bangun perlahandan memandang ke kanan kiri. Pondok itu tak berkamar, hanya kecil saja bagaikan gubuk ditengah sawah. Iaturun dari pembaringan bamboo itu dan merasa makin terheran ketika merasa betapa kedua kakinya telah sembuhsama sekali. Ketika keluar dari sebuah pintu yang kecil didepan pondok, angina sejuk meniup perlahan dan ia merasa tubuhnya menjadi segar dan berbareng perutnya terasa lapar sekali. Setelah ia keluar dari pondok, ia menahan seruannya karena merasa amat kagum. Pemandangan di luar pondok benar-benar mengagumkan dan indah sekali.Ternyata bahwa pondok itu berada di puncak Gunung Mahameru dan didepannya terbentang luas tamasya alam yang indah menawan hati. Bunga-bunga harum indahtumbuh di sana-sini, pohon-pohon yang penuh buah-buahan terdapat banyak sekali disekitar tempat itu. Suara burung yang berkicau membuat ia merasa seakan-akan berada di alam mimpi. Ternyata bahwa saat itu metahari baru saja terbit,maka ia merasaheran bagaimana ia bisa berada di tempat ini. Ia teringat kepada kakaek yang menolongnya, maka ia menduga bahwa tentu kakekitu yang membawa mereka berdua ketempat ini. Dara Lasmi mencari-cari dengan matanya,namun kakek itu tidak nampak berada di sekitar tempat itu. "Ibu.!"tiba-tiba terdengarRatnawulan memanggilnya.Ia kembali ke dalam pondok dan anaknya telah turun dari pembaringan. Juga keadaan Ratnawulan amat sehat dan segar.Agaknya hawa gunung yang sejuk mambuat mereka merasa amat segar dan sehat. * "Sudah bangunkah kalian?" tiba-tiba terdengar suara halus bertanya. Suara ini datangnya dari depan pondok,maka Dara Lasmi lalu mengandeng tangan anaknya dan segera keluar dari pondok. Ternyata bahwa yang bicara itu adalah kakek yang kemarin menolong mereka, maka Dara Lasmilalu mengejak anaknya cepat-cepat berlutut menyembah memberi hormat. "Sungguh hamba amat bersyukur dan berterimakasih kepada eyang yang telah menolong kami berdua. Kalau tidakada eyang yang menolon kami, entah bagaiakan jadinya dengan nasib diriku!" Tak tertahan lagi, saking terharunya, Dara Lasmi mengucurkan air matanya. "Bersyukurlah kepada Yang Maha Adil, nini, dan jangan berterima kasih kepadaku. Memang kau dan anakmu sudah berjodoh untuk bertemu dengan aku, maka sekarang ceritakanlah mengapa kau seorang wanita muda bersama anakmu sampai tersasar ke lereng Gunung Mahameru dan berada dalam keadaan yang demikian sengsara?" Sambil mengucurkanair matanya, Lasmi menceritakan pengalamannya. Akhirnya, ia menutup penuturannya sambil menyembah. "Oleh karena hamba telah tertolong oleh eyang dan telah berada di sini, maka nasib hamba berdua selanjutnya, hamba serahkan pada eyang. Kalau eyang sudi, biarlah hamba tinggal bersama anak hamba di sini, menjadi pelayan dan mengerjakan segala keperluan eyang." Kakek itu mengelus-elus jenggotnya yang panjang sambil menarik napas. "Hm, Mahapati agaknya yang menjadi gara-gara. Sungguh sayang Majapahit yang jaya dikotori oleh bagawan itu. Nini, jangan kau berduka, karena betapapun juga, suamimu gugur sebagai seorang ksatria utama. Kau tinggalah di sini bersama anakmu dan asal saja kau tidak teringat akan kemewahan hidup dikota dancukup merasa puas denganapa yang ada, kau tentu akan menemui kebahagiaan hidup ditempat sunyi ini.Di lereng sebelah utara, takjauh darisini, terdapat beberapa kelompok dusun sehingga kau tak perlu khawatirakan kesunyian, sungguhpun di sini kau takkan bertemu dengan orang-orang gunung yang sederhana saja. Adapun anakmu ini, jiwa ksatria ayahnya menurun kepadanya, maka biarlah ia kudidikdan menjadi muridku." Bukan main girangnya hati Dara Lasmi,dan kini yang mengalir turun dari matanya adalah air mata kebahagiaan. * "Terima kasih, eyang. Sungguhkata-kata eyang itu merupakan pendengaran yang paling indah dan membesarkan hati bagi hamba." "Kau anak yang baik, nini, dan demi Yang Maha Adil, kebaikan selalu mendatangkan kebaikan." Kakek tua itu bukan lain ialah Sang Panembahan Mahendraguna, seorang pertapa sakti yang telah puluhan tahun bertapa di puncak Gunung Mahameru. Orang-orang dusun yang tinggal di sekitar gunung itu, menyebutnya dengan sederhana saja, yaitu Eyang semeru. Selain bertapa kakek ini suka bertani, menanam sayursayurdan suka pula berjalan-jalan ke kampong-kampung untuk memberi wejanganwejangan kepada orang-orang kampong dan gunung, bahkan tak jarang ia menolong mereka yang menderita sakit.Tak seorangpun tahu darimana asalnya kakek luar biasa ini yang hidupnya amat sederhana, akan tetapi tak seorangpun diantara mereka yang tidakmenaruh hormat terhadap Eyang Semeru. Demikianlah, semenjak tertolong oleh kakek sakti ini DaraLasmi hidup di puncak Mahameru, mengatur segala keperluankakekitu dan juga mendidik Ratnawulan anak tunggalnya yang terkasih. Tepats ebagaimana yang dikatakan oleh Eyang Semeru, semenjak tinggaldi gunung itu, Ratnawulan memperlihatkan bahwa ia memiliki ketangkasan dan sifat-sifat keperwiraan, tiada bedanya dengan seorang anak laki-laki. Ia mendapat latihanlatihan ilmu pencak silat dari ibunya dan dalam waktu setahun saja, semua kepandaian ibunya telah diwarisinya sampai tamat! Dara Lasmimemang sengaja mendidik puterinya agar supaya menjadi seorang pendekat wanita, karena tidak saja ketangkasan dan kegagahan diperlukan bagi seorang yang hidup di tempat berbahaya itu, jugaia bercita-cita untuk menyuruh anaknya ini kelak membalas dendam kepada Kartika! Disamping memberi latihan silat, Dara Lasmi juga memberi latihan-latihan pekerjaan yang harus diketahui oleh seorang wanita, yaitu pekerjaan tangan,memasakdan lain. Alangkah girang hatiDara Lasmi ketika mendapat kenyataan bahwa setelah menamatkan pelajaran ilmu pencaksilat yang ia berikan kepadanya, Ratnawulan mulai mendapat pelajaran dari Eyang Semeru sendiri! Dan ketika ia melihat cara Eyang Semeru memberi latihan keperwiraan kepada anaknya, ia menjadi takjub karena ternyata bahwa kakek itu adalah seorang ahli yang sukar dicari bandingannya! Baru mendapat latihan beberapa bulan saja, sudah nampak kehebatan gerakan Ratnawulan apabila anak itu sedang berlatih pencak.Gerakan-gerakannya selain cepat,juga amat luar biasa. DaraLasmi ketika masih kecil dan berada di rumah ayahnya yang menjadi pendekat pencak,sudah sering kali melihat kawan-kawan ayahnya bermain silat, akan tetapi belum pernah ia * melihat gerakan-gerakan yang secepat dan sehebat ilmu pencak yang diajarkan oleh Eyang Semeru kepadaRatnawulan. Maka diam-diam wanita muda ini mengucap syukur di dalam hatinya kepada YangMaha Agung yang telah mempertemukan ia dan anaknya dengan Eyang Semeru. * Waktu berdear amat cepatnya. Tujuh tahun lewat tak terasa,seakan-akan tujuh tahun itu hanya tujuh harisaja. Bagaikan sang waktu, segala apa di permukaan bumiini bergerak maju, berubah dan tumbuh tak terasa pula. Benih bertunas, menjadi sehelai rumput hijau tak berarti, lalu tumbuh menjadi besar, bercabang, berdaun, berbunga, berbuah! Yang tadinya belum ada bermunculan, yang kecil menjadi besar, yang besar menjadi tua akhirnya kembali lenyap ditelan bumi.Semua ini terjadi bersama peredaran waktu, tak terasa, tahu-tahu sudah terjadi dan demikian seterusnya, selama dunia masih ada. Akan tetapi, di antara segala benda di alam dunia, Gunung Mahameru termasuk benda yang amat kokoh kuat,agknya tak terpengaruh oleh waktu, atau andaikata terpengaruh, maka perubahannya amat kecil, takkan terlihat oleh mata manusia. Keadaan Gunung Mahameru tujuh tahun yang lalu dengan keadaan sekarang, masih sama.Gunung itu masih menjulang tinggi, kepalanya lenyap ditelanawan, bagaikan raksasa dalam Samadhi. Besar, tinggi, angker dan jaya, saksi mati segala peristiwa yang melihat semua itu dengan sabar dan diam.Mahameru maklum bahwa segala peristiwa yang terjadi di permukaan bumi ini memang harus terjadi dan semestinya demikian, maka ia tidak mau mengganggu gugat, tidak mendorong ataupun mencegah, menyerahkan segala sesuatunya kepada Pengaturnya. Bunga-bunga berkembang dan merontok berulang kali di lereng Gunung Mahameru. Pohon-pohon tua tumbang dan pohon-pohon barutumbuh. Namun keindahan lereng gunung itu tidak berubah, baik bunga-bunganya yang beraneka ragam dan warna serta keharumannya yang menyegarkan hawa itu, maupun kehijauan pohon-pohon yangmemenuhi hutan-hutan di sekitar lambung dan kaki gunung. Pada suatu pagi yang indah di lereng Gunung Mahameru. Sang Batara Surya baru saja muncul kembali setelah beristirahat semalam suntuk di belakang Gunung Mahameru. Cahayanya yang kuning kemerahan bagaikan sinar kencana murni itu menembus embun pagiyang tebal, seakan-akan merupakan air suci yang dituangkan dari Surgaloka.Segala sesuatu merasakan kenikmatan hangat yang ditimbulkan oleh cahayamatahari, kenikmatan yang membuat segala benda merasa bersyukur bahwa ia masih hidupdi permukaan bumi ini. Suara burung yang ratusan macamnya memnuhi udara dengan kicau dannyanyi, amat merdu dan membangkitkan suasana gembira, tak kalah indahnya dengan bunyi nyanyian maupunindahnya dengan bunyi nyanyian maupun gamelan yang manapun juga. * Sukarlah menuturkanatau menggambarkan keindahan tamasya alamdi pagi hari di lereng Gunung Mahameruitu, karena bahasa dunia tak cukup kuat untuk menggambarkan keindahan yang mulusdan suciitu. Kalau ada seseorang kebetulan berada ditempat itu dan menyaksikan segala keindahan ini, tanpa berdongak memanang keluasan langit yang maha hebat itu,ia akan merasa betapa kecil tak berarti adanya dia diantara segala keindahan yangmulia ini. Setelah matahari naik makin tinggi, dari balik sekelompok pohon mawar gunung dengan bunganya yang berwarna merahmuda, terdengar suara orang bersenandung. Dari suara senandung yang makin keras itu dapat diketahui bahwa orangnya tentu sedang menuju ke lereng itu. Tak lama kemudian nampaklah orangnya yang bersenandung tadi. Dan kalau suaranya tadi amat merdu, maka orangnya lebih menarik lagi.Ia adalah seorangdara remaja yang usianya takkan lebihdari tujh belastahun. Kecantikan wajahnya menyaingi bunga mawar yang sedang mulai mekar, bahkan bunga melatidan kenanga yang tumbuh di dekat tempat itu menjadi kemerahan karena maludan iri menyaksian keayuan dara itu. Rambutnya hitam panjang terurai ke belakang punggung, segar dan gemuk, terhias kembang melati yang harum dan putih bersih.Di atas sebelah kiri dan didekat telinga terhias dengan kembang mawar merah. Sepasang matanya lebar dan jernih sekali, dengan warna pitih pada matanya yang mengingatkan orang akan permata yang menghias ujng daun di pagihari ini, sedangkan manik matanya hitam danmengeluarkan sinar tajam berkilat. Sepasang mata yang pada ujungnya dikanankiri meruncingitu menjadi lebihindah lagi oleh bulu mata yang panjang melengkung ke atas, ditambah oleh sepasang alis mata yang hitam dan kecilpanjang berbentuk bulan sabit.Hidungnya kecil mancung dengan ujung yang manis. Dan alangkah indah bentuk mulutnya. Garis bibirnya membentuk potongan gendewa terpentang dan kulit bibirnya merah delima, membasah dan segar sehat! Akan tetapi, di balik segala kecantikan yang benar-benar menggairahkan ini, tidak nampak kelemahan dan sifat menyerah yang biasanya terdapat pada seorang wanita, sebaliknya jelas sekali nampak sifat yang perkasa di balik kecantikannya itu. Terutama sekali sepasang matanya yang tajam itu menyinarkan semangat yang bernyala-nyala dan ketabahan yang luar biasa. Pakaiannya sederhana saja dan dari pakaiannya ini nampak pula sifat-sidatnya yang gagah. Baju kutangnya terbuat daripada kain berwarna hitam, dengan hiasan renda putih dibagian pinggangnya, atas dan bawah.Baju kutangnya yang hanya membungkus dadanya setinggi bawah pangkal lengan itu melibat erat, namun masih belum cukup kuat untuk dapat menyembunyikan keindahan bentuk tubuhnya yang mulai berkembang. Pinggangnya dikat dengan sabuk berkembang warna kuning dengan kembang-kembang merah di depannya, bagian penyambung sabuk itu, dihias dengan sebuah kembang perak dengan permata intan di tengahnya. Sebatangkeris denganwarangkanya yang berukirdan gagangnya yang berbentuk kepala naga, terselip di baliksabuk, miring ke kiri.Daripundak kirinya sampai ke pinggang kanannya melintang erat-erat sehelai tali lawe warna merah, yaitu pengikat tempat anak panah dan gendewanya. Dipandangdari depan, makayang nampak hanyalah gagang-gagang anak panahnya yang dipasangi bulu burung srikatan.Di pergelangan tangan kirinya nampak sebuah gelangemas berukir intan dengan mata intan, sedangkan pergelangan tangan *kanannya dilingkari sebuah gelang kayu * cendana menghitam yang berbentuk ular. Berbeda dengan kebiasan-kebiasaan puteri paamasa itu, dara ini mengenakan kain batiknya agak tinggi di atas mata kakinya yang terhias gelang perak, dan hal inimemang disengaja karena dengan demikian gerakan langkah kakinya menjadi leluasa, seperti halnya kebiasaan perempuanperempuan gunung di sekitar Gunung Mahameru itu mengenakan kainnya. Inilah Diah Ratnawulan yang kinitelah menjadi seorang dara perkasa yang berilmu tinggi. Selama tujuh tahun Ratnawulan menerima gembelangan-gemblengan ilmu pencak silat dari ibunya dan dari eyang gurunya, bahkan iatelah mempelajari ilmu kebatinan sehingga tidak saja ilmu silatnya tinggi, akan tetapi iapun memiliki kekuatan batin yang mentakjubkan, yang membuat semangatnya bernyala-nyala, ketabahannya tak mengenal batas, dangerak-geriknya tenang, penuh kepercayaan kepada diri sendiri. Pada waktu itu, Panembahan Mahendraguna atau Eyang Semeru, yaitu eyang guru dari Ratnawulan, telah sebulan lebih meninggalkan puncak Mahameru, melakukan lelana brata dan katanya hendak mengamankan daerah-daerah di tanah Jawa yang masih angker. Maka Ratnawulan hanya tinggal berdua dengan ibunya yang kinipun telah menjadi seorang pertapa. Dara Lasmi telah mempelajari filsafat kebatinan dari Eyang Semeru dan kini mulai menjalankan tapa brata. Akan tetapi, dendam di dalam hatinya biarpun kini tidak bernyala-nyala panas, namun api dendam itu masih belum padam. Ia belum menceritakan hals akit hatinya itu kepada puterinya, oleh karena sungguhpun ia maklum bahwa kinianaknya telah menjadi seorang pendekar yang digdaya, jauh melebihi kegagahan mendiang ayahnya, namn ia mengangap anaknya masih terlampau muda. Memang ada benarnya keraguan hati Dara Lasmi itu, oleh karena sesungguhnya, di samping ketenangan dan kepamdaiannya yang tinggi, Ratnawulan memiliki dasar tabiat yang keras hati dan tidak mau mengalah terhadap siapapun juga. Sifat inilah yang marupakan dorongan kepadanya sehingga ia dapat mengeduk semua ilmu dari Eyang Semeru.Tiap kali ia berlatih dengan gurunya itu dan dikalahkan, ia menjadi penasaran dan merengek-rengek kepada gurunya untuk diberi pelajaran ilmu baru yang digunakan oleh gurunya dalam mengalahkan tadi. Seringkali Eyang Semeru berkata sambil tersenyum kepadanya. "Ratnawulan,kau seperti anak kecil saja! Kau selalu merasa penasaran kalau dikalahkan dan ingin menambah pengertianmu. Sifat untuk selalu menambah kepandaian ini memang baik dan dapat memajukan kepandaianmu, akan tetapi jangan kau terlalu bernafsu oleh keinginan hendak memiliki seluruh kesaktian yang ada didunia ini.Hasrat hati memang selalu diliputi nafsu angkara murka dan kehendaknya kalau dapat akan dipeluknya Gunung Mahameru, tanpa mengingat bahwa sepasang lengannya hanya pendek saja. Ketahuilah, Wulan, manusia tetap makhluk yang lemah apabila di bandingkan dengan seluruh kebesarannya ini. Kepandaianmu tidakkenal batas dan tidak habisnya.Tak mungkin ada di dunia ini manusia yang dianggap paling pandai, karena sepandai-pandainya seseorang, * akan ada yang melebihi lagi. Kalau kau menang dalam sesuatu hal terhadap orang lain, belum tentu kau akan menang pula darinya dalam hal lain. Dan akhirnya, sepandai-pandainya orang,ia akan merasa dirinya bodoh dan kecil kalau berhadapan dengan hukum dan kekuasaan alam!" Betapapun juga, karena Eyang Semeru amat sayang kepada dara ini, ia turuti juga permintaannya dan karenanya, Ratnawulan menjadi makin pandai saja. Baik ilmunya memanah, bersilat tangan kosong, main keris, maupun kekuatan batinnya, membuat ia menjadi seorang dara perkasa yang jarang terdapat keduanya pada zaman itu. Selain kerashati dan tidak mau kalah, Ratnawulan juga berwatak riang gembira danamat jenaka pula sehingga kadang-kadang ia bertingkah kenes dan kewat, menggemaskan hati dan membuat orang ingin menggigit dengan gemas dan sayang! Kesukaan Ratnawulan berburu binatang dan ia seringkali merantau di sekitar Gunung Mahameru, sehingga boleh dibilang semua penduduk di dusun-dusun sekitar lereng dan kaki gunung itu kenal belaka kepada dara perkasa ini. Karena malum bahwa dara ini adalah murid terkasihdari Eyang Semeru,maka mereka semua menghormatinya sebagai seorangdara yang berilmu tinggi.Tidak jarang Ratnawulan menolong orang-orang dusun yang sedang ditimpa bencana.Pernahia memburu dan membunuh seekor harimau buas yang mengacau dusun di kaki gunung sebelah selatan, dan pernah pula ia mengusir seorang laki-laki kasar yang menjagoi dan menghina penduduk kampong mengandalkan kekuatannya. Pada hari itu, Ratnawulan seperti biasaturun daripuncak gunung. Iahendak memburu rusa, karena telah lama ia tida kmakan daging rusa. Sudah beberapa tahun ibunya tidak makan daging, dan hanya makan sayur-sayuran saja,maka kalau ia mendapatkan hasil buruan, ia hanya makan bagian yang paling disukainya saja, sedangkan selebihnya ia berikan kepada orang-orang dusun terdekat. Ratnawulan telah melalui dua buah hutan, namun belum juga ia melihat seekor rusa pun. Ia menjadi jengkel dan kegembiraannya banyak berkurang. Mengapa ia demikian sial, pikirnya. Memang banyak ia melihat binatang-binatang lain, akan tetapi bukan watak dara itu untuk sembarangan melepas anakpanah dan membunuh binatang tanpa maksud. Kalau ia ingin membunuh rusa,harus rusalah yang menjadi kurban anak panahnya, bukan binatang lain.Ratnawulan belum belum pernah membunuh binatang, kalau ia ingin makan daging itu,atau kalau binatang itu tidak menyerangnya. Biar bertemu dengan seekor harimau atau ular besar sekalipun, asalkan binatang ini tidak mengganggunya dan tidak mengganggu penduduk, ia tidak mau menyerang atau membinasakannya. Setelah matahari naik tinggi dan tengahhari telah lewat, ia tiba di dalam sebuah hutan di sebelah utara gunung. Di luar hutanitu terdapat sebuah dusun yang disebut dusun Jatikembar. Nama ini * diberikan orang kepada dusun itu karena di situ terdapat sepasang pohon jati yang besardan tua dan yang bentuknya hampir sama, maka dikenal jati kembar. Ratnawulan telah dikenal baik oleh penduduk di situ, maka dara ini ingin singgah di situ melepas lelah. Tiba-tiba ia melihat berkelebatnya bayangan rusa. Hatinya berdebar girang dan bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, tubuhnya melesatdan memburu rusa itu dengan cepatnya. Rusa adalah seekor binatang yang dapat berlari amat cepatnya, akan tetapi oleh karena tahu bahwa dirinya dikejar orang, rusa itu berlari sambil sembunyi-sembunyi sehingga sebentar saja Ratnawulan dapat mengejarnya. Percuma saja binatang itu hendak menyembunyikan dirinya, karena sepasang mata dara itu yang amat tajam dan erlatih, selalu dapat mengikutinya. Pada saat yang amat baik, ketika binatang itu hendak berlari lagi keluar dari serumpun alang-alang, Ratnawulan cepat mengambil gendewa dan anakpanahnya. Dengan amat cekatan tanpa memandangnya lagi, tangannya bergerak memasang anakpanah dan"sr!" sebatang anak panah meluncur merupakan sinar keputihan dan dengan tepat anakpanah itu menembus jantung binatang itu yang roboh tanpa dapat bergerak atau mengeluarkan suara lagi karenaia mati pada saat anak panah menancap dan menembus jantungnya. Bukan main girangnya hati Ratnawulan karena hasil ini.Ia menyimpan gendewa dan anak panahnya, lalu berlari-lari menghampiri rusa yang menggeletak tak bernyawa itu. Kegirangannya membuat ia berlaku kurang waspada dan tidak melihat bahwa diatas cabang pohon lo di deka trusa itu, terdapat seekor macan tutul sedang mengintai dengan mulut meringis. Tadinya macan tutulitu hendak menyerang rusadan menjadikan rusa itu sebagai pengenyang perutnya yang lapar,akan tetapi ketika ia melihat Ratnawulan berlari mendekat, perhatiannya beralih kepada mangsa yang masih hidup ini. Ratnawulan membungkuk dan hendak mencabut anak panahnya yang menancap didada rusa,dan pada saat itulah harimau tutul itu menggereng dengan suara yang amat dahsyat. Ratnawulan terkejut dan baru ia tahu bahwa di atasnya ada seekor macan tutul yang kelaparan, akan tetapi terlambat karena pada saat itu, binatang buas tadi telah menubruk turun dengan kaki depannya mengulur cakar dan mulut terpentang lebar. Akan tetapi, tidak percuma Ratnawulanlah mendapat gemblengan bertahun-tahun dari Panembahan Mahendraguna dan ia hanya akan memalukan nama Eyang Semeru apabila ia menyerah kalaht erhadap serangan hanya seekor macan tutul saja! Biarpun tubuhnya masih membungkuk dan sedang berada dalam posisi yang kurang baik dan sama sekali tidak kuat, namun ketabahan dan ketenangannya banyak menolongnya. Dengan amat sigapnya, ia menjatuhkan diri ke kiri dan * bergulingan cepat bagaikan seekor trenggiling sehingga tubrukan macan tutul itu mengenai tempat kosong. Ketika macan itu sambil menggereng marah membalikkan tubuhnya, dara perkasa itu telah berdiri dengan gagah memasang kuda-kuda dan siap menghadapinya. "Binatang curang!"ia memaki sambilt ersenyum mengejek. "Kalaukau memang berani, seranglah ke depan, jangan mempergunakan kesempatan selagi orang lengah kau menubruk." Belum habis ucapannya ini dikeluarkan macantutul yang tidak mengerti ucapan dara itu, telah menggeram dan menubruk kembali.Akan tetapi kali ini dengan gerakan amat indah serta gesitnya, Ratnawulan mengelak kekanan dan ketika tubuh macantutul itu menyambar lewat ia memutar kakinya dan memberi hadiah berupa dupakan kearah pantat binatang itu sehingga macan itu terdorong maju dan terjungkal ke depan. Ratnawulan tertawa geli, sedangkan macan itu cepat bangun pula. Ia tidak segera menyerang, akan tetapi menggereng perlahan, mulutnya ditarik meringis seakanakan memperlihatkan keruncingan siungnya kepada lawan. Kedua kaki depannya menggaruk-garuk tanah sehingga tidaksaja rumput-rumput menjadi jebol karena kuku-kukunya yang menggaruk kuat, bahkan batu-batu kecil juga ikut tergali ke luar! Ia seakan-akan hendak memperlihatkan betapa kuatnya kku-kukunya. Tubuhnya direndahkan sehingga perutnya yang kempis itu menyentuh tanah, seluruh urat kakinya tegang siap untuk menubruk kembali. Bagiorang lain, lebih-lebih wanita, baru melihat siung dan gigi yang runcing dan tajam serta cakar yang ganas dan kuat itu, tentu ia akan menggigil karena merasa ngeri dan takut. Akan tetapi Ratnawulan bahkan tertawa geli dan berkata seakanakan lawannya seorang manusia yang mengerti kata-katanya. "Macan busuk! Kau mempunyai benda-benda runcing, apa kaukira akupun tidak mempunyai itu" Kau lihat ini!" Sambil,sekali tangan kanannya bergerak, makakeris pusaka Kyai Banaspati yang selalu terselip di pinggangnya kini telah berada di tangannya! Aneh sekali, entah karena keampuhan Kyai Banaspati, keris pusaka pemberian Eyang Semeru itu, atau karena ketegangan gadis itu yang amat ganjil bagi si macan tutul, akant etapi buktinya binatang ini seperti merasaragu-ragu untuk melanjutkan serangannya. Sampailama ia mendekam saja, menggereng perlahan dan bahkan tubuhnya lalu bergerak mundur perlahan sekali! * "He, binatang pengecut! Apakah kau patut disebut raja hutan?" Ratnawulan mengejek dan ia memandang sebuah batu yang berada di depannya ke arah macan tutul itu. Macantutul itu menggerung kesakitan dan dengan kaki depan serta mulutnya, ia mencoba untuk mencakar atau menggigit buntutnya yang telah hilang sehingga tubunya berputar-putar sepertibaling-baling. Kemudian, dengan amarah meluap-luap ia menerjang lag,kini tidak engan melompat ke atas, hanya langsung menerjang ke depan, tubuhnya diluruskan dan dipanjangkan. Dua buah kaki depannya mencakar kearah tubuh Ratnawulan. Serangan ini diganda tertawa saja oleh dara pendekar itu yang lalu melompat keatas melalui tubuh harimau sambil berseru. "Awas telingamu!" Dan ketika ia menggerakkan kerisnya,maka terbabat putuslah telinga kiri harimau itu! Kembali macan tutul itu menggerung-gerung kesakitan dan darah mengucur dari kepalanya yang kini tinggal bertelinga satu itu. Ia memandang kepala lawannya dengan marah dan kepalanya digerakkan ke kanan kiri karena terasa amat perih dan sakit. "Bagaimana, kucng dapur! Masih belum puaskah" Awas, kali ini kedua matamu hendak kuambil!" Akan tetap iagaknya macan itu telah puas dan kapok. Buktinya, tanpa pamit lebih dahulu ia lalu membalikkan tubuhnya dan melarikan diri secepat mungkin dengan terhuyung-huyung karena tanpa buntut, ia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan telinganya yang tinggal satu itu membuat kepalanya terasa berat sebelah. Ratnawulan tertawa bergelak dengan hati geli. Ia menyimpan kembali kerisnya didalam warangka dan sambil tersenyum ia memungut telinga dan buntut macan tadi, dibawanya ke tempat rusa yang menjadi korban anak panahnya. Pada saat itu,munculah belasan orang dusun Jatikembar.Ada yang membawa arit, ada yang membawa tombak, kapak, linggis dan bahkan ada yang membawa pacul.Seorang yang berubah gemuk * bahkan membawa sebatang alu yang potongannya seperti tubuhnya sendiri. Beramairamai mereka menuju ketempat itu dan ketika melhat Ratnawulan, mereka segera maju menghampiri dengan wajah nampak girang. "Eh, eh,paman-paman sekalian ini hendakke manakah?"Tanya Ratnawulan sambil memandang heran. Seorang tua yang memegang tombak,yaitu PakGanjar yang dianggap sebagai kepala dusun Jatikembar, menarik napas panjang dan menjawab, "Ah, baiknya ada kau di sini, jeng Wulan." Memang Ratnawulan disebut Raden Ajeng Ratnwulan yang disingkat jeng Wulan saja, karena sungguhpun DaraLasmi tak pernah menceritakan pada orang lain bahwa ia adalah isteri seorang senopati, namun keadaan dan sifat-sifat Dara Lasmidan Ratnawulan membuat semua orang dusun menduga bahwa mereka tentu berarah bangsawan. "Adaapakah, Paman Ganjar" Agaknya kalian hendak berangkat perang?" "Sebenarnya kami sedang dalam keadaan gelisah, bagaikan seekor burung yang baru saja terhindar ari bahaya maut sebatang anak panah sehingga apa saja yang kami dengar menimbulkan rasa takut. Tadi kami sedang berkunpul dan marundingkan sesuatu yang amat penting, yaitu tentang bahaya yang mengancam dusun kami,tiba-tiba kami mendengar aumanmacantutul sehinggadengangugup dan ketakutan kami lalu mengambil senjata seadanya untuk menuju ketempat ini.Tak tahunya kau yang beradadi sini dengan seekor rusa yang telah kau panah mati. Heran sekali, dimanakah adanya macan tutul yang tadi kami denga rsuaranya?" Sambil tersenyum manis Ratnawulan menjawab, "Macan tutul" Ah, ia telah melarikan diri, paman. Ia memang berada di sini tadi,akan tetapi setelah menyatakan takluk kepadaku dan memberi tanda mata buntut dan kupingnya, ia lalu pergi. "Sambil berkata demikian Ratnawulan lalu mengeluarkan buntut dan kuping macan tutul yang terbabat putus oleh kerisnya tadi. Semua orang menjadi bengong mendengar betapa seekor macan tutul yang ganas dapat menyatakan takluk dan bahkan memberi tanda mata berupa buntut dan telinga, akan tetapi setelah mereka melihat buntut dan telinga yang berdarah itu, bersoraklah mereka dengan girang dan kagum. Mereka dapat menduga bahwa dara perkasa ini tentu telah mempermainkan macan itu sehingga buntut dan telinganya terpotong. * "Kau tadi menyatakan tentang adanya bahaya yang mengancam kampungmu, Paman Ganjar. Sebetulnya apakah yang telah terjadi?" Pak Ganjar menarik napas berulang-ulang, kemudian ia menuturkan dengan suara berat. "Bencana telah menimpa kepada kami, jeng Wulan. Bukanitu saja,yang mengelisahkan kami adalah bahaya yang mengancam keselamatan penduduk sekitar Mahameru ini. Beberapa hari yang lalu, beberapa orang kawan kami yang membawa hasil hutan ke kaki bukit sebelah timur, telah bertemu dengan segerombongan perampok yang katanya berasal dari para pelarian dari Majapahit, yaitu sisa para pemberontak yang telah dipukul hancur oleh barisan Majapahit. Mereka itu tidak saja merampok habis kawan-kawan kami itu, bahkan menyatakan hendak menyerbu dan merampok habis dusun di sekitar gunung dan hendak memaksa kami memberi runsum kepala mereka. Ratnawulan menjadi marah mendengar ini sehingga alisnya terangkat naik. "Hmm,di manakah adanya perampok-perampok jahanam itu?" "Mereka berserang dihutan randu di kaki gunung sebelah timur,jeng Wulan,"kata Pak Ganjar." Akan tetapi bukan itu saja bahaya yang menimpa kami.Ketika kawankawan kami pulang dengan tangan kosong karena sudah diberi andil oleh perampokperampok itu, didalam hutan cemara tiba-tiba mereka diserang ular raksasa sehingga seorang diantara kawan kami itu ditelan habis. Ah, entah dosa apa yang telah kami dan mendatangkan malapetaka ini." Semua orang dusuni tu menundukkan kepala dan nampaksedih sekali. Kemarahan Ratnawulan bertambah dan ia berkata, "Keparat benarular itu. Mari, tunjukkan aku ke hutan cemara, hendak klihat sampai di mana kekurangajaran ular itu!" "Akantetapi,jeng Wulan. Ular itu benar-benar besar sekali!" kata seorang di antaramereka." Aku sendiri ikut dalam rombongan itu dan ketika kami berlima sedang membicarakan kesialan kami yang telah dirampok habis-habisan, tiba-tiba kami mendengar desis hebat dari atas pohoncemara dan baru saja kami menengok ke atas, dariatas menyambar turun kepala ular ituyang besarnya * segentong. Dengan kaki mengigil kami melarikan diri, akan tetapi seorang kawan kami itu ditelannya bulat-bulat berikut seluruh pakaiannya, semua masuk ke dalam mulut yang sebesar gua itu. Ketika aku menengok, bukan main! Tubuh ular itu besarnya sama dengan gelugu (batang pohon kelapa)!" *Semua orang menjdi pucat mendengar ini, sungguhpunorang itu pernah bercerita sampai berkali-kali kepada mereka.Tiap kali mendengar cerita ini kembali mereka menjadi ketakutan dan ngeri. Akan tetapi, tanpa gentar sedikitpun Ratnawulan berkata. "Aku akan membinasakannya! Bawalah aku kesana,atau kalau kalian takut tunjukkan saja di mana tempat ular itu." Timbulah semangat PakGanjar menyaksikan sikap gagah ini walaupun ia masih merasa ragu-ragu ketika bertanya, "Akantetapi,jeng Wulan. Binatang itu demikian berbahaya,bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengan kau" Kami takut akan mendapat marah dari EyangSemeru." "Jangan takut! Sebaliknya kalau kalian tidak mau memberitahukan dan aku tidak mau menolong, beliau akan marah kepadaku, juga kepada kalian. Kalau sampai terjadi sesuatu, biarlah kutanggung sendiri." "Baik, kalau begitu kami akan mengantarmu ke tempat itu, jeng Wulan! Hayo, siapa yang berani mengantar?" kata kepala dusun itu dengan gagah. Ternyata semangat orang tua ini menlar kepada semua orang dan di antara belasan orangitu, tidakada seorang pun yang tidak mau mengantar, semua hendak ikut dan hendak menyaksikan betapa dara perkasa itu membinasakan ular! "Akan tetapi,rusa ini harus dibawa ke dusun Jatikembar lebih dulu, kalau tidak segera dirawat akan rusak,"kata Ratnawulan. * Demikianlah, beramai-ramaipara penduduk Jatikembar itu mengiringkan Ratnawulan memasuki dusn Jatikembar sambil memikulrusa yang besar itu. Mereka berseri-seri bangga seakan-akan rusa yang dipikuln yaitu adalah hasil buruan mereka! Kegirangan ini bukantak beralasan, oleh karena seperti biasa, gadis pendekar itu hanya makan sedikit bagian saja, sedangkan selebihnya akan dibagi-bagi dengan adil! Riuhlah seluruh penduduk Jatikembar, tua mudalaki perempuan, menyambut kedatangan dara perkasa itu. Rusa itulalu dikuliti, dan beberapa orang wanita sibuk memasak hati dan buntut rusa karena mereka maklum bahwa hanya itulah kegemaran Ratnawulan. Taklama kemudian, hatidan buntutrusa yang telah masak mengebul harum dihidangkan kepada Ratnawulan yang segera memakannya dengan enak sebagai teman nasi pulen. Setelah saraperkasa itu selesai makan, ia lalu minta diantar kehutan cemara di mana terdapat ular besar itu. Kini yang mengantarnya terdiri dari orang-orang bersenjata parang, tobakdan keris sebanyak duapuluh orang. Mereka berjalan mengiringkan Ratnawulan yang berjalan bersama Pak Ganjar, kakek yang sudah lanjut usianya akan tetapi masih bersemangat. Semua orang berbaris dengan langkah gagah, seakan-akan sepasukan perajurit yang berangkat perang dipimpin oleh seorang panglima yang gagah perkasa. Akan tetapi, ketika mereka telah tiba di luar hutan cemara, lenyaplah sebagian besar kegagahan mereka.Bahkan Pak Ganjar sendiri yangpaling berani kiniberjalan di belakang Ratnawulan, tidakseperti tadi selalu di samping gadis pendekar itu. "Di sanalah tempatna, melalui tanjakan itu membelok ke kiri,"kata seorang diantara mereka, kawan si korban ular. Tiba-tiba mereka mendengar suara yang menyeramkan menggema dihutan. Suara ini seperti bunyi burung gagak yang menggoak dengan suara parau dank eras, akan tetapi suara ini lebih besar dan lebih parau. Suara itu berbunyi berulang-ulang sampai delapan kali dan tiap kalinya mendatankan gema dan membuat bulu tengkuk semua orang meremang. "Suara apakah itu?" Tanya Ratnawulan penuh perhatian. * "Itulah suaranya, jeng Wulan!" bisik Pak Ganjar. "Aku tahu benar, ular yang besar memang dapat menggoak seperti gagak. Dan menilik dari suaranya tadi, ia tentu amat besar." Suara kepala kampong ini gemetar karena ia menahan rasa takutnya. "Hmm,kalau begitu, biarlah aku maju sendiri dan kalian berani mendekat,boleh mengikuti di belakangku, akan tetapi jangan terlalu dekat." Denganlangkah gagah dan sedikitpun tidak ragu-ragu atau jerih, Ratnawulan menuju ke tanjakan itu,kemudian ia membelok ke kiri. Parapengikutnya yang berjumlah duapuluh orang itu saling pandang.Untuk beberapa lama mereka tidka bergerak maupun bersuara, bahkan bernapas pun mereka tahantahan. Mata mereka ditujukan kepada Ratnawulan sampai gadis itu lenyap dalam tikungan tanjakan. "Aku mau ikut, jeng Wulan!" tiba-tiba PakGanjar berbisik perlahan, akan tetapi gagah. Kemudian dengan dada berdebar keras,kakek ini melangkah maju, mendaki tanjakan, dengan tombaknya terpegang erat-erat ditangan kanan. Perbuatan ini mendatangkan ketabahan dalam hati semua orang dan kini semua orang melangkah maju perlahan mendaki tanjakan, di belakang Pak Ganjar. Ketika Ratnwulan tiba di bawah pohon cemara yang tinggi dari mana suara menggoak tadi terdengar, ia tertegun juga melihat seekor ular yang membelitkan tubuhnya pada cabang pohon itu dengan kepala bersembunyi di balik daun cemara. Tubuh ular itu tidak sebesar yang diceritakan olehorang tadi,dan hanya dibagian perutnya saja yang benar-benar sebesar pohon kelapa karena agaknya di situlah terletakmayatorang yang telah ditelannya, akan tetapibagian tubuhnya yang lain tidak sebesar itu. Kulitnya berwarna coklat kekuning-kuningan dengan kembang-kembang hitam melingkar-lingkar. Inilah semacam Ular Sanca Kembangy ang jarang ditemukan orang dan sungguhpun penuturan orang tadi agak dilebih-lebihkan, akan tetapi Ratnawulan harus mengaku bahwa belum pernah ia melihat ular sebesar itu. Ular itu membelit cabang terendah dan melihat panjangnya tubugh ular itu, bisa jadi kepalanya menyentuh tanah apabila ia menggantungkan tubuhnya sambil mempergunakan ekornya untuk melilit cabang dan menahan tubuhnya. * Tadinya Ratnawulan merasa sayang untuk membinasakan binatang yang indah warna kulitnya ini, akan tetapi ketika pandang matanya tertuju kearah perut yang gembung itu, ia teringat akan korban manusia yang telah ditelan olehular itu, maka kemarahannya timbul kembali. "Ah, paman-paman petani itu terlalu penakut." pikirnya, "apakah susahnya membinasakan ular itu" Dengan sebatang anak panah pun ia akan dapat dibinasakan." Setelah berpikir demikian, ia mencabut sebatang anak panah,menurunkan gendewanya, memasang anak panahnya dan bagaikan Srikandi melepaskan panah pusakanya, ia membidik dan menarik tali gendewanya. "sr!" Sebatang anak panah meluncur cepat ke atas dan tepat mengenai bagian tubuh ular yang menjadi sasaran bidikan Ratnawulan, yaitu di dekat leher. Akan tetapi, alangkah terkejut dan herannya hati Ratnawulan ketika menyakskan betapa anak panahnya itu tidak menembus kulit ular sebagaimana yang ia duga,akan tetapi anak panahnya itu meleset dan menancap pada cabang pohon itu. Ternyata bahwa kulit ular itu amat keras dan licin sehingga anakpanahnya tidak mempan dan meleset. Akan tetapi, serangan anak panah itu cukup mengagetkan binatang itu, oleh karena tiba-tiba tubuh ular itu bergerak dan kini kepalanya muncul dari balik daun-daun cemara. Bukan main hebatnya kepala ular itu. Sungguhpun tidak sebesar gentong sebagaimana yang diceritakan oleh orang besar dan yang mengerikan adalah mulut dan matanya. Mulutnya lebar dan berwarna merah, lidahnya terjulur keluar dan siungnya nampak putih dan runcing. Sepasangmatanya melotot dan menjijikkan sekali. Ratnawulan merasa marah dan penasaran melihat betapa anakpanahnya yang pertama tadi gagal. Ia mendengar seruan tertahan dari para pengikutnya yang telah berada di tempat jauh di belakangnya. Agaknya orang-orang itu melihat pula betapa anak panahnya tak berhasil maka dara perkasa ini menjadi malu dan gemas. Dengan cepat dipasangnya sebatang anakpanah lagi dan setelah membidik kearah kepala ular itu, ia menarik lagi gendewa dan begitu dilepas, meluncurlah anak panah itu menyambar kepala ular. Kepala ular itu bergerak sedikit akan tetapi ia kalah cepat daripanah itu sehingga karena ia menarik kepalanya, maka anak panahyang tadinya mengarah mulutnya itu, kini tepat mengenai tengah mulutnya itu, kini tepat mengenai tengah-tengah kepalanya, diatas kedua matanya. Kali ini Ratnawulan benar-benar tercengang. Ketika anak panahnya dengan tepat sekali menusuk kepala ularitu, terdengar bunyi "Tak!" dan anak panahnya jatuh ke bawah menjadi dua potong. * Demikian keras dan kuat kepala ular itu sehingga tak saja kepala itu tidak terluka oleh anak panah, bahkan anakpanahnya putus menjadi dua. Semua penduduk Jatikembar yang berada di situ, menjadi pucat melihat hal ini. Mereka tidak terasa lagi mundur beberapa tindak,bahkan Pak Ganjar segera bertindak. "Jeng Wulan.!Larilah saja, ular itu terlalu sakti!" Orang-orang lain berseru, "Ular siluman.!" Bahkan ada beberapa orangyang menjatuhkan diri berlutut dan menyembah meminta ampun. Tadinya ketikamelihat betapa anak panahnya yang kedua tidak berhasil bahkan patah, Ratnawulan menjadi terkejut dan kesima, akan tetapi jangan sekali-kali mengira bahwa ia menjadi takut atau gentar. Tidak! Dara perkasa Diah Ratnawulan tidakmerasa takut. Kini, ketika mendengar seruan Pak Ganjar dan ketika ia menengok melihat wajah mereka pucat ketakutan, amarahnya timbul dan ia memandang kepada ular itu dengan mata bernyala. "Kau ular siluman" Baik, turunlah siluman busuk! Turunlah dan terima kebinasaanmu!" Sambil berkata demikian, ia melemparkan gendewanya ke atas tanah dan mencabut Kyai Banaspati, berdiri memandangke atas dengan sikap gagah! "JengWulan. jangan.!" masih terdengar seruan PakGanjar, akan tetapi Ratnawulan sama sekali tidak memperdulikannya dan pada saat itu,ular yang merasa kepalanya sakit tertumbuk anak panah yang kencang sekali jalan itu, tiba-tiba menyambar ke bawah. Dengan melilitkan ujung ekornya pada cabang pohon, kepalanya menyambar dengan mulut terbuka lebar ke arah Ratnawulan! Gadisitu cepat melompat ke samping, menghindarkan diri dari sambaran kepala ular. Ia belum sempat mengerjakan kerisnya oleh karena gerakan ular itu cepat sekali, dari atas menyambar ke bawah. Setelah sambaran pertama gagal, kepala itu terayun-ayun dan menyambar-nyambar dari kanan ke kiri dengan amat cepatnya. Mulutnya mendesis-desis dan mengeluarkan bau amis sekali. Akan tetapi Ratnawulan terlampau cepat baginya dan biarpun berkali-kaliia menyerang, selalu gadis ini dapat melompat ke samping dan mengelak dengan baik sekali. Bahkan, pada sambaran kelimakalinya, Ratnawulan yang telah mempelajari gerakan ular itu, cepat mengejar dan menusuk dengan kerisnya. Iamerasa betapa kulit ular itu benar-benar keras dan licin sekali sehingga kerisnya Kyai Banaspati juga meleset! Ia maklum bahwa klit ular itu mengeluarkan lender yang membuat kulititu amat licn,maka makin gemaslah Ratnawulan. Ketika untuk keenam kalinya ular itu * menyerangnya dengan mulut terbuka lebar dan lidah terjulur keluar,ia tidak mengelak sambil melompat seperti tadi, akan tetapi dengan amat beraninya ia hanya menggeser kakinya dan miringkan tubuh, kemudian secepat kilat kerisnya menyambar kearah lidah ular yang dijulurkan keluar! "Cep!"dan keris itu dengan ganasnya membabat lidah itu sehingga putus. Ular ini ketika tadi ditusuk oleh Kyai Banaspati, sungguhpun tidak terluka, akan tetapi daya keampuhannya keris itu membuat kulitnya terasa panas bagaikan terbakar, maka ia menjadi marah sekali. Dan kini lidahnya terpotong oleh keris pusaka itu! Terdengar suara menggoak yang menyeramkan sekali dania lalu melepaskan belitan ekornya sehingga tubuhnya yang panjang itu kini jatuh menimpa Ratnawulan! Pak Ganjar dan kawan-kawannya yang semenjak tadi menyaksikan pertempuran hebar itu dengan hati penuh kengerian dan menahan napas,kini menjadi makin gelisah. Mereka menjerit ketakutan ketika melihat betapa dengan kecepatan luarbiasa, ular itu tadi dapat menyapu tubuh Ratnawulan dengan ekornya, sungguhpun gadis itu tadi dapat mengelak dari terkaman tubuh ular. Bukan main hebatnya sabetan ekor itu, kekuatannya ratusan kali. Pohon cemara pun akan roboh kalau disebet oleh ekor itu. Ratnawulan terkena sabetan pada pinggangnya dan tubuh dara perkasa itu terbanting ke atas tanah! Kalau lain orang yang terkena sabetan ini, tentu tulang pinggangnya akan patah-patah. Akan tetapi, Ratnawulan hanya terlempar dan jatuh saja, sama sekali tidak menderita luka, karenaia telah mempergunakan aji kesaktiannya Liman Murni (Tubuh Gajah), sehingga ekor ularitu seakan-akan menyabet seekor gajah yang berat dan kuat, maka tentu saja tak berdaya merusakkannya. Apalagi Ratnawulan memang telah mempelajari ilmu kekebalan dan tubuhnya telah "berisi" aji kesaktian wejangan Panembahan Mahendraguna. Lagi pula, keris Kyai Banaspati bukanlah senjata biasa dan amatlah ampuhnya, maka senjata pusaka inipun mendatangkan pengaruh dan kekuatan yang mujijat. Orang-orang yang menyaksikan betapa dara perkasa itu terlempar, telah mengeluh dan menjadi gelisah, akan tetapi hampir saja mereka bersorak girang ketika melihat betapa dengan cekatan sekali bagaikan bajing melompat, Ratnawulan telah melompat kembali. Bibirnya masih tersenyum-senyum sungguhpun sepasang matanya menyinarkan cahaya yang beralamat kurang baik bagi yang dipandangnya. Dan karena pada saat itu yang dipandangnya adalah ular itu, maka sudah dapat ditentukanakan nasib binatang ini. Ular yang benar-benarkuat itu biarpun menderita kesakitan hebat karena lidahnya terpotong, masih dapat bergerak amat cepatnya. Ketika ia melihat bahwa gadis itu tidak binasa oleh sabetan ekornya, ia bergerak lagi dan tahu-tahu ekornya telah dapat melilir gadis itu. * Ratnawulan hanya merasa jijik dangeli saja, akan tetapi dara perkasaini menanti saat yang baik. Ia menjaga agar supaya kedua tangannya tetap bebas dan bagian lain dari tubuhnya ia biarkan saja dililit oleh lawannya. Ular itu mengerahkan tenaganya dan mempererat lilitannya. Jangankan tubuh manusia, batu karang sekalipun agaknya akan hancur apabila dililit dan ditekan dengan kekuatan yang bukan main besar dan hebatnya ini. Namun, untuk mencoba menghancurkan tubuh Ratnawulan dengan lilitan itu, sama halnya dengan percobaan menghancurkan sepotong baja murni. Ular itu merasa heran sekali dan mendekatkan kepalanya dan membuka mulut yang tak berlidah lagi itu untuk menggigit kepala Ratnawulan! Mulut itu dipentang lebar dan agaknya kelapa Ratnawulan akan dapat dicapoknya begitu saja! Saat yang dinanti-nanti oleh dara perkasa Ratnawulan. Secepat kilat menyambar, keris Kyai Banaspati meluncur ke arah mulut itu dan ambles ditenggorokan ular itu.Ketika Ratnawulan mencambut kembali kerisnya, darah menyembur keluar dari mulut ular.Akan tetapi dengan cepat Ratnawulan telah mempergunakan kesempatan selagi ular itu terkejut dan kesaktian sehingga lilitannya mengendur,untuk melepaskan diridari lilitan dan melompat jauh dari situ sehingga ia tidak terkena semburan darah dari mulut ular. Kini ular yangtelah terluka parah itu menggeliat-geliat dan kepalanya tak dapat menyerang lagi, hanya terputar-putar mengucurkan darah dari mulut. Parapengiring dari Jatikembar ketika melihat hal ini, dengan girang dan gagah lalu datang menyerbu. Semua senjata, tombak, parang, kapak, linggis, dans ebagainya, jatuh bagaikan hujan lebat di atas kepala ular sehingga tak lama kemudian kepala ular yang keras itu dapat dihancurkan dan matilah binatang itu. Bangkai ular diseret dan rombongan itu menuju ke kampong mereka sambil bersoraksorak dan tertawa-tawa girang. Setibanya di dusun Jatikembar, dengan hati-hati mereka membedah perut ular itu dan mengeluarkan mayat kawan mereka yang ditelan ular. Ternyata bahwa mayat itu masih utuh, hanya terluka bekas gigitan ular. Maka jenazah itu lalu dikebumikan dengan upacara sederhana. Sementara itu, setelah mendapat penjelasan lagi tentang para perampok yang mengganggu penduduk Jatikembar, Ratnawulan meninggalkan dusun untuk pulang ke puncak, karena ia takut kalau-kalau ibunya akan merasa gelisah apabila malam hari itu ia tidak kembali. Penduduk Jatikembar yang merasa amat berterima kasih, mengantar dara perkasa itu sampai diluar dusun di mana mereka berdiri memandang sampai gadis itu lenyap di sebuah tikungan jalan.Mereka kembali ke kampong sambil tiada hentinya membicarakan kegagahan dara itu. Di dalam pondok bambu di puncak Mahameru, Dara Lasmiduduk di atas pembaringan bamboo.Rambutnya telah menjadi putih semua sungguhpun usianya belum tua benar. Akan tetapi, biarpun kepalanya telah penuh dengan uban, namun wajahnya masih nampak cantik dan belum ada keriput pada kulit mukanya itu. Bibirnya masih kelihatan merah dan sepasang matanya bahkan * mengandung cahaya yang tenang berpengaruh.Di hadapannya duduk Ratnawulan yang menceritakan kepada ibunya akan gangguan perampok dikaki bukit sebelah timur itu dan dinyatakan pula niat hatinya untuk turun gunung dan membasmi perampokperampok itu. Dara Lasmi mengerutkan kening dan berkata dengan suara sungguh-sungguh. "Anakku Wulan. Kalau memang benar sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk Jatikembar bahwa mereka itu adalah bekas pemberontak yang dipukul mundur oleh tentara Majapahit, kau sama sekali tak boleh mengganggu mereka, Wulan!" Ratnawulan memandang kepada ibunya dengan matamengandung keheranan besar. Memang ia belum pernah diberitahu oleh ibunya tentang riwayat hidupibu dan mendiang ayahnya. "Mengapa begitu, ibu?" Pertanyaan yang singkat ini mengandung sebuah tuntutan *yang tak disadari oleh dara itu, tuntutan kepada Dara Lasmi untuk menceritakan segala sesuatu mengenai riwayatnya. "Anakku," katanya setelah menarik napas panjang,"agaknya telah tiba saatnya kini bagimu untuk mengetahui siapakah sebenarnya kita ini dan siapa pula mendiang ayahnya serta mengapa kita berdua sampai tinggal di atas puncak yang sunyi ini." Maka berceritalah DaraLasmi tentang semua pengalaman semenjak suaminya tewas dalam peperangan akibat kecurangan Kartika. Ratnawulan mendengar engan amat tertarik.Ia merasa terharu dan juga marah sekali ketika mendengar betapa ayahnya tewas dalam cara yang amat mengecewakan dan betapa ibunya melarikan diri dalam keadaan yang amat sengsara. "Demikianlah,Wulan. Kerajaan Majapahit dalam pengaruh jahat dari Bagawan Mahapati, dan selama bagawan itu masih berkuasa mempengaruhi Sang Prabu,maka pemberontakan akan timbul tiada hentinya. Mereka yang memberontak itu bukan semata-mata membenci raja. Kita takkan membenci keturunan Raden Wijaya atau Sang Prabu Kertarejasa,akan tetapi yang kita benci adalah bagawan jahat itu. Ketahuilah bahwa Kartika, jahanam besar yang menjadi musuh kita itu, bukan lainadalah murid terkasih dari Bagawan Mahapati.Oleh karena itu, tak dapat kubenarkan apabila kau membinasakan sisa-sisa pemberontak yangtelah terpukul oleh tentara Majapahit,karena harus kauingat bahwamerekaitu sebenarnya segolongandengankita. Bukankah ayahmu juga membantu Raden Nambi dari Lumajang, yang memberontak terhadap Majapahit pula" Mereka itu, sisa-sisa pemberontak itu, adalah kawan-kawan seperjuangan kita, Wulan!" * Semenjak tadi Ratnawulan menahan-nahan amarahnya terhadap Kartika musuh besarayahnya itu. Setelahibunya selesai dengan penuturannya, ia berkata. "Ibu,kalau begitu, ijinkanlah anakmu turun gunung, pergi ke Majapahit dan membunuh keparat Kartika dan gurunya, pendeta palsu Mahapati itu!" Mau tak mau ibunya hanya tersenyum juga mendengar ucapan anaknya ini."Wulan, kau benar-benar seperti seorang anak kecil. Apa kaukira pekerjaan itu akan semudah kau mengucapkannya" Kartika adalah seorang panglima yang tangguh, dan Bagawan Mahapati adalah seorang yang sakti mandraguna, memiliki ilmu sihir dan segala macam ilmu hitam. Selain itu, ia mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang amat besar di Kerajaan Majapahit sehingga andaikata ia mengangkat kari tangannya memberi isyarat, ribuan orang tentara Majapahit akan menyerbu dan menangkapmu sebelum kau sempat bergerak." Tertegunlah Ratnawulan mendengar ucapan ibunya ini. Memang ia samasekali belum tahu tentang siapakah sebenarnya musuh-musuhnya itu dansampai bagaimana besar kedudukan mereka.Kini, mendengar ucapan ibunya,walaupun ia tidak merasa gentar, akan tetapi ia menjadi binggung juga. "Habis, bagaimana baiknya, ibu" Apakah dendam ayah itu harus dibiarkan saja?" "Tidak demikian maksudku, Wulan. Dendam ini harus dibalas dan manusia berhati curang seperti Kartika harus ditumpas.Akan tetapi kita harus mencari jalan yang baik dan aman." "Kalau begitu, ibu. Aku harus pergi ke hutan randu tempat sisa pemberontak itu bersarang. Aku hendak mencari keterangan tentang keadaan Majapahit pada waktu sekarang dari mereka, dan akupun harus membuktikan sendiri apakah benar-benar mereka ini menjadi perampok-perampok sebagaimana yang dituturkan oleh penduduk Jatikembar. Karena, menurut pendapatku,betapapun juga keadaan mereka, dan siapapun juga mereka itu, pekerjaan merampok orang-orang kampong adalah perbuatan yang amat jahat dan harus dibasmi. Aku tidak rela membiarkan penduduk Mahameru diganggu,biar siapapun juga yang akan mengganggunya." Dara Lasmi tak dapat membantah kebenaran dalam kata-kata anaknya ini, dan diamdiam ia merasa girang karena dari ucapan iniia mendapat kesan bahwa Ratnawulan memiliki kegagahan dan * kesetiaan.Iapun tidak merasa khawatir akan keselamatan anaknya karena maklum bahwa anaknya telah memilikiilmu kepandaian yang tinggi. Ia menghela napas dan berkata dengan suara menyesal. "Sayang kau eorang wanita, Wulan. Kalau saja kau seorang laki-laki, tentu kau akan dapat memimpin mereka itu untuk menyerbu Majapahit dan membalas dendam terhadap Kartika dan gurunya yang jahat." Ratnawulan diam saja,akan tetapi ucapan ibunya ini merupakan api yang membakar hatinya yang membuat ia menjadi panas hati,gemas dan penasaran. Mengapa sesuatu yang hebat" Diam-diam ia berjanji kepada kepada diri sendiri untuk melakukan pekerjaan yang oleh kaum laki-laki saja.Akan tetapi mulutnya tidak menyatakan sesuatu oleh karena ia tidak ingin mendatangkan rasa khawatir dalam hati ibunya. Akhirnya Dara Lasmi memberi perkenan juga kepadaRatnawulan untukmenemui sisa pemberontak yang kini berada dikaki gunung sebelah timur. "Berhati-hatilah kau, Wulan, dan dalam sepak terjangmu ingatlah selalu akan segala wejangan Eyang Semeru, dan terutama sekali ingatlah bahwa ibumu selalu berdoa untuk keselamatanmu dan selalu menanti-nantidi puncak gunung ini." Setelah memeluk ibunya dengan mesra,Ratnawulan lalu berangkat, meninggalkan puncak Mahameru, menuruni lereng sebelah timur yang belum pernah dituruninya karena ibunya selalu melarangnya turun di bagian itu. Larangan Dara Lasmi ini hanya untuk menjaga kalau-kalau anaknya bertemu enggan seorang dari Lumajang sehingga tempat persembunyiannya diketahui orang. Lereng Mahameru bagian timur penuhd engan hutan-hutan liar yang belum penah dimasuki manusia. Penduduk-penduduk dusun sekitar tempat itu bahkan menganggap bahwa hutan-hutan di sekitaritu amat angker dan merupakan tempat-tempat berbahaya di mana orangdapat masuk tak dapat keluar kembali. Akan tetapi, Ratnawulan bahkan merasa gembira sekali ketika masuk ke dalam hutan-hutan ini karena pemandangan di situ jauh berbeda dengan pemandangan di bagian-bagian lain yang pernah didatanginya. * Ketika Ratnawulan sedang berjalan dengan cepat karena hutan randu yang ditujunya masih jauh, tiba-tiba dari balik pohon-pohon berlompatan keluar dua belas orang tinggi besar yang tampak liar dan ganas. Mereka itu sebetulnya adalah perampokperampok yang dahulu mengganggu Dara Lasmidan dibuat tidak berdaya oleh Eyang Semeru. Mereka dipimpin oleh kepala rampok yang dulu,yang bernama SingaPragalba (Singa Buas), laki-laki kasar yang dulu hampir saja mengganggu Dara Lasmi kalau tidak keburu datang EyangSemeru yang mencegahnya. Ratnawulan berdiri dengan kedua kaki terpentang dan kedua tangan bertolak pinggang. Ia menyangka bahwa inilah orang-orang yang dimaksudkan oleh penduduk Jatikembar, dan disangkanya bahwa perampok-perampok ini telah keluar dari hutan dan sedang menuju ke dusun-dusun untuk mengacau. Melihat lagak mereka yang tersenyum-senyum menyeringai dengan pandangan mata kurang ajar, Ratnawulan menjadi kecewa. Beginilah mecamnya pemberontak-pemberontakyang oleh ibunya disebut kawan-kawan seperjuangan itu" Singa Pragala melangkah maju menghadapi Ratnawulan dan sepasang matanya yang merah itu memandang seakan-akan seekor singa yang kelaparan memandang kepada seekor domba muda yang gemuk! "Eh, eh,manis!" katanya dengan suara parau sambil menyeringai sehingga nampak giginya yang besar-besar dan kuning. "Kau siapakah dan hendak pergi kemana" Mari kakang antar, dan lebih baik kakang gendong saja daripada kakimu yang halus itu menjadi sakit!" Bukan main marah dan mendongkolnya hari Ratnawulan mendengar ucapan yang kuranga ajar ini, dan makin besarlah kekecewaaannya. Sungguh tak tahu malu! Perampok itu usianya sedikitnya setengah abad, dan menyebut diri sendiri kakang! Bangsat benar! Akan tetapi makian ini hanya dikeluarkan di dalam hatinya saja dania masih menyabarkan hati ketika bertanya. "Kalianini apakah pemberontak-pemberontak yang dipukul mundur oleh barusan Majapahit?" Mendengar pertanyaan ini, dua belas orang perampok itu saling pandang dan kemudian pecahlah suara ketawa, seakan-akan ucapan Ratnawulan itu terdengar amat lucunya. "Ha-ha-ha, bidadari yang cantik manis! Kami adalah laki-laki sejati, jantan tulen yang menjagoi hutan sekitar tempat ini,dan bukan harimau yang menjadi raja hutan, melainkan aku, singa Pragal badan sebelas orang anak buahku ini! Bagaimana kau menyangka kami pemberontak" Sudah lama aku * Singa Pragalba hidup membujuang belum mempunyai isteri, dan agaknya pantas sekali menjadi istriku. Ha,ha, ha!" "Kakang Singa, dara jelita ini wajahnya mengingatkan aku kepada puteri yang ditolong oleh kakek tua itu!" tiba-tiba seorang diantara berkata. Mendengar ucapan ini semua perampok memandang penuh perhatian dan Singa Pragalba sendiripun mengakui bahwa wajah daraini benar-benar mirip dengan puteri yang dulu mereka ganggu. "Benar, Reksamuka (Si Muka Beruang), memang dia mirip sekali. Akan tetapi yang ini lebih segar, lebih muda, dan lebih manis!" "Patut benar menjadi bini kakang Singa!" kata seorang lain. Sementara itu tanpa diketahui oleh perampok-perampok yang bodoh dan sial itu, wajah-wajah Ratnawulan mulai berubah kemerah-merahan,sepasang matanya bersinarsinar mengeluarkan cahaya panas.Tadinya ia merasa lega bahwa mereka ini bukanlahorang-orang yang oleh ibunya disebut kawan-kawan seperjuangan, dan ia hendak meninggalkan mereka begitu saja. Akan tetapi, melihat sikap dan mendengar kekurangajaran mereka, timbulah amarah dalam hatinya dan ia takkan merasa puas sebelum memberi hajaran ke pada orang-orang liar ini. Ia pun maklum bahwa yang mereka bicarakan adalah ibunya, karena ibunya pernah menuturkan bahwa dulu ketika ibunya mulai mendaki Gunung Mahameru, ibunya diganggu oleh sekawanan perampok dan kemudian ditolong oleh gurunya. Jadi inikah gerangan perampok-perampok jahanam yang pernah mengganggu ibunya. Mendapat kesempatan untuk membalas sakitjati ibunya dengancara demikian mudah tanpa mencari musuh-musuhnya ini, Ratnawulan menjadi demikian girang sehingga ia tertawa bergelak.Kawanan perampok itu lagi-lagi saling pandang terheran-heran, karena bagamanakah anak perawan ini demikian tabah sehingga menghadapi mereka ini sambil tertawa-tawa" Kalau saja anak gadis ini mejadi ketakutan, melarikan diri dengan wajah pucat dan menjerit-jerit, mereka akan mengalami kesenangan mengejar-ngejar gadis yang lari ketakutan itu, berlumba berdulu-duluan untuk menangkap dan memeluk tubuh muda itu. Akan tetapi, gadis itu bukanlah lari ketakutan dan menangis, bahkan berdiri dengan gagah, masih bertolak pinggang dan tertawa bergelak-gelak, seakan-akan tidak sedang berhadapan dengan dua belas orang perampok tinggi besar, akan tetapi menghadapi dua belas ekor tikus yang lucu-lucusaja. "Eh, kunyuk-kunyuk bercelana!" Ratnawulan memaki sambil menudingkan telunjuknya yang runcing kearah mereka."Ingatkah kalian bahwa puteri yang kalian kejar-kejar dulu itu menggendong seorang anak perempuan" Nah, bukalah matamu lebar-lebar! Akulah anak itu yang sekarang datang hendak menuntut balas atas kekurangajaran dahulu terhadap ibuku " * Terkejutlah para perampok itu, terkejut dan memandang kagum. Mereka bukan terkejut karena takut, akan tetapi terkejut dan kagum melihat betapa anak kecil dahulu itu kini telah menjadi seorang remaja puteri yang demikian cantiknya. "Ha, ha, bagus sekali. Kakang Singa, kuntumyang dulu itu kini telah mekar menjadi kembang." Singa Pragalba menyeringai senang dan ialalu maju menubruk dengan maksud memeluk Ratnawulan sambil mendengus. "Manis, marilah ikut kakang!" "Monyet tua! Hari ini adalah hari terkutuk bagi kau dan kawan-kawanmu!"seru Ratnawulan sambil mengelak ke samping dan ketika tubuh kepala rampok itu memeluk angin, kaki kiri dara perkasa itu bergerak cepat menterampang kedua kaki Singa Pragalba sehingga tentu saja tubuh yang tiba-tiba kakinya terangkat itu menjadi terguling, terdorong kedepan dan jatuh dengan hidung menyentuh tanah lebih dulu. "Aduh biung!"Singa Pragalba berteriak dan ketikaia merangkak, hidungnya yang besar itu telah penyok dan berdarah karena mencium batu hitam. Ratnawulan tertawa geli. "Ha,ha, tak pantas kau bernama singa! Lebih baik ganti saja namamu dengan Kapi(Monyet) atau Sona (Anjing). Kau seperti monyet makan teletong (tai lembu)" Biarpun merasa geli di dalam hati, namun anak-anak buah Singa Pragalda tak berani tertawa dan mereka memandang dengan mata terbelalak saking herannya. Kepala mereka adalah seorang yang terkenal kuat dan memiliki kepandaian berkelahi yang mereka kagumi, akan tetapi kini menghadapi dara itu, baru satu gebrakan saja telah berdarah hidungnya. Sementara itu, Singa Pragalba menjadi amat marah. Ia melopat berdiri, mengeluarkan geraman seperti seekor serigala, lalu mencabut goloknya dan memberi komando kepada anak buahnya. * "Serbu!"tangannya menuding kearah Ratnawulan.Anak buahnya lalu mencabut golok masing-masing karena untuk menghadapi dara perkasa itu dengan tangan kosong, mereka takut kalau mereka pun akan mengalami nasib seperti pemimpin mereka. Kemudian, sambil bersorak-sorak mereka menyerbu danmenyerang Ratnawulan dari segala jurusan. Golok mereka yang tiap hari diasah itu berkilap-kilap terkena cahaya matahari dan diacungkan dengan sikap mengancam. Akan tetapi Ratnawulan tetap tenangdan sepasang matanya mengerling ke kanan kiri, sikapnya waspada sekali.Sebelum lawan-lawannya bergerakia telah mendahului mereka sambil berseru nyaring. "Awas! Terimalah pembagian hadiah dari Ratnawulan!" Seruan yang nyaring dan keras itu membuat para perampok itu untuk sedetik menahan gerakan mereka dan memandang dengan penuh perhatian.Akan tetapi, tibatiba tubuh gadis ditengah-tengah itu lenyap, berubah menjadi sinar yang menyambar-nyambar mereka. Demikian cepatnya gerakan kaki tanganRatnawulan dan luar biasa pula terjangannya sehingga sukarlah mengikuti gerakan tubuhnya dengan mata. Segera terdengar jerit kesakitan susyl-menyusuldan robohlah para perampok itumalangmelintang dan tumpang tindih. Inilah Ilmu Pukulan Liman Bramantya (GajahMengamuk Marah) yang dimainkan oleh Ratnawulan dengan baik sekali.Tentu saja para perampok yang hanya terdiri mengandalkan tenaga otot itu tak dapat bertahan menghadapi ilmu pukulan yang hebat ini. Mereka itu biasanya berkelahi mempergunakan tenaga, tanpa disertai kecerdikan otak. Sebenta rsaja dua belas orang itut telah rebah mengaduh-aduh, ada yang benjol-benjol kepalanya, bocor hidung dan mulutnya, biru hitam matanya, bahkan ada pula yang patah-patah tulangnya. Singa Pragalba sendiri untuk kedua kalinya terbanting sehingga kini pada jidatnya, tepat di tengah atas alisnya, nampak kulitnya benjol sebesar telur bebek yang berwarna biru. Semua perampok merangkak dan menjauhkan diri dari dara perkasa itu yang mereka anggap telah mempergunakan ilmu sihir sehingga mereka menjadi ketakutan ak berani maju lagi. Akan tetapi Singa Pragalba tidak mau menyerah begitu saja. Ia melompat bangun lagidan sambil menuding kepada Ratnawulan yang masih berdiri tersenyum-senyum sambil bertolak pinggang, ia berkata keras. "Perawan keparat! Kau telah mengandalkan ilmu sihir untuk melawan kami. Kalau kau memang keturunan pendekar dan bukan seorang pengecut, pergunakan cara perkelahian yang jujur. Atau, kau tentu takut melawan aku tanpa mempergunakan ilmusihirmu?" Ratnawulan tersenyum mengejek. "Pembalasanku tadi sebenarnya masih terlampau lunak, mengingat bahwa kalian hanyalah orang-orang kasar yang tak berotak,maka aku masih memberi ampun.Akan  tetapi, tidak tahunya kau benar-benarseorang yang bermartabat rendah. Kau ingin berkelahi" Baik, baik! Memang dosamu telah terlalu banyak maka kau perlu mendapat hajaran yang lebih berat.Nah, bagaimana kau mau berkelahi" Menggunakan senjata atau bagaimana" Aku siap sedia menghadapimu dan jangan takut, aku takkan menggunakan ilmu sihir." Paraanak buah Singa Pragalba maju mendekat lagiuntuk menyaksikan perkelahian ini. Mereka mengharapkan agar pemimpin mereka akandapat membekuk perawan yang telah membuat mereka merasa sakit-sakit seluruh tubuh itu, agar mereka dapat pula membalas dendam. "Tak perlu aku mempergunakan senjata-senjata." jawab Singa Pragalba, "cukup dengan kedua tangan ini.Rasakan pukulan!" Sambil berkata demikian, kepala rampok itumenyerbu sambil mengirim pukulan sebesar buah kelapa itu kearah dada Ratnawulan! "Hm, tak tahu malu!" seru Ratnawulan yang merasa marah sekali sambil menggeser kakinya ke belakang dan miringkan tubuhnya sehingga pukulanitu mengenai angin. "Lihat aku tidak mempergunaan kecepatan dan ilmu berkelahi yang baik!" Singa Pragalba menjadi penasaran sekali dan kembali ia menyerang. Tingkahnya seperti seekor babi hutan yang menyeruduk saja, mengandalkan tenaga yang besar. Pukulan tangannya ini dengan mudah menghancukan sebutir kepala, maka kalau seandainya pukulannya itu mengenai tubuh Ratnawulan, akan celakalah dara itu. Akan tetapi serangan Singa Pragalba bukan merupakan apa-apa bagi Ratnawulan dan sampailimakali ia dapat mengelak dengan amat mudahnya. "Tangkislah pukulanku! "teriak Singa Pragalba dengan amat marah dan penasaran."Tangkislah kalau kau berani!" Bibir Ratnawulan yan gtersenyum itu mengeras. Orang ini benar-benar tak tahu diri. Memang, siapakah yang takkan merasa penasaran" Menghadapi seorang remaja puteri yang mulai dewasa, seorang gadis yang berpinggang ramping dan bertubuh kecil lemah itu,masa seorang kepala perampok yang terkenal sampai kalah dan dipermainkan" Hampir gila karena marahnya Singa Pragalba memikirkanhal ini. Sementara itu a menyerang terus dengan pukulan bertubi-tubi sungguhpun pukulannya selalu mengenai angin, jangan kata dapat menyeramkan kulit tubuh lawannya, menyentuh ujung kembennyapun tak pernah!  "Kau ingin merasakan tangkisanku" Nah, rasakanlah!" Sambil berkata demikian, Ratnawulan miringkan tubuhnya dan dengan jari-jari terbuka dan tangan dimiringkan,ia membabat kearah pergelangan tangan Singa Pragalba. "Dukk!"terdengar suara ketika pergelangan lengan yangbesar itu ditumbuk oleh tangan Ratnawulan yang kecil dan berkulit halus. Kalau tidak melihat sendiri, para perampok itu tentu takkan mimpin mereka berlutut sambil memegangi tangannya, lalu menjerit-jerit kesakitan. Pergelangan tangan kirinya yang dipakai memukul tadi telah lumpuh karena tulangnya retak! Namun,kepala rampok inibenar-benar bendeldan tidak mau menyerah dengan mudah.Tiba-tiba ia melompat dan tangan kanannya yang tidak terluka itu diulur merupakan cangkeraman yang menyerang pundak Ratnawulan, agaknya ia hendak mencekik leher gadis itu. Ratnawulan terkejut dan menangkis kilat tangan kanan Singa Pragalba menangkap tangan gadis itu dan dengan geraman liar ia membetot tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh dara perkasa itu. Akan tetapi, secepat kilat tangan kanan Singa Pragalba menangkap tangan gadis itu dan dengan geraman liar iamembentot tangan Ratnawulan hendak memeluk tubuh dara perkasa itu. Akan tetapi, selagi paraanak buah perampok merasa girang, tiba-tiba terjadilah halyang aneh sekali. Entahbagaimana daraperkasa itu bergerakkarena tahu-tahu tubuh Singa Pragalba yang tinggi besaritu mencelat danterlemparjauh, jatuhdi bawah sebatang pohon.Kebetulansekali di bawah pohonitu terdapat teletong (tai lembu) yang hitamdan masih empuk, bergunduk seperti bukitkecil. Tubuh Singa Pragalbajatuh dengan muka lebih dulu,tempat diatas teletongitu sehingga mukanya masukke dalam tai lembu itu. Kini menggigilah tubuh para perampok itu dan mereka tidak merasa lucu ketika melihat betapa Singa Pragalba merangkak-rangka bangun sambil membersihkan mukanya dari tai lembu dan terdengar ia merintih-rintih kesakitan. "Nah, biarlah huhuman ini merupakan pelajaran bagi kalian! "kata Ratnawulan." Dan lain kali janganlah kalian memandang rendah kaum wanita! Kalau aku mendengar lag itentang kekurangajaranmu terhadap wanita, awaslah! Ratnawulan akan datang dan menghabiskan nyawa kalian!" Setelah berkatad emikian, sekali ia berkelebat dengan mengeluarkan Aji Kesaktian Marga Kenaka (Kijang Emas), tubuhnya melompat jauh dan lenyap di balik pohonpohon, sehingga para perampok itu saling pandang dengan mata terbelalak dan mulut melongo, akhirnya mereka berlutut dan menyembah oleh karena mereka menduga bahwa gadis itu tentulah sebangsa peri dari kahyangan.  * Menjelang senjakala, sampailah Ratnawulan di hutan randu dikaki Mahameru sebelah timur itu. Hutan ini besar dan memang di situ tumbuh banyak sekali pohon-pohon randu alas di samping pohon-pohon raksasa lain. Dari luar,hutan itu nampak angker sekali,sehingga tidak sembarang orang beranimemasukinya. Kadang-kadang terdengar auman harimau dan salak anjing serigala yang melolong-lolong mendirikan bulu tengkuk. Tanpa ragu sedikitpun juga, Ratnawulan memasuki hutan itu dan menuju ke tengah. Karena hutan itu amat rangkut (penuh tetumbuhan),maka kalau di luarhutan masihsenja, didalam hutan itu telag gelap sekali.Cahaya matahari Siang sudah lemah itu hanya sedikit saja dapat menembus celah-celah daun pohon. Tiba-tiba Ratnawulan menahan langkahnya. Telinganya yang terlatih dan mempunyai tenaga yang lebih kuat daripada telinga orang biasa itu dapat mendengar suara orang-orang dari jauh yang hanya terdengar sebagaibisik-bisiksajadiseling suara ketawa. Bagi oranglain,tentu suara itu akandisangka suara jin dan setan penghuninya hutan liar akan tetapi Ratnawulan maklum bahwa itu adalah suara orang-orang bercakap-cakap yang menggema di dalam hutan. Ia lalu mengarahkan langkahnya ke jurusan suara-suara itu mendatang. Tak lama kemudian tampaklah olehnya sinar terang dan ternyata bahwadi tempat terbuka karena pohon-pohonan agaknya telag ditebang, terdapat tiga unggun api besar bernyala-nyala dan di sekitar api itu terdapat banyak orang lakilaki.Adayang bercakap-cakap, ada yang bersendau gurau, bahkan ada yang sedang memanggang daging binatang hutan. "Hm, inilah mereka!"kata Ratnawulan dalam hatinya dan tanpa takut sedikitpun ia melangkah maju dengan cepat sehingga sebentar sajaia telah berdiri di dekat kelompok orang-orang yang jumlahnya kurang lebih tiga puluh orang itu. Seorang di antara mereka, masih muda berusiadua puluhan, adalah orang pertama yang melihat kehadiran dara perkasaitu.Pemudainitiba-tiba menggigilseluruh tubuhnya dan denganjari tangan menuding kearah Ratnawulanyang disangkanya periatau jinperempuan,ia berdiri dengan kedua kaki wel-welan(menggigil) dan mulutnya yang hendak berseru "Setan. Setan!" itu hanya dapat mengeluarkan suara,  "Uuh.uuuuh.!" Kawan-kawannya memandangnya dengan heran dan ketika mereka menengok mereka heran dan juga terkejut sekali.Pada penglihatan pertama, semua orangjuga timbul persangkaan bahwa yang berdiri dengan kedua kaki terpentang dan tangan bertolakpinggang itutentulah sebangsa peri atau jin. Seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun dan agaknya berani dari kawannya, lalu bangkit berdiri dan melangkah maju,akan tetapi tidak sampai terlampau dekat Ratnawulan, lalu menegurnya. "Siapakah di depan" Kalau manusia, datang darimana, siapa nama,dan apa maksud kedatangan" Kalau makhluk halus, harap pergi dan jangan mengganggu kmi yang mempunyai niat jahat!" Ratnawulan menjadi geli hatinya dan terasa lagi ia tersenyum.Mereka menahan napas ketika melihat senyum ini. Silau mata mereka melihat kecantikan wajah dengan senyumnya yang amat manis itu. Melihat pendangan mata mereka, timbul sifat kenakalan Ratnawulan yang hendak mempermainkan mereka. "Hai para pemberontak! Kalian menyatakan tidak berniat jahat, akan tetapi mengapa kalian mengganggu penduduk Mahameru danm erampok mereka?" Benar saja, ucapan ini membuat tiga puluh lebih orang laki-laki itu menjadi gemetar dan ketakutan.Merekatak syak lagi, wanita initentulah seorang peridari Mahameru yang datang hendak menghukum mereka! Orangtua yang tadi menegur Ratnawulan lalu berkata lagi setelah menjilat-jilat bibirnya yang terasa kering. "Sang Mahadewi, kami terpaksa merampok karena kami harus makan. Mengandalkan hasil buruansaja tidak cukup untuk memberi ransum kepada kawan-kawan kami yang puluhan jumlahnya. Kalau kami tidak merampok hasil tani para penduduk, tentu kami akan mati kelaparan!" Suara Ratnawulan terdengar keras dan berpengaruh ketika ia berat dengan marah. "Pandir, lemah dan pengecut! Kalian menganggap diri sendiri ksatria-ksatria yang gagah, yang telah berani memberontak untuk menumbangkan kekauasaan jahat! Apakah tujuan dari pemberontak kalian itu" Bukanlah kalian bertujuan untuk membasmi kekuasaan jahat guna membela rakyat daripada  penindasan" Dan sekarang apakah yang kalian perbuat" Merampoki rakyat jelata malah! Tahukah kalian bahwa dengan alasan mencegah diri sendiri dari kelaparan kalian telah membuat penduduk Mahameru terancam bahaya kelaparan kalau padidan hasil sawahnya kalian rampok" Inikah pahlawan-pahlawan perkasa" Memalukan sekali!" Pada saat itu,semua orang memandang kepada Ratnawulan dengan melongo, bakan orang-orang yang tadi memanggang daging juga meninggalkan pekerjaannya sehingga daging yang terpanggang dan dibiarkan menjadi hangus dan asap bergulung-gulung. Semenjak berangkat daripuncak gunung, Ratnawulan belum makan apa-apa, maka kini mencium daging panggang, ia merasalaparsekali.Kemarahan danucapan yangkeras membuat perutnya terasa makin lapar saja, makatanpa memperdulikan orangorangyang berada disitu, ia lalu melangkah maju ketempat pemanggangan daging,dan membalik-balikkan daging yang dipanggang itu sampai matang benar. Kemudian ia mulai makan daging tanpa melirik atau menawarkan kepada orang-orangyang masih berdiri dan mengawasi seluruh gerak-geriknya bagaikan patung. Melihat betapa "peri" itu makan daging panggang dengan enaknya, mereka mulai bisik-bisik. "Ia suka daging panggang!" kata seorang. "Ia bukan peri! Mana adaperi makan dagingpanggang!" terdengar suara lain. "Mahkluk halus tak pernah makan."kata suara ketiga. "Dia orang biasa! Dia penipu!" kata orang lain dengan suara marah. Maka mulai beginilah orang-orang itu dan dengan hati geram mereka mulai bergerak mendekati Ratnawulan. Akant etapi orang tua yang agaknya menjadi pemimpin itu berkata. "Jangan ganggu Dia, biarkan dia makan lebih dahulu. Kasihan kelihatannya amat lapar!" Sambil makan daging panggang, diam-diam Ratnawulan mendengarkan semua percakapan ini dan ia merasa amat geli. Ia agak merasa amat puas melihat sikap mereka, karena tidak sekasar parap erampok yang dihajarnya siang tadi. Bahkan didalam hati ia memanfaatkan perbuatan mereka yang telah merampok setelah mendengar alasan orangtua tadi. Mereka memang bodoh, akan tetapi kadaaan mereka patut dikasihani. Setela hselesai makan, Ratnawulan memetik daun pisang bagian pupusnya (daunmuda) untuk membersihkan bibir,kemudiania berdiri untuk menghadapi mereka. "Setidaknya aku berterima kasih untuk daging yang baru saja kumakan tadi." katanya. Kini mereka menghadapinya dengan marah. Orangtua itu berkata sambil tersenyum, karena ternyata ia adalah seorang penyabar. "Nini, jangan kau mencoba untuk menipu kami. Kau bukanlah seorang peri, akan tetapi seorang gadis biasa. Sebetulnya siapakah kau dan mengapa kau seorang remaja puteri seorang diri datang dihutan berlukar pada malam hari?" Ratnawulan tersenyum manis. "Siapakah yang menipu kalian dan siapa pula yang mengaku menjadi peri siluman" Kalian sendirilah yang bodoh dan tahyul ,menganggap aku sebagai peri! Aku adalah seorang biasa dan kedatanganku ini untuk menghentikan kesesatan kalian yang telah berani menganggu pendudukGunung Mahameru!" Mendengar pengakuan bahwa dara ini bukanlah seorang peri, kembalilah keberanian semua orang dankini mereka terheran-heran mendengar pernyataan Ratnawulan yang hendak melarang mereka! Timbul geli dalam hati mereka, bahkan seorang di antara mereka yang tinggi besar lalu melangkah maju dan bertanya dengan suara mengejek. "Nona manis, ucapanmu sombong sekali! Dengan jalan apakah engkau hendak menghentikan perbuatankami?" "Mungkin dengan senyumnya yang manis!" terdengar seorang mengejek.  "Lirikan mata yang tajam memikat memang dapat melumpuhkan semangat kita!" seru seorang lain. "Kalau diamenjadi punyaku, disuruh apapun juga saya akan rela!" katapula seorang lain yang agak kurangajar. Akan tetapi jawaban dara itu benar-benar membuat semua orang tertegun, karena dengan sikap tenang dan suara keren. Ratnawulan berkata. "Aku akan menghentikan kesesatan kalian dengan jalan melarang kalian melakukan perampokan kepada orang-orang dusun!" Untuk beberapa lama semua orang terdiam karena suara ini biarpun halus dan merdu, namun amat berpengaruh dan mengejutkan. Aka tetapi, hal itu hanya berlangsung sebentar, karena segera meledaklah suara ketawa mereka. Bahkan orang tua yang sabar itupun tersenyum geli melihat kecongkakan gadis ini. "Nini," kanta sambil menahansenyum, "kau benar-benar gagah berani.Akan tetapi, kau adalah seorang gadis lemah lembut dan cantik jelita, tak kalah oleh puteriputeri Majapahit. Sedangkan kami adalah orang-orang kasar, perajurit-perajurit yangt angkas dan kuat. Dengan cara bagaimanakah kau dapat melarang kami?" Semua orang terdiam sambil tersenyum dan memperhatikan dara itu karena ingin

Dyah Ratnawulan 02

Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo Bagian 2 sekali mereka mendengar jawabannya. "Aku melarang kalian mengganggu penduduk di sini, dan dengan cara apa saja yang akan kaluan kehendaki. Dengan cara halus,aku hanya memberi nasihat dan peringatan saja, akan tetapi andaikata kalian menghendaki cara kasar, suruhlah maju orang yang terkuat di antara kalian untuk melawanku mengadu ketangkasan dan kegagahan!" Orang yang tinggi besar tadi lalu melangkah maju dan mengangkat dadanya yang membusung ke depan. Ia memang nampak kuat sekali dan seluruh tubuhnya dilingkari otot-otot yang menonjol keluar dibawah kulitnya. Ia terkenal sebagai jagoan di antara rombongan orang itu dan namanya  adalah Bejo. Orang ini belum tua benar, usianya kurang lebih tigapuluh tahun dan dahulu adalah anak buah tentara yang dipimpin oleh RanggaLawe di Tuban.Ia dahulu bekerja menjadi jagal (Pemotong hewan)dan selain tangannyabesar, juga ia amat pandai berkelahi, mengenal banyak macam ilmu pukulan dan gulat.Orangnya besar, akan tetapi hatinya jujur. Ketika Bupati Rangga Lawe memberontak terhadap Majapahit, ia measuk menjadi menjadi anggota barisan dan sepak terjangnyad alam peprangan amat mengejutkan musuh-musuhnya. Akan tetapi akhirnya, barisan Rangga Lawe hancur sehingga Bejo terpaksa melarikan diri dengan beberapa orang kawannya. Kini melihat seorang dara yang demikian gagah dan sombongnya, ia menjadi tidak sabar lagi karena merasa bahwa kehormatan rombongannya disinggung dan dihina. "Akulah orang terkuat diantara kawan-kawanku. Namanya Bejo asal dari Tuban. Kau ini anak perempuan ringkih (lemah) ternyata bermulut lancing. Apakah kegagahanmu menyamai Srikandi" Nah, aku telah maju,hayo, kau boleh bertindak apa saja untuk mencoba kepandaian!" Sambil berkata demikian ia melembungkand adanya dan berdiri di depan Ratnawulan sambil bertolak pnggang,seakan-akania menawarkan dadanya untuk dipukul. Karena Bejo melangkah maju sampai dekat sekali dengan Ratnawulan, gadis itu melangkah mundur setindak sambil berkata menyindir. "Namamu Bejo (mujur), akan tetapi dengan sikapmu yang kasar dan sombong ini kau mendatangkan kemalangan bagi dirimu. Dalam dua hal kau mungkin melebihi kerbau, akan tetapi dalam satuhal kaukalah oleh kerbau itu!" Bejo memandang bodoh. "Eh, apa maksudmu?" "Kau masih melebihi kerbau dalam hal tenaga dan bau tak enak, akan etapi otakmu lebih bodoh dari pada kerbau. Binatang itu masih dapat mengenal orang yang lebih kuat daripadanya, akan tetapi kau menyeruduk saja seperti kerbau gila." Semua orang tertawa mendengar ini dan Bejo menjadi marah sekali. "Bocah kurangajar! Jagalah lidahmu baik-baik. Kalau aku sudah marah, mungkin aku lupa bahwa kau adalah seorang gadis muda yang ringkih dan cantik!"  "Ringkih" Boleh kucoba! Nah, makanlah pukulanku ini!" Sambil berkata demikian, Ratnawulan mengirimpukuan kearah dada Bejo yang tersenyum mengejek sambil memasang dadanya! Ratnawulan membuka jari tangannya dan menebak (memukul dengan telapak tangan) kearah dada itu sambil berseru. "Robohlah kau kerbau!" Ketika telapak tangan yang berkulit halus itu menumbuk dada ejo, terdengar suara"buk!" bagaikan bedug ditabuh dan alangkah herannya semua orang ketika melihat betapa tubuh Bejo yang tinggi besar itu mencelat dan terlempar kebelakang dua tombak lebih seakan-akan terbawa oleh angina puyuh! Inilah dorongan yang dilakukan dengan Aji Lesus (Angin Putar) yang dahsyat sekali. Bejomerasa demikian terheran-herandan terkejut sehingga ketika pantatnya berdebuk menimpa tanah, ia terkejut dan sehingga ketika pantantnya berdebuk menimpa tanah, ia terkejut dan memandang dengan bengong. Ia tidak merasa sakit pada dadanya yang dipukul tadi, akan tetapi tenaga mendorong itu benar-benar luar biasa hebatnya, lebih kuat dari pada serudukan seekor kerbau jantan. Akan tetapi ia adalah seorang laki-laki yang kuat dan berani,maka setelah melihat bahwa dara itu bukanlah seorang biasa dan benar-benar memiliki ilmu kepandaiannya, ia lalu melompat dan sambil mengeluarkan suara keras seperti lembu menguak, ia menerkam ke depan mengirim pukulan dengan kepalan tangannya yang besardan mengerikan itu. Namun Ratnawulan memperlihatkan ketangkasan dan kegesitannya.Mudah saja ia mengelak dan biarpun Bejo mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan memukul dengan bertubi-tubi. Namun selalu pukulannya mengenai angin belaka. Beberapakali kepalannya telah hampir mengenai sasaran,akan tetapi dengan terampil sekali, jari-jaritangan Ratnawulanyang mengebut dengan perlahan telah cukupuntuk membuat pukulannya menjadi mencong arahnya dan tidak mengenai sasaran. "Hai,kerbau gila! Coba kaukejar aku!" tiba-tiba Ratnawulan mentertawakannya dan tubuhdara perkasa itu berkelebat ke sanake Mari mengelilingi tubuhBejo yang menjadi pening karena ia harus berputar-putar mengejar bayangan lawannya yang gesit itu. Belumpernah ia mengalamihal luar biasa seperti ini, makas ebentar saja kepalannya menjadi pening dan pandangan matanya berkunang-kunang. Terpaksa ia menghentikanserangannya dan biarpunia berdiri tegak, namun tubuhnya bergoyang-goyang seakan-akan bumi yang dipijaknya terputar atau seakan-akan ia merasa ada lindu besar saat itu. Ketika Ratnawulan juga menghentikan gerakannya dan berdiri sambil tersenyumsenyumdi depannya, Bejo yangtelah dapat memenangkan pikirannya itu tiba-tiba menyerang dengan seluruh  tenaga yang ada padanya. Ia maju menubruk dengan kedua tangan dipentang bagaikan seekor alap-alap menyambar anak ayam. Iamaklum bahwaia kalah gesitdan lalau iamain pukulsaja,ia takkan berhasil, maka kini hendak menggunakan ilmu gulat, hendakmenangkapdan memiting tubuh lawannya sampai gadis itu menjerit-jerit minta ampun. Akan tetapi kembali ia salah hitung. Mana Ratnawulan mau membiarkan tubuhnya ditangkap dan.didekap oleh orang yang bau keringatnya saja telah membuat kepalanya pusing itu. Dengan amat cekatania melompat ke sampingdan ketika tubuh Bejo menubruk lewat ,ia menggerakkan kakinya dan menjegal kedua kaki Bejo yang tak dapat ditahannyalagi jatuh tersungkurdengan tubuhtertelungkup sehinggaketikaia merangkak bangundenganterheran-heran, jidat dan dadanya menjadimerah karena kulitnya lecet dan darah mengalir keluar. Bejo merangkak bangun dengan perasaan malu dan terheran-heran, sedangkan para penonton kini tak dapat ditahan lagi bersorak gemuruh karena kagum sekali melihat kehebatan Ratnawulan. Sebelum Bejo jatuh tersungkur, semuaorang menahan napas dan tak dapatmengeluarkan suarasaking herannya, akan tetapi kinibaru terbuka mata mereka bahwadara jelita itu ternyata adalah seorang pendekar wanita yang benar-benar mengingatkan mereka dan pahlawan wanita yang gagah perkasa itu. Sementara itu,Bejo yang merasa amat marah dan malu, cepat bangun lagi dan kini ia menarik keluar kelewangnya, yaitugolok pemotong kerbau yang lebar dan tajam! "Keparat perempuan! Berani kau menghina Bejo, awas, tubuhmu akan kucacah-cacah sampai hancur lebur!" Ia hendak menyerang dengan kelewangnya, akan tetapi tibatiba orang tua tadi berseru. "Bejo,tahan!" Ternyata Bejo kalah pengaruh dan ia lalu mengurungkan niatnya serta melangkah mundur dengan kepala tunduk, kembali ketempat kawan-kawannya. "Wanita digdaya ini bukanlah lawanmu!" kata pula orangtua itu, lalu ia menghadapi Ratnawulan sambil berkata dengan mata memandang kagum. "Sungguh hebat ilmu kepandaianmu. Kulihat kau membawa anakpanah dan busur, maukah kau memperlihatkan kepandaianmu dalam ilmu memanah?" Sebelum Ratnawulan menjawab, ia telah memandang ke arah kelompok anak buahnya dan memanggil.  "Parta,coba kau ujiilmu memanahmu dengan wanita digdaya ini." Melompatlah keluar seorang anak muda yang usianya kira-kira dua puluhlimatahun, berwajah tampan dan berkulit langsat. Ia membawa sebuah gendewa dan pada punggungnya terdapat tempat anakpanah yang penuh dengan anak panah berbulu putih. Tanpa banyak bicara ia menurunkan anak panah tiga batang, dan kakek tadi lalu berkata kepada Ratnawulan. "Lihatlah kepandaian memanah anak buahku ini dan kalau kau memang dapat menyamai kepandaiannya, benar-benar kau seorang gadis pendekar!" Ratnawulan tersenyum dan iapun mengambil tiga batang anak panah dan mempersiapkan gendewanya, memandang kepada Parta dengan mulut tersenyum dan sikap tenang sekali. "Aku siap sedia!" katanya singkat. Parta lalu memasang anak panah pertama pada gendewanya dan ketika ia menarik gendewanya lalu melepaskannya,terdengar bunyi angin angina anak panah yang meluncur keatas itu, lenyap ditelan malam gelap. Akan tetapikarena bulunya putih dan langit diterangi oleh bulan, orang masih dapat melihat anak panah kedua yang cepat sekali meluncur ke atas menyusulanak panah pertama dan tepat sekali anak panah itu bersambung dan terus menta lke atas dengan lurus! Kembali terdengar angina anak panah ke tiga melesatlebihcepat lagi, menyusulkedua anak panah itu dankini anak panah kedua sehingga di udara terdapat tiga batang anak panah yang sambung-menyambung! Pecahlah tampik sorak memuji dari para anak buah rombongan itu sambil memandang kea rah tiga batang anakp anah yang telah habis tenaga luncurannya dan melayang turun kembali. Akan tetapi tiba-tiba terdengar darap erkasa itu berseru. "Lihatlah anak panahku!"Sekaligus Ratnawulan memasang tiga batang anak panah pada tali gendewanya dan setelah membidik dan mulutnya bergerak membaca mantra (doa), ia menarik gendewanya dan melesatlah tiga batang anakpanah itu bagaikan kilat menyambar. Terdengar lengking yang nyaring ketiga tiga batang anak panah itu menembus udara dan menyambar ke arahtiga batang anak panah.Parta yang sambung-menyambung dan sedang meluncur turun itu.Parapenonton memandang dengan mata terbelalak dan mereka melihat betapa tiga batang anak  panah dara pendekar itu menyambar anak panah Parta sehingga anak-anak panah yang pertama itu terputus menjadi tiga lagid an jatuh melayang ke bawah bersama-sama anak-anak panah Ratnawulan. Parta menjadi amat penasaran dan marah,akan tetapi ketika ia dan kawan-kawannya menghampiri anak-anakp anahnya dan melihat,ia menjadi pucat, sedangkan kawankawannya melenggong dengan penuh keheranan. Ternyata bahwa ketiga batang anak panah Parta itu semuatelah kehilangan kepalanya, terputus oleh anak-anak panah gadisitu. "Bukan main!" Parta berbisik takjub, "guruku sendiri belum tentu dapat melakukan hal ini!" Pernyataan Parta yang sekaligus menyatakan kekalahannya ini merupakan pujian terbesar, karena semua orang disitu telah tahu akan kepandiannya dan kini pemuda itu menyatakan bahwa ilmu memanah gadis itu bahkan lebih unggul dari pada gurunya sendiri. Tentu saja semua orang menjadi kagum dan bersorak gembira. Kakek yang memimpin rombongan itu lalu melangkah maju menghadapi Ratnawulan sambil mengembalikan tiga batang anak panahnya. "Nona, kau benar-benar memiliki kesaktian yang mengagukan. Belum pernah aku melihat seorang wanita seperti kau, demikian gagah perkasa sunguhpun masih amat muda sekali. Nona yang gagah,jangan membuat kami menjadipensaran. Ketahuilah bahwa diantara pasukan kami ini, yang paling kuat tenaganya adalah Bejo, dan yang paling pandai mempergunakan anak panah adalah Parta.Sedangkan orang ketiga yang paling pandai berkelahi mempergunakan senjata adalah aku sendiri, maka sekarang kuharap kau suka memperlihatkan kepadakami bahwa selain kepandaianmu luar biasa tadi, engkaupun pandai mainkan senjata sebagai seorang santika (ahli main senjata)yang sakti mandraguna."Sambil berkata demikian, kakek itu lalu mencabut kerisnya dan mengambil sebuah perisai yang bundar bentuknya. "Paman, kau mengajak main-maind engan pusaka, apakah itu tidak berbahaya?" kata Ratnawulan, "kata-kataku ini bukan berarti bahwa aku takut bermain keris, akan tetapi kulihat pusakamu itu baik juga, maka sayang sekali kalau sampai rusak." Kakek itu memandang heran. "Rusak" Bocah ayu (anak cantik), ketahuilah, pusakaku ini adalah pusaka dari Luamajang yang amat ampuhnya, bagaimana bisa rusak?"katanya sambil mengacung-acungkan kerisnya yang berluk tiga.  Berdebarlah dada Ratnawulan mendengar disebutnya Lumajang ini. "Bolehlah saya mengetahui,paman ini siapakah?" Orang tua itu tersenyum lalu menjawab setelah menarik napas panjang, "Dahulu aku adalah seorang di antara pemimpin pasukan Lumajang, akan tetapi sekarang hanyalahs eorang kepala rombongan pelarian ini. Namaku Waluyo, maka berhatihatilah kau menghadapi permainan kerisku, karena kau berhadapan dengan seorang bekas panglima perang diLumajang." Makin gembiralah hati Ratnawulan mendengar ini, akan tetapi sebelum bicara terlebih lanjut, ia hendak menguji dahulu sampai di mana kepandaian orang tua ini. Maka ia lalu mencabut kerisnya Kyai Banaspati dan berkata. "Marilah kita main-main sebentar Paman Waluyo. Akan tetapi sekali lagi kuperingatkan, jangan kau terlalu berani mengadu kesaktian pusakamu dengan kerisku ini.Banyak kemungkinan pusakamu akan rusak karenanya!" Pak Waluyo memandang pusakanya dan menjawab. "Pusaka ini adalah senjataku semenjak pertama-tama menjadi perajurit. Kalau sekarang pusaka ini sampai rusak, itu berarti bahwa aku tak cakap pula memimpin pasukan. Hayo,majulah, dan ka uboleh meminjam sebuah tameng (Perisai) kepada seorang kawanku. " "Tak usah paman, bukanlah kita hanya main-main saja?" Sikap yang agaknya memandang remeh ini membuat Waluyo merasa penasaran juga, maka ia lalu berseru dan menyerang dengan kerisnya. Ratnawulan cepat menggeser kakinya dan mengelak dengan cepat, lalu dari samping ia membalas dengan serangannya. Waluyo tidak mau berlaku lambat dan sambil majukan perisai untuk menangkis serangan lawan ini, ia membarengi dengan sodokan keris pada lambung lawannya! Gerakan ini cepat sekali dan otomatis datangnya.  sehingga merupakan serangan balasan yang amat berbahaya. Kalau sekiranya Ratnawulan memegang perisai,tentu ia dapat mempergunakan perisainya untuk menangkis. Akan tetapi gadis ini tidak mengkhawatirkan serangan lawan, bahkan ia khawatir ketika melihat lawannya menangkis dengan perisai, oleh karena ia maklum bahwa tidak ada perisai yang akan sanggup menangkis Kyai Banaspati! Oleh karena itu, secepat kilat ia memutar tubuhnya dan memapaki perisai itu dengan pukulan telapak tangannya,sedangkan keris dari Waluyoitu terpaksa ia tangkis dengan kerisnya sendiri. "Brak! Trang!" Dua suara ini berbunyi hampir berbareng ketika perisai itu menjadi pecah terkena pukulan telapak tangan Ratnawulan, sedangkan ketika kedua pusaka itu beradu, memancarkan bunga api dan terdengar serua kaget dari Waluyo karena keris pusakanya telah patah ujungnya! Bekas penglima ini berdiri dengan muka pucat sekali dan memandang kepada perisainya yang telah pecah dan kerisnya yang telah patah. Melihat kesedihan danmuka yang menunjukkan rasa malu besar itu, Ratnawulan lalu berkata menghibur. "PamanWaluyo, jangan kau merasa penasaran, karena kau bukan dikalahkan oleh orang lain. Aku adalah Ratnawulan juga seorang Lumajang! kenalkah kau kepada Senapati Nagawisena?" "Tentu saja aku mengenal mendiang Nagawisena dengan baik, karena dahulu aku berada di dalam pasukan yang dipimpinnya." kata Waluyo dengan heran "Kau siapakah?" "Aku adalah puteri tunggalnya!" Bukan main girangnya hati Waluyo dan lain-lain kawannya mendengar inidan semua orang lalu mengerumuni dara perkasa itu sambil memandang dengan penuh kekaguman. Lebih-lebih Waluyo,seakan-akania bertemu kembali dengan peminpinnya yang telah meinggal dunia, sehingga iasegera berlutut hendak menyembah Ratnawulan! Akan tetapi gadis itu cepat memegangt angan kakek itu dan menariknya bangun kembali.  "Jangan begitu, paman.Akuhanyaorang biasasaja yang bodoh dan sama sekali tak patut mendapat penghormatan besar. Kedatanganku ini sebenarnya karena tertarik hatiku mendengar bahwa disini terdapat sisa-sisa pemberontak yang dipukul mundur oleh tentara majapahit,dan terutama sekali karena mendengar betapa kalian telah melakukan perampokan terhadap penduduk gunung ini. Ibuku menganggap kalian sebagai kawan-kawan seperjuangan, dantentu saja aku merasa malu kalau mempunyai kawan-kawan yang menjadiperampok dan mengganggu rakyat di sini." "Ibumu masih hidup?" kata Waluyo dengan muka girang,kemudian ia menghela napas ketika mendengar celaan Ratnawulan tentang perampok itu. "Memang kami telah melakukan perampokan keberapa kali, akan tetapi percayalah, hal itukamilakukan dalam keadaaan terpaksa karena kami telahkehabisan ransum. Kamisedang mengumpulkan tenagauntuk mengabungkan diri dengan pemberontak-pemberontaklain yang akan dipimpin oleh panglima-panglima Kuti dan Sumi!" KemudianWaluyo menceritakan bahwa sebagian besar daripada kawan-kawannya itu adalah bekas anakbauhRangga Lawe danRaden Sora, dua orang panglimayang telah gagal dan tewas dalam usaha mereka menumbangkan kekuasaan Prabu Jayanagara yang dipengaruhi oleh Begawan Mahapati. "Bertahun-tahun kamimenjadi orang buruandan menjadi pelarian yang hidup dihutan huta, emncari kesempatan untukmembalas dendam kepada Bagawan Mahapati yang merupakan musuhbesar sekalian pemberontak,oleh karena pendeta itulah sesungguhnya yang mendatangan kebencian dalam hati kami." "Dan tahukahkau akan seorang yang bernama Kartika, paman?" "Siapa yang tidak tahu akan bedebah itu!" Sepasang mata Waluyo memancarkan api kemarahan. "Dia lebih jahat daripada gurunya dan aku telah bersumpah bahwa sekali waktu akan kubelek perutnya dan akan kukeluarkan jantungnya!" Melihat kebencian orang tua itu terhadap Kartika, Ratnawulan merasa heran, menceritakan bahwa anak gadisnya telah ditawan oleh Kartika dan dipaksa menjadi selirnya! Manusia busuk itu dengan kejamnya menghancurkan seluruh keluarga pemimpinpemimpin pemberontak.Celakalah orang-orang yang diketahui menjadi anggota keluarga orang yang telah memberontak, karena mereka takkan diberi ampun.Kalau mereka bukan perempuan-perempuan muda dan cantik, pasti mereka dibunuh, sedangkan perempuan-perempuan muda mereka tawan untuk  menjadi bahan penghinaan!" Setelah berkata demikian, Waluyo berdiri mengepal tinju dan mengertakkan giginya. "Paman Waluyo, kau tentu tahu tentang tewasnya mendiang ayahku." Waluyo mengangguk. "ayahmu binasa dalam tangan Kartika pula, memang manusia itu amat curang danj ahat." "Karena itulah ,paman, maka aku mempelajari semua kepandaian ini. Aku akan mencari mereka dan membalas dendam kepada keparat itu berikut gurunya." "Bagus, kami akan membantumu, jeng Ratna. Kau memiliki ilmu kepandaian yang hebat dan luar biasa, maka sudah sepatutnya kalau kau menjadi pemimpin kami! Bagaimana, kawan-kawan, setujukah kalau kita mengangkat dara perkasa ini menjadi pemimpin dara perkasa ini menjadi pemimpin kita?" "Akur! Akur!" "Setuju sekali!" Ratnawulan mengangkat kedua tangannya ke atas, dan menggelengkan kepalanya. "Sabar, saudara-saudara! Sungguhpun aku menaruh hati dendam kepada Kartika dan Mahapati, akan tetapi aku tidak tahu-menahu tentang pemberontakan terhadap Kerajaan Majapahit. Hal itu bukan urusaku. Aku hanya ingin mencari dan membalas dendam terhadap kedua orang itu, dan sama sekali tidak ingin menyerang Kerajaan Majapahit." Semua orangyang tadinya merasa gembira sekali karena mereka telah menaruh pengharapan besar kepada dara perkasa ini,menjadi diam dan bungkam. Akan tetapi Waluyo mencelanya. "Jeng Ratna! Mengapa kau berkata demikian" Bukankah mendiang ayahmu juga seorang  pemberontak terhadap Kerajaan Majapahit?" Ratnawulan menggelengkan kepala lagi. "Bukan, paman. Dalam pandanganku,juga menurut seorang senapati Lumajang, seorang perajurit yang memenuhi tugasnya sebagai ksatria sejati. Tentang pemberontakan-pemberontakan itu, biarlah hal itu diserahkan dan dipimpin oleh mereka yang memang mempunyai kepentingan dengan pemberontakan itu. Bagiku, asal saja aku sudah dapat membalas dendam kepada kedua orang itu, cukuplah. Lagipula, agaknya akan lebih mudah dan leluasa bagiku untuk bekerja seorang diri saja melakukan pembalasan dendam itu, daripada harus bersama dengan kalian!" Kecewalah semua orang mendengar ini, karena mereka ingin sekali berperang lagi melawan tentara Majapahit,dan mereka akan berbesar hati apabila mereka berperang di bawah pimpinan seorang yang gagah perkasa seperti daraini. "Aku mengerti maksudmu, Jeng Ratna. Akan tetapi,demi pertalian batin yang ada di antara kita, kuharapkau suka menurunkansedikit kepandaian kepada kami,agar pasukan kami mejadi lebih teratur juga ke Majapahit, oleh karena ketahuilah bahwa Majapahit memiliki panglima-panglima yang amat sakti, di samping Mahapati dan Kartika.Menurut pendapatku, akan lebih baiklahkalau kaumenanti sampai meletusnya pemberontakan baru yang jauh lebih besar dan kuat daripadayang sudahsudah,dan dalam keadaaankacau-balau itu, akanlebihmudah bagimu mencari Kartika dan Mahapati, karena mereka tentu akan maju di medan yuda. Kalausekarangkau pergike ibukotaMajapahit sengaja mencari mereka, maka kau bukan hanya akan menghadapi Kartika dan gurunya, akan tetapi kau akan berhadapan dengan seluruh panglima Majapahit." Diam-diam Ratnawulan membenarkan pendapat yang bijaksana ini, dan melihat betapa semua mata memandangnya dengan penuh harapan, ia tidak tega untuk menolak permintaan ini. "Baiklah, aku akan melatih kaliand engan sedikit ilmu kepandaian yang telah kupelajari, akan tetapi mulaisaat ini, kalian tidak boleh lagi merampok penduduk di gunung ini. Untuk ransum kita harus membanturakyatterdekat denganpekerjaan mereka di sawahagar hasil lading bertambah dan dengan demikian, maka kita akan dapat mengambil bagian kitadenganadil dan bersih. Pejuang-pejuang yang baik dan benar hanya mereka yang mendapat dukungan dan simpati dari rakyat kecil. Tanpa dukungan rakyat, usahamu akan gagal. Apalagi kalau sampai memusuhi dan mengganggu rakyat,maka kalian bukanlah pejuang-pejuang lagi namanya bahkan patut disebut penjahat dan pengkhiana bangsa."  Diam-diam Waluyo merasa tunduk dan kagum sekali. Bagaimanaseoranggadis muda remaja ini dapatmengucapkakata-katayang demikian bijaksana" Sementara itu, melihat Ratnawulan bersedia melatih dan memimpin mereka, bersoraklah semua orang yangberadadi situdan suasana menjadi gembira sekali. KetikaRatnawulan, tas pertanyaan Waluyo, menjawab bahwa ia adalah murid dari PanembahanMahendragunaatau Eyang Semeru,makin runduklahmereka karena Eyang Semeru terkenal sebagai manusiasetengahdewa yangsuci dansakti. Demikianlah, orang-orangitu lalu memberikan pondokyang terbaik sebagai tempat tinggal Ratnawulan, sedangkan pada keesokan harinya Waluyo danbeberapaorang yang tadinya menjadianak buah Nagawisena, naikke puncak Mahameru untuk menjumpai Dara Lasmi, menghadap ibu pemimpin mereka itu untuk memberi hormat dan menyampaikan warta tentang keadaan Ratnawulan yang kinitelah mereka angkat sebagai pemimpin untuk melatih ilmu kepandaian danaji kesaktian kepada tiga puluh dua orang yang berada di hutan randu, di kaki Gunung Mahameru sebelah timur. Pada suatu hari, Ratnawulan seorang diri membawa anak panahnya hendak mencari binatang buruan. Didalamhutanrandu itu sunyi oleh karena semua orang dibawahpimpinan Waluyo telah berangkat ke dusun-dusun terdekatuntuk membantu mencangkul tanahladang. Semenjak Ratnawulan berada disitu, keadaan mereka amat berubah.Tidak lagi mereka bermalas-malasan di waktu siang hari, akantetapi semenjak matahari terbit, mereka bekerjadi sawahdan pada sore harinyabarulahmerekamenerima latihan-latihan dari Ratnawulan, bermain lembing, bermain keris, memanah dan pencak silat, sesuai dengan bakat masing-masing.Bahkan Ratnawulan lalu menyuruh semua orang membuat pedang yang sama bentuk dan ukurannya, bermata dua(tajam kedua bagian), lalu ia melatih mereka bermain pedang. Maka terbentuklah pasukanpadangyang mereka beri nama Pasukan Candrasa Bayu(Pedang angin) karena menurut pendapat mereka,permainanpedangyang diajarkanmemiliki kecepatan bagaikan angin puyuh! Tentus aja permainan mereka tidak sehebat permainan dara perkasa itu, walaupun mereka memang mendapatkan kemajuan yang cepat sekali. Ratnawulan merasa suka melihat kemajuan mereka, dania kini mendapat kenyataan bahwa anak buanya memang bukanlah sebangsa perampok yangjahat. Mereka itu kesemunya bekas perajurit-perajurit yang patuh akan perintah pemimpin dan ratarata memiliki sifat ksatria yang mengagumkan. Oleh karenaitu bercita-citauntuk kelak maju menyerbu ke Majapahit lagi, maka ia bersungguh hati untuk melatih mereka sehingga Pasukan Candrasa Bayu menjadisebuah pasukan pedang yang benarbenar kuatsekali. Perjalanannya memburu binatang hutan, Ratnawulan menuju ke hutan sebelah utara yang belum pernahdidatanginya. Hutan ini amat luas dan liar,penuh dengan pohonpohon tinggibesar yang telah berabad usianya. Juga disitu terdapat banya kpohon waringin yangluar biasabesarnyasehingga untuk dapat memeluk batangnya,agaknya dibutuhkan belasan orang yangberdiri dengan tangan saling bergandengan. Pohonpohon raksasainientah sudah berapa ratus tahun umurnya. Akar-akarnyayang panjang dan besarsebagian timbul di atastanah merupakan raksasa. Akar-akargantung berjuntaike bawah seperti tambang-tambang yang sengaja dikatkan orang pada cabang-cabang pohon itu, kuat danuletsekali. Daun-daunnya lebat, memenuhi puluhan cabang-cabang dan ranting-ranting yang rata  tumbuhnya mengelilingi batang pohon membuat pohon raksasa itu nampak seperti sebuah payung yang amat besar. Auman harimau dan suara binatang-binatang lain menggembirakan hati Ratnawulan benar karena ternyata bahwa hutan liar ini amat banyak penghuninya.Memang, sebagaimana biasanya, makin liar hutannya,makin banyaklah binatangnya dan makin senanglah hati para pemburu yang memasuk ihutan itu. Tiba-tiba mata Ratnawulan yang awas itu melihat seekor kelinci putih yang gemuk lari ke bawah pohon. Cepat ia mengambil anak panah dan memasangnya pada busur yang telah dipegang semenjak tadi, akan tetapisebelum ia melepaskan anak panahnya, ia mendengar suara lain yang lebih menarik perhatianya. Suara Kijang! Ratnawulan membatalkan niatnya memanah kelinci dan segera jalan dengan hatihatikea rahsuara kijang itu.Benar saja, seekorkijang betina yang bagus dan gemuksedang berjalan perlahan dibawah pohon waringin yang amat besar. Kijang itu makan rumput di bawahwaringinitu, makandenganasyiknya, tidak tahu bahwa bahaya maut telah mengintainya darisebelah kiri. Olehkarena anginayang bersilir perlahan itu datang darijurusan depan, makakijangitu tidak tahu bahwa Ratnawulan telah berdiri dibalik tetumbuhan dan telah membidikkan anak panah kepadanya. Terdengarsuara gendewa menjepret dan sebatang anak panah meluncur bagaikan burung srikatanke arahkijang itu.Ratnawulan memandang denganmatagembira. Akan tetapi tak terasa lagiia mengangkat tangan kirinya menutupi mulutnya yang hampir saja mengeluarkan seruan karena terkejut dan heranya ketika melihat sinar putih berkelebatdari atas pohon beringin itu! Ia melihat betapa tubuh kijang itu terlempar kedepan sehinggaanak panahnyayang tadi dibidikkan kea rah leher, kinimenancap pada perut binatang itu. Ratnawulan cepatmelompat mendekati tubuh kijang yang telah rebah tak bernyawa lagidan mukanya menjadi merah karena marah ketika melihat betapa pada leher kijangitu menancap sebatanganak panahlain yang mendahului anak panahnya dan yang ternyata lebih tepat kenanya dan yang mendatangkan kematianpadabinatang itu. Ternyata adaorang lain yang telah mendahuluinya!Siapakah gerangan orang yang berani berbuat ini" Siapakah dia yang begitu kurang ajarberani mendahuluiRatnawulan yanghendak merobohkan buruannya" Akan tetapi, sebelum iamelihat orang yang berani berlancang tangan ini, tibatiba ia mendengar auman hebat dari belakangnya dan ketika ia cepat membalikkantubuhnya, ternyata bahwa seekormacan gembong yang besar sekali, sebesarlembumuda, telahberdiri dibelakangnya dan tiba-tibaharimauitu menubruk sambilmenggerengdengan suarayang dahsyat sekali! Ratnawulan cepatmelompat kesamping untuk megelak,akan tetapi oleh karena harimau itugerakannya cepat sekali, hampirsajapundaknya kena dicakar.Bukanmain marahnya Ratnawulan, karenasebelum diserang  olehharimaugembong itu, iamemang telah marah sekali kepada orangyang mendaghului memanah kijang. Kinidenganhatigeramia mencabut keris pusaka Banaspati danmenghadapi harimau itudenganmata berapi-api! Tidak biasaRatnawulan menghadapiseekor harimau saja dengan kemarahan demikian besar. Pada saatitu terdengar jepretan jemparing (busur) dan tiba-tiba dariatas pohon beringin itumenyabar turuntigabatang anak panah dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar dan dengan tepat sekali tiga batang anak panah itu menancap di tubuhharimauyang telah siaphendak menerkam Ratnawulan lagi, menancap di leher punggung, dan lambung! Sambilmengeluarkan gerengan keras danpanjang robohlahmacan ituberguling-guling, mengeliatdan akhirnya keempat kakinya berkelojotan laludiam! Kalau tadi kemarahan Ratnawulan laksanaapiberkobar panas, kinimakin kejatuhan hujan, mendidih Kawah Candradikuma kejatuhan hujan, mendidihdan menggelora sehingga dadanya naik turun amat hebatnya. Kalautadi si pelepas panah yang mendahuluinya membunuhkijangdianggaphanyalancing tangan, kini melihat anak panah pembunuh harimau yang samabentuknyaitu, ia menganggap bahwaorang ini telah menghinanya! Dengan kerisBanaspati di tangan, ia memandang ke atas pohon dan membentak kertas. "Keparat rendah dari manakah beranimenghina Ratnawulan?" Tiba-tiba terdengar suara ketawa di ataspohon dandisusul oleh suara seorang laki-laki yang tenang, "Alangkahindah namaitu. Sesuai benar denganorangnya!" Ucapan ini disusul pula oleh melayangnya bayangan seorangpemuda dari atascabang pohon itu. Ketikakeduakakinya menginjak tanah,tak terdengar suara sedikitpun sehingga diamdiam Ratnawulan terkejut melihat ilmu lompatorang itu dan memandang penuhperhatian. Orang itumasih muda,paling banyak duapuluh satuatau dua puluh dua tahunusianya,berkulithitam manis dan wajahnya amat gagahdan tampan. Alis matanya sehitamrambutnya, tebal dan mengingatkan orangakan alis Raden Gatotkaca. Sepasang matanya bercahaya-cahaya bagaikan bintangpagi, lebar danbersinar tajam. Bola mata yang tak mau diamitu menandakan bahwa dia adalah seorang periang.Hidungnya mancung danbagusbentuknya, sedangkan mulutnya yangmanis itu membayangkan kekerasan hatinya, terutama dagunya yang kuat dengan lekuk di tengah-tengahnya.Tubuhnya sedang saja, yakni potongan bambang. Pakaiannya sederhana,seperti yang biasadi pakai oleh petani-petani muda.Ikatkepalanya sempit dan hanya dikatkan secarasembarangan di ataskeningnya. Gagang keris terselip pada pinggangnya.Sedangkan dipunggungnya nampak tempat anak panah dikalungi busur yang besarberwarna putih.  Mendengar pemuda itu memuji namanya, Ratnawulanmenjadimarahdan jugaheran. Bagaimana adaorang seberani ini" Belum pernah dara perkasa ini melihat orangberani bermain-mainpadanya,dan melihat pemuda ini tersenyumsenyummemandangnya rendah, ia menjadigemas sekali. "Benar-benar nama yangindah,dan orangnyalebihayu lagi!" katapemuda itu pula sambil memandang dengan mata jujur,sama sekali tidak menyembunyikan kekagumannya. "Tutup mulutmuyang kotor!" Ratnawulanmembentak dengan bibirmerengut dan mata memancarkan api. "Kaumanusia sombong, manusia kurang ajar." "Lho, bagaimanapula ini"Mengapa kau marah-marahdan menyebutkusombong dan kurang ajar?" "Kau. kau telah berani memanah mati harimau itu!" Ratnawulan mengigit bibir menahan kemarahannyaoleh karenadipanahnya harimau tadi benar-benar menyakitkan hatinya. Pemuda itu menggaruk-garuk kepalanyayang tidak gatal. "Kalau kau tidaksedang bicara danberadadi depanku sehinggaakumelihatjelas bahwa kedua kakimu mengambah (menginjak) tanah, tentu aku akan kusangka peri!" "Gila!"Ratnawulan memaki. "Memang mungkin aku sudah menjadi gila, atau memang kau yang bukan manusia!Di dalam hutanliarseperti ini, dimana orang-oranglelaki biasapunbelumtentuada yangebrani memasukinya, aku bertemu dengan seorang dara seperti engkau seorang diri! Inisudahamataneh namanya. Kemudian kau menghadapi harimau dengan keris di tangan dan samasekali tidaktakut, bahkandapat mengelak dari terkaman harimau tadi. Ini lebih aneh nemanya. Kemudianaku menolongmu daribahaya maut, dengan anak panahkukubinasakanharimau busa itu, dan apakah bunyiterima kasihmu"Kau memberi hadiahmakian! Ini namanyalebihanehdari sekalian yanganeh!" Biarpun katanya menunjukkan bahwa ia merasa penasaran melihat sikap yang tak tahuakan terimakasihitu, namun wajah pemuda itu masih saja memperlihatkan keriangan hatinya. Ratnawulan cemberut."Siapa butuh pertolonganmu" Siapa tadi melihat kau berlancang tangan membantuku" Aku tidak butuhakan bantuanmu!Kau telahberlaku lancing, memanahbinatang buruanku, kemudian kau membunuh pulaharimau yang sedang hendak kubunuh! Kau telah  sombongmemperlihatkansedikitkepandaianmu, apakah kaukira di dunia ini hanya kau seorang saja yang paling gagah" Tanpa bantuanmu,akupun akandapat membinasakan harimau itu dengan mata meram.Jangankan baru seekor harimau,biarpun ada sepuluh ekorpun aku tak takut. Kaumenghinaku,bukanlaku seorangksatria untuk menghina orang lainmengandalkan kepandaiannya!" Semenjak tadi pemuda itu memandang dengankagum sambil tersenyum, seakan-akan melihat gadis berkata-kata dengan muka merah danmatabersinar-sinaritu merupakan pemandangan yang amat menarikhatidan menyenangkan. Ia sama sekalitidak perduli melihat kemarahan orang. Bahkankini ia lalu bersedekap (menyilangkan lengan di depan dada) danbertanya. "Habis, kalau kau menganggap aku kurang ajar, sombong dan sebagainya lagi, kau hendak memberi hukuman apakah kepadaku?" "Aku bukan algojoyang berwenang menghukum orang, apalagi orang macam engkau!"jawabRatnawula dengan marah sekali. "Kalau begitu, apakah kehendakmu selanjutnya"Biarlahkauketahuibahwa akubernama Adiprana, masih jejakaberusia duapuluh satutahun, baru saja turunGunung Bromo danhendak pergike." "Aku tidak perduli!Akutidak perduli kau bernama setanatau iblis, tidak perdulikau baru turun dari neraka pula!" Ratnawulan memotong dengansuara keraskarena hatinya mendongkol sekali, akan tetapi diam-diam namaAdiprana itu terukir di dalam hatinya. "Kauharus mintamaafkepadaku karena segala kelancanganmu tadi!" "Kalau aku tidak mau?" "Aku akanmembinasakanmu dengan kerisku!" Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepala danbibirnya berbisik, "Aduh,galak dan ganasnya.! Biarlahakuminta maaf saja." Kemudian ia membungkuk sambil berkata,"Padukaputeri yang mulia, semogasudimelimpahkan maaf sebesarnya kepada hamba yangrendah."  Makin panas hati Ratnawulanmelihatbetapa pemuda itu sengaja megejeknya,maka ia lalu membentak, "Kalau kau tidak berlutut dan menyembah, aku tak maumemaafkankau!" Kini sepasang mata pemuda itumemandang tajam dan suaranyaterdengar penasaran sekali ketikaberkata. "Ah, bagus sekali! Kaukirakau hanya main-main saja,tidaktahunya kau bersunguhsungguh! Sayang, seorang gadis yang cantik dangagah seperti kau inimemilikikesombongan seperti itu. Aku kulihat sampai di mana sih tingginya kepandaianmu makaakuberani bersikapdemikian terhadap anak Gunung Bromo!" "Kaupun belum kenal sepak-terjang anak Mahameru!" Ratnawulanmembalas"Majulah!"Sambil berkata demikian, ia berdiri dengantubuh agak merendah, tangan kanan memegangkerisyang ditarik sampai kesamping pinggangnya, sedangkantangan kirinyaditaruh didepan dada dengan jari tangan terbuka. Adipranayang melihat sikap ini maklumbahwa gadisitu memilikikepandaian, dan pula iadapat mengenal keris pusaka di tangan gadis itu, maka ia tidak mau berlaku sembronodan cepat mencabutpula kerisnya yangjuga mengeluarkan cahaya tanda keris pusaka ampuh. "Tidak pantas seorang pria menyerang lebih dulu," jawab Adiparana yangbetapapun juga masih memandang ringan, "Kau majulah hendakkulihat sampai dimana kepandaianmu!" Ratnawulan tak dapat menahan sabarlagi dan segeramengirimserangan dengan kerisnya meluncurdengan tusukanke arah dada lawan. Adiprana berlakuwaspadadan kagum melihatkecepatangerakandara perkasaini, makaia cepat menggerakkan kerisnya untukmenangkis. "Trangg!"Ketika duabilahkeris itu salingmembentur, memerciklah bunga api dan keduanyamerasa betapa telapak tanganmerekayang menggenggamgagangkeris, menjadi panas dansakit. Keduanyaterkejut sekalidan cepat memeriksa keris masing-masing, akantetapi senjata mereka tidak rusak, maka mereka menjadi legadan mulaiserang-menyerang lagidengan lebih hati-hati.  Bukan main kagum danherannya Adiprana ketika ia menyaksikanketangkasan dan kehebatan ilmu keris gadis itu.Hal ini sama sekalitak pernahdisangkanya. Tidaksajadalamhal tenaga lawanya tidka kalah olehnya, bahkan kecepatannyapunhanyadapat mengimbangi dara ini!Iakagumsekali dan mengerahkan seluruhkepandaiannya yang ia warisidari gurunya, yaituPanembahan Bromosakti,seorang pertapa yangsakti mandraguna di puncak Gunung Bromo. Sebaliknya, Ratnawulan jugamerasaterkejut dankagum. Baru kali ini semenjak turun gunung ia menjumpai lawan yangbenar-benar berat dan tinggiilmukepandaiannya. Ia telahmenyerang dengan hebatdan telahmengeluarkan segala aji kesaktian,akan tetapi tak berhasil mendobrak dan membobolkan pertanahan lawannya. Tipu dilawan tipu,kegesitan dilawan kecepatan,dan ilmu dengan ilmu telahia pergunakantanpa hasil sehingga ia menjadi makin penasaran dan gemas. Kedua orang itu benar-benar hebat. Pertempuranyang terjadi kali inisayangtidakada yang menyaksikannya, karena kalau ada orangketiga yangmenyaksikan, ia tentu akan berdiri bengong saking takjubnya. Tubuhkeduaorang mudaitu berkelebatankesanakemari, keris mereka menyambar-nyambarbagaikan kilat, kadang-kadang terdengarbunyi nyaring kalau sepasang senjata beradu dan nampakbunga api berpijar. Akan tetapi, setelah bertempur puluhan juruslamanya, akhirnya pemuda itumerasa betapa tangannya yangmemegangkeris mulai gemetar dan panas sekali. Ia maklum bahwa hal ini terjadi oleh karena kerispusakanya kalah ampuh dan kalau diteruskan,banyakkemungkinan ia akan kalah.Makin meninggi rasakagumnyadan tibatiba ia melompatke belakang sambil berseru. "Tahan!" Bagaikan seekor banteng mencium darah, Ratnawulan berdirid engan keris di tangan kanan dan tangan kirinya menolak pinggang, kakinya terpentang dan matanya menatap lawannya dengan pandang mata beapi, dadanya naik turun dan dari jidatnya yang berkulit kuning langsat danhalus itu menitik keluar beberapa butir peluh. "Mau apa lagi" Hayo majulah, keluarkanlah semua kepandaianmu, Adiprana! Jangan kauanggap dirimu sendiri saja yang gagah perkasa. Keluarkan kesaktianmu dan coba jatuhkan aku kalau kaubisa!" Ia menggunakan tangan kirinya menepuk-nepuk dadanya dan berkata, "Kerahkan kejantanmu, karena kau baru patut memandang rendah dan berlaku sombong kalau kau sudah bisa mengalahkan aku. Inilah anak Mahameru yang tak sudi dihina oleh siapapun juga!" Dalam sumbar dan tantangannya ini Ratnawulan melepaskan semua kegemasannya dan kemarahannya terhadap pemuda itu, pemuda yang begitu bertemu telah menimbulkan benci, marah dan juga kagum di dalam hatinya.  Mendengar sumbar dan tantangan ini, Adiprana tersenyum dan sambil menghapus peluhnya yang membasahi muka,ia berkata, "Ratnawulan, kau benar-benar gagah perkasa. Tak pernah aku melihat atau mendengar, bahkan dalam mimpipun tidak, bahwa di dunia ada seorang dara segagah engkau! Tak dapat diragukan lagi, kau tentulah anak murid Panembahan Mahendraguna yang disebut Eyang Semeru, bukan?" Ratnawulan tertegun."Bagaimana kau bisa tahu?" Adiprana menarik napas panjang dan memasukkan kerisnya ke dalam warangka. "Lebih dahulu kita harus berdamai, maukah kau" Tak enak untuk bercakap-cakap dengan seorang yang masih marah-marah kepadaku. Maukah kau berdamai dengan aku?" "Itu tergantung." "Tergantung bagaimana?" "Tergantung kepadamu sendiri apakah kau masih sombong dan memandang rendah kepadaku! Kau telah berlaku lancing dan menyakiti hatiku dengan perbuatanmu yang sombong tadi.Apakah kini kau masih merasa bahwa aku pantas ditolong dari harimau ini?"Ia menunjuk kepada bangkai harimau. "Memang aku bersalah, Ratnawulan. Memang kau tadi benar, jangan baru seekor harimau, dengan kepandaianmu itu, biarpun kau dikepung lima ekor harimau pun, rasanya kau belum berada dalam bahaya. Aku telah salah duga tadi." "Nah, kalausaja sikapmutadiseperti sekarang, siap ayang akanmenjad marah-marah" Tadi akuketerlaluan, minta maaf sajatidakmaubahkan mengejek. Begitukahsikapseorangksatria terhadap waita" Memalukan sekali!" Adipranamenarik napas panjang. "Aku minta maaf, Ratnawula, kala memang kaukehendaki, biarlahaku berlututdan menyembah kepadamu."  "Cih!Siapa yangingin disembah-sembah" Asal kau benar-benar merasa menyesal dengan kesombonganmu tadi, tak perlu hal itu dibongar-bongkarlagi. Kau sudah membuktikansendiri bahwa dalam hal ketangkasanbermain keris danolah yuda,aku tidak kalah olehmu. Ataukalau masih penasaran, boleh kitateruskan lagi sampai salah seorangmenggeletakdi sini!" "Tidak, tidak! Aku sudah cukup puas. Kau benar digdaya!" "Namun aku masih belum puas kalau belum bertandingpanah denganmu, Adiprana!Anak panahmulahyang melukai danmenyinggunghatiku tadi,maka sekarang akau ingin kausaksikan bahwa dalam hal ilmu memanah, anakMahameru juga tidak perlumenyerah kalahterhadap anak Bromo!" Dari ucapan dan nada suaranya ini, Adiprana maklum bahwa gadis inimasih merasa panas hatinya,maka sambil tersenyum ia lalumenurunkan gendewanyadan memasang anak panah. Sekali pasang ia telah menggunakan limabatang anak panah dan ia segera berkata. "Baiklah, marikita berlomba panah.Dengananak-anak panahku aku akan membuat lingkaran dipohon waringin depan itu!" Baru saja ucapannya habislima batang anakpanahnya telah melucur dari gendewadengansekali tariksaja dan anak-anakpanah itumenancap dengan rapinya merupakansetengah bulatan pada batang pohon waringin yang besar. Sekali lagi diprana mengeluarkan lima batang anak panah dan sekali lagilimabatang anak panah itu meluncur cepat melengkapi dan menyempurnakan lingkaranyang baru jadi setengahnya. Kini di atasbatang pohonitu nampak sepuluh batanganak panahyang teratur rapi, berderet-deret merupakansebuah lingkarankecil. "Nah, kau keluarkan anak panahmu dan coba kauusahakan untuk memasukkan sepuluh batanganak panah ke dalam lingkarananak panahku itu!" Ratnawulan memandangke arah lingkaran itudan iamerasabahwa ilmu memanah pemuda ini benar-benar hebat.Iamelihat betapa lingkaranitu kecilsajasehingga takkan cukupdimasuki oleh sepuluh batanganak panah, makaia tahu akan kelicikan ini.Akan tetapi, iatetaptenang, bahkan kini tersenyummengejek.  "Apakah susahnya memasukkansepuluh batang anak panah dalamlingkaran itu" Kaulihatlah!" Sambil berkata demikian iamemasang lima batang anakpanah pada gendewanyadan setelah membidik, terdengartali gendewanya menjepret dan limabatang anak panah dengan kecepatan luar biasa meluncurke arah batang pohonitu. Adipranamemandang penuh perhatian dan ia merasa heran melihat ketenangan gadis itu. Ia tahu betul bahwaruang lingkaran itutakkan mungkindapat dimasukisepuluh batang anak panah akan tetapi setelahanak-anak panahdara perkasaitu menyambarkearah lingkaran, ia menjadi terkejut sekalidan jugakagum oleh karenaanak-anak panahitu bukannya menancap di dalam lingkaran, melainkan menyambar tepat pada gagang anak-anak panahnya sehingga patah-patahdan lima batanganak panahnya jatuh keatas tanah bersama lima batang anak panah Ratnawulan. Kembali lima batanganak panahgadis itumenyambar danhabislahanak panahnyayang tadi menancappadabatang pohon itu! Sambil melangkah tenang, Ratnawulanmengambil kesepuluhbatang anak panahnya, sedangkan anak-anak panah Adiprana telah patahkepalanya dan tak dapat dipakai lagi! Akan tetapipemudaitu tidak menjadimarah. Iamaklum bahwadenganjalanitu,Ratnawulan hendak membalas dendam dan melampiaskan amarah dan kegemasannya. Ia bahkan memji dan tersenyumramah. "Hebatsekali!Ilmu panahmu memang lebih unggul daripada kepandaianku!" Mendengar pujianini dan melihat sikap Adiprana, timbulah rasa menyesal dalam hati Ratnawulan. Memang hati seorangwanita ituperasa sekali, mudah tersinggungdan mudah terharu, gampang marahdan gampang menyesal, sebentargirang sebentar berduka. Kalau saja Adipranamenjadi marah karena anak-anak panahnya dirusak dan menegur Ratnawulan, daraini tentu akan menjadi marah sekali dan mengingatkania akankelancangannya mempergunakan anak panah untuk membunuhkijangdan harimau tadi.Akan tetapi karena Adipranatidakmenjadi marah bukan memujinya, luhlah hati dara perkasa itu dan ia menjadimenyesal mengapaia telah merusak semuaanak panahdan menyerahkannyakepada Adiprana sambilberkata. "Aku telahmerusakkan sepuluhbatang anak panahmu.Terimalah lima batang sebagai penggantinya, sehingga kita masing-masingkehilanganlima batang!" Adipranamemandang dengan mata kagum dan hatinya makin sukakepada dara perkasa yang aneh ini. Kalautadipadapertemuan pertamaia berlakukurang ajar dan menggoda, hal iniadalahkarena ia  mengira bahwa Ratnawulan hanyalah seorang gadis gunung yangmempunyai sedkitkepandaian danmenjadi sombong karenanya. Akan tetapi setelah kini ia tahu betul bahwagadis ini ilmu kepandaiannya tidak beradadi sebelah bawah kepandaiannya sendiri, maka iamenjaditertarik,kagum, suka, dan menganggapnyasebagai seorang sederajat dan segolongan. Mereka duduk di atas rumput dan Ratnawulan bertanya. "Adiparana, bagaimana kau bisa tahubahwa aku adalahmurid EyangSemeru" Siapakah kau sebenarnya dan siapa pulagurumu?" "Sepertitelah kukatakan tadi, namaku Adiparana dan aku adalah murid tunggal dari Eyang Bromo sakti yang bertapa di puncak GunungBromo.Tadi aku hanya menduga saja bahwakauadalahmurid Eyang Semeru oleh karena gurukupenah memberi pesan bahwa Eyang Semeru mempunyai seorang murid wanitayang sakti dan yang ilmu kepandaiannya tinggisekali. Maka begitu melihatkepandaianmu bermain keris,mudah saja menerkasiapa adanya kau.Ketahuilah, Ratnawulan, gurukumasih terhitungadikangkatgurumu sendiri, maka kitabukanlah orang lain dan masihdapat disebut saudara seperguruan." Ratnawulan girang sekali mendengarini. "Sayang bahwa eyang guru tak pernah menceritakanperihal gurumu itu, akantetapi melihat kepandaianmu, aku percaya bahwa kau tentulahmurid seorang sakti," kataRatnawulan, pandang matanyamenatap wajah yangtampan itu. Meliaht sinar mata gadis itu memandang sengan terbukadan jujur, tanpa sedikit pun sungkan dan malumalu sebagaimana pandang mata lain gadis,Adiprana merasa suka dan kagum. Benarbenar seorangdarayang sukar ditemukan keduanya,pikirnya.Seperti inilah agaknya Srikandidi zaman pewayangan itu.Tidak,Ratnawulan lebihgagah lagi, lebih cantik jelita dan mengagumkan. "Kautinggal di manakah, Ratnawulan" Kalaugurumu bertapa di puncak Mahameru, mengapa kauberadadi tempat sejauhini?" "Aku sedangbertugas memimpin Pasukan Candrasa Bayuyang bersarang di hutan randu." Mata Adipranaterbelalaj memandang. "Memimpin. apa.?"  Ratnawulan tersenyum bangga."Aku memiliki sebuah pasukan yang gagah berani, terdiri daritigapuluh orang, yaitu PasukanCandrasa Bayu. Mereka bersarang ditengah hutan randu di kaki Gunung Mahamerusebelah timur." Bukan main heranahtipemuda itu."Melatih pasukan" Mengapa dan untuk apa?" Melihat wajahpemudaitu demikianterheran, Ratnawulan tertawageli. "Kau tidak tahu, Adiprana, pasukan itu bukanlah pasukan sembarangan, akan tetapi pasukan istimewa danpara anggotanya terdiridari sisa-sisapemberontak Majapahit,dahulu anak buah Panglima Nambi diLumajang dan lain-lain. Mereka bercita-citauntuk membalas dendamdan mengempur Majapahit lagi, maka kini aku melatih mereka dengan ilmu pedang dan olah yuda." Adipranatertegun dan memandang dengan muka menunjukkan bahwaia hampir takdapat percaya akanpenuturan ini. "Kau. Kau menjadi pemimpin pemberontakyang hendakmenggempur Majapahit" " "Aah, panjang ceritanya, Adiprana.Sekarang haritelah hampir senja dan kedua bangkai binatang inikalau tidak lekas dirawat akan menjadirusak.Maukah kau kehutan randuuntuk kuperkenalkandenganPasukan Candrasa Bayu dan mendengar lanjutanceritaku" Aku akan menceritakanriwayatku, asal sajakau maumenceriakanriwayat hidupmu lebih dahulu padaku. Setelah saling mengadu kesaktian dan saling berkenalan, kemudian ternyata masih saudara seperguruan, sudah sepatutnya kalau kita saling mengetahui riwayat hidup masing-masing pula." Mendengar bahwa dara perkasa itu memimpinsepasukan sisa para pemberontak, mulamulaAdipranamerasaragu-raguuntuk ikut, akantetapi entahmengapa, ada sesuatu pada gadis itu yang membuatia tidak kuasauntuk menolak ajakanini. Entah sepasang mata yangjernih dan indah itu, entah bibiryang merah danmanis itu. Akantetapi, ia bangunberdiri bagaikan terdorong oleh pengaruh yang jauh lebih kuatdaripada tenaga batinnya sendiri, memanggul bangkaimacan sambil berkata. "Kijangitu bagianmu karena lebih ringan." "Kaukiraaku tidak kuat untuk memanggul macan itu?" Kembali sepasang mata Ratnawulan memancarkan sinar berapi.  Adipranatersenyum. Dalampekealan yang tak berapa lamaini ia telahtahu akan sifat gadis ini,maka iamenjawab. "Tentu sajakau kuat memanggulnya, akan tetapi sudahmenjadikelaziman umum bahwa kaum pria harus memanggul yang lebih berat.Dan pula, sekarang sudah hampirgelap,kalau tidak lekas-lekaskita akan kemalaman di jalan." "Mungkinbagi oranglain, akan tetapibagi kita, jarakitu tak berapa jauh.Mari kita berlombalari!"kata Ratnawulan sambil memanggul kijang itu. Keduanyalalu menggunakan aji kesaktian mereka dan berlari cepat sambil memanggul kijangdan macan itu, berlari-lari bagaikanterbang cepatlah menujuke hutansebelah timur. Di sepanjangjalan, mereka tidak banyak bicara dan diam-diam Ratnawulan merasa gembira sekali oleh karena barukali inilah ia dapat berlari cepat dengan seorang yang memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan tidak kalah olehnya. Dalam diri Adiprana ia merasa mendapat seorang kawan yang amat baik dan cocok. Sementara itu,senja mulai mendatangdan Sang Batarasurya telah bersembunyi di balik puncak Bukit Mahameru, sungguhpun cahayanya masihmenghambatsatangnyasang malam gelap.Dan di dalam cahaya yang suram itu,di mana anginatak bertiup dansegala sesuatuagaknya diam dansunyikarena ditinggalkan oleh matahari, nampak dua bayangan berkelebat cepat.Darijauh merekatidak kelihatan seperti manusiabiasa, karenabiarpuntubuh bagian bawah seperti orang biasa,akan tetapi bagian atasnya kelihatanbesar dan aneh bentuknya.Kalau adaorang yang kebetulan melihat dua sosokbayangan ini, tentu mengira bahwa mereka adalah setan-setan pertama yang keluar dari persembunyiannya setelahSang Batara surya yang mereka takuti itu mengundurkan diri. Padahal kedua sosok bayangan inibukan lain ialah Ratnawulan dan Adipranayang memanggul kijangdan macan,sehingga dilihat dari jauh memangbentuk pundak dan kepalamereka aneh,menjadisatu dengan kedua ekor binatangyang telahmati itu! Sebelum hari menjadi gelap benar,merekatelah memasuki hutan randudi kakiMahameru sebelahtimur, dan kecepatanlari mereka agaknyatakkankalah apabila dibandinkan dengan kedua ekor binatang yangkini mereka panggul,andaikatakeduaekor binatang itu masih dapatberlari! Karena mereka telahmempergunakan aji kesaktian mereka, yaitu IlmuLari CepatMarutoBajra (AnginKilat)!  Kedatangan Ratnawulan disambut dengan girang oleh kawan-kawannya, dan semua anggota Pasukan Candrasa Bayu yang tadinya merasa gelisah karena tidak melihat dara perkasa itu, menjadi gembira melihat pemimpin atau pelatih mereka itu datang membawakijangdan harimau.Akan tetapi, mereka memandang kepada Adiprana dengan curiga dan tak senang. Terutama sekali Bejo dan Parta, dua oranggagah yangdiam-diam menaruh hati cinta kasih terhadap Ratnawulan, merasa cemburu melihat pemuda yang tampan itu. Bejoyang wataknya jujur dan terbuka serta kasarlalu melangkahmaju, menatapwajah Adiprana dan bertanya kepada Ratnawulan. "Jeng Ratna, siapakah saudara ini dan apa kepentingannya datang ke tempat kita?" Ratnawulan tersenyum lalu memperkenalkanpemuda itu. "Ini adalah saudara Adiprana,seorangkelana mudayang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Kami telah bertanding mengadukepandaian danbekenalan, dan tidakt ahunya bahwa dia ini adalah murid dari Eyang Bromo sakti yang menjadi saudara angkat guruku sendiri. Kalian boleh banyak belajar ilmud ari saudara Adiprana ini!" Parta berkatadengansuara menyatakan ketidak-puasannya. "Bagaimana kami dapat mengetahui bahwa ia boleh dipercaya dan benar-benar digdaya kalau kamibelummenyaksikannya sendiri"Jeng Ratna, apakah ilmu panahnyadapat menandingi Kukiladanu (Gendewa Burung) kita?" "Apakah ia dapat menandingi Candrasa Banyu?" Tanya pula Bejo dengan sikap menantang. Ratnawulan tersenyum lagi. "Jadi kalian hendak memuji kesaktiannya"Tunggulah sampai esok hari, biarlah dia memperlihatkan kepandaiannya." Adipranamelihatsikaporang-orang itu, didalamhatinyamemenarkan pernyataanRatnawulan bahwa anggota-anggota pasukan istimewaini benarbenarbersikap gagahdan jantan. Maka timbulah  kegembiraannya dania maklum bahwa kalaumereka initidakdiberibuktiakan kepandaiannya, tentu mereka akanmemandang rendah dan merasatidak puas.Maka ia lalu melangkah maju dan berkata. "Saudara-saudara yanggagah! aku adalahseorangpemuda gunug yang bodoh dan hanya memiliki sedikit kepandaian saja. Apakah kalian inginkan, biarlah aku yang muda memperlihatkan sedikit kebodohanku." Ia memandang kepada Parta yang selalu memegang sebuah gendewa yang besar lalu berkata. "Agaknya saudaraadalah ahli panah yang pandaidalampasukan ini.Pernahkan saudaramendengar tentang ilmu memanahtanpa melihatsasarannya dan dapat emngenai sasaran dengan tepat hanya dengan mendengar suara saja?" Memang Parta pernah mendengar ilmu memanahini dari Ratnawulan. Ilmu memanah ini dari Ratnawulan disebut Isu Destarata(Anak Panah Destarata). Sebagaimana diketahuioleh para penggemar cerita pewayangan,Destarataadalahseorang yang buta, akan tetapi kesaktiannya menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan bumi. Destarata inilah menggiriskan hati pahlawan-pahlawan seluruh permukaan bumi. Destarata inilah yang menjadinenekmoyang parasaudara Kurawa. Ilmumemanah itu disebut Anak PanahDestarata, karenadilakukan tanpamelihat sasaran, seakanakan pemanahnya seorang butayang memiliki pendengaran yang akan menentukandi mana letak sasaran itu sehingga bidikan akanmengenai tepat. Mendengar pertayaan Adiprana, Partamengangguk danberkata. "Aku tahu tentang ilmumemanah itu sungguh punakutakdapat melakukankarena amat sukar dan sulit." Adiprana menurunkan gendewanya dan mengambilsebatang anak panah. "Nah,biarlah aku memperlihatkansedikit kebodohanku!"Sambil membawa gendewa dananak panah, Adiprana lalu menghampirisebatangpohon randu yang besardan tinggi.Di ataspohon itu terdengar suara burunggagakyang kadang-kadang berbunyi,akan tetapi oleh karena burung gagak bulunya hitam dan pohon itu amat tinggi serta diselumuti olehkegelapan malam, tentu saja daribawahorang tak dapat melihat apa-apa dan tidak tahu dimana tempat burung itu bertengger. Semua orang mengikuti gerakan Adiprana dengan penuh perhatian. Setelah tiba di bawah pohon randu itu, Adiprana menundukkan mukanya dan diam tak bergerak bagaikan patung. Ia sedang menghening cipta dan mengerahkan seluruh tenaga batinnya ke arah  telinga untuk menentukan di mana gerakan burung yang hendak dijadikan sasaran anak panahnya itu, sebentar saja ia dapat menangkap suara burung itu dengan jelas, jangankan suara menggaoknya, bahkan suara burung itu membersihan bulunyapun terdengar jelas olehnya. Tiba-tibaia menggerakkan gendewa tanpa mendongakkan kepalanya dan ketika ia menarik tali gendewa, terdengarlah suara menjepret. Akan tetapi, tepat setelah anak panahnya meluncur, dari belakangnya ia mendengar suara tali gendewa lain ditarik dan anak panah dilepaskan sehingga hampir berbareng dua batang anak panah melesat kearah gerombolan daun randu yang hitam gelap itu. Terdengar bunyi daun-daun gemersik dan seekor burung gagak yang melayang jatuh. Ketika orang ramai mengambil bangkai burung itu, ternyata bahwa dadanya telah tertusuk oleh dua batang anak panah! Adiparana berpaling dan tersenyum kepada Ratnawulan yang tadi juga melepas anak panahnya.Ia malum bahwa dengan perbuatannya itu, Ratnawulan hendak memperlihatkan pula kepada anak buahnya bahwa ia tidak kalah pandai oleh Adiprana! Bukan main gembiranya orang-orang yang berada disitu ketika mengetahui bahwa anak panah ke dua adalah anak panah Ratnawulan. Mereka amat kagum kepada pemuda itu, dan Parta diam-diam mengeluh karena ia harus mengakui bahwa Adiprana benarbenar lebih pandai dari padanya,dan sudah pantaslah kalau pemuda itu menjadi gurunya! Adipranalalu memandang kepada Bejo sambil tersenyum dan berkata, "Saudara yang gagah perkasa seperti Gatotkaca. Kautentulah ahli pedang yang tinggi ilmunya dan kuat tenaganya. Marilah kita main-main sebentar dan memang hendak kubuktikan bagaimana hebatnya permainkan pedang dari jago Paskan Candrasa Bayu!" Betapapaun juga, Bejo adalah seorang yang patuh dan akan disiplin,dan karena Adiprana adalah tamu dari Ratnawulan, maka ia memandang kepada dara perkasa itu dengan mata minta keputusan. Ratnawulan menganggukdan berkata. "Bejo,kau boleh kerahkan seluruh ilmu kepandaian dan tenagamu! Kalau kaud apat bertahan sampai sepuluh jurus saja menghadapi saudara Adiprana,sudahcukup memuaskan hatiku." Mendengar ucapan pelatihnya ini, Bejo merasa makin penasaran.Benar-benarkah ia hanya dapat melawan selama sepuluh jurussaja" Ah, jangan-jangan pemuda ini takkan dapat bertahan sampai lima jurus.  Bejo dan Adiprana lalu masuk kedalam lingkaran yang disediakan untuk mereka, yaitu lingkaran orang-orang yang menjadi penonton, diterangi oleh api unggun yang dipasang di empat penjuru. Bejo segera mencabut pedangnya, sedangkan Waluyo lalu meminjamkan pedangnya kepada Adiprana. Disaksikan oleh semua orang yang berada disitu, ada yang berjongkok dan ada pula yang berdiri mengelilingi lapangan seolah-olah mereka sedang menyaksikan adu ayam, kedua pendekar pedang itu mulai berlagak. Bejo memasang kuda-kudanya dengan kaki kiri dibelakang, tubuh agak condng kemuka, kaki kanan di depan dengan tumit di angkat, tangan kiri terbuka jarinya dimiringkan melintang dada sedangkan tangan kanan memegang pedang melintang ditempelkan di atas pundak kiri. Inilah sebuah gerak pembukaan yang dalam Ilmu Pedang Candrasa Bayu disebut Kukila Nendra (Burung Tidur). Pembukaan ini dilakukan dengan berat tubuh di tengah-tengah dan tenaga kaki dipusatkan pada kaki kiri yang berada di belakang, sehingga kaki kirilah yang merupakan tiang penyangga tubuh, sedangkan kaki kanan hanya ujungnya saja menyentuhtanah. Sikap tubuh ini memungkinkan ia membuka serangan dengan berbagai cara dan jalan. Tanpa mengubah kedudukan lawan agak jauh, ia dapat mengalihkan tenaga dari kaki kanan ke kaki kiri untuk melangkah maju dan membarengi gerakan itu dengan sebuah tusukan serong. Melihat kuda-kuda lawan ini,Adiprana tersenyum dan ia pun lalu membuka kudakudanya yang indah. Ia memasang kuda-kudanya dengan merendahkan tubuhnya,kaki kiri ditekuk lututnya dan bagian belakang tubuh diturunkan sampai hampir menyenyuh tumit sedangkan kaki kanan dilonjorkan ke depan. Tubuhnya lurus dengan mata memandang ke depan, tangan kiri diangkat ke atas kepala dengan telapak tangan di atas sedangkan pedang di tangan kanannya dilonjorkan pula di atas kaki kanan. Bejo tertegun melihat pembukaan lawannya ini oleh karena sikap dan kedudukan tubuh Adiprana itu sekaligusmemecahkan pembukaan Kukila Nendra! Dengan kedudukan macam itu, maka Adiprana boleh dibilang telah berada "di atas", lebih mudah melancarkan serangan berbahaya daribawah dan menempatkan kedudukan Bejo pada kedudukan yang amat sukar karena memang sulit baginya untuk dapat memulai serangan dengan baik apabila ia tidak merobah kuda-kudanya. Oleh karena itu, iaberseru keras dan merobah kedudukannya, dengan menarik kaki kiri maju sejajar dengan kakikanan, tubuh direndahkan dan kedua kutut ditekuk sedikit, tangan kiri tetap bersilang didada sedangkan pedangnya kini ditaruh di pinggir pinggang! Dengankuda-kuda ini,ia dapat menyerang lawannya dengan mudah, mengirim tusukan atau bacokan ke bawah! Akan tetapi Adiprana tidak merobah kedudukannya, bahkan lalu tersenyum dan berkata. "Bagus, kini kau dapat menyerang! Mulailah Bima!" Pemuda itu sengaja menyebut Bima, yaitu seorang tokoh pewayangan yang bertubuh tinggi besar sehingga dengan sebutan ituia * mengumpamakan Bejo yang tinggi besar itu sebagai Bima! Sebutan ini bukan merupakan hinaan, bahkan pujian, olehkarena Bima adalah seorang ksatria gagah perkasa, akan tetapi tetap saja suaranya mengandung nada mengejek. Bejo berseru keras, "Awas pedang!" Dan bagaikan petir menyambar, pedangnya meluncur kearah tenggorokan Adiprana dalam sebuah tusukan yang dahsyat. "Jurus pertama!" Adiprana berseru tak kalah nyaringnya sambil mernggeser kedua kakinya. Sungguh mengagumkan dan indah dipandang, oleh karena dengan amat lemas dan cekatan sekali, ia telah berpindah tempat dengangerak kai amat indah. Tanpa menangkis telahdapat mengelak bahaya tusukan itu. Akan tetapi tidak percumaBejo mendapatlatihan ilmu pedang dari Ratnawulan, karena biarpun tusukannya mengenai tempat kosong, pedangnya itu tidak ditariknya kembali, bahkan laludiubah luncurannya bagaikan burung sedang melayang. Pedangnya itu membelok ke kanan mengejar lawannya.dan kinidengan majukan kaki kiriia mengirim bacokanke arah leher Adiprana dibarengi dengan bentakan keras, lalu kaki kanannya menyusul dengan sebuah tendangan yang kuat kearah lambung lawan itu! "Jurus kedua yang bagus!"Adiprana masih sempatberseru sambil cepat-cepat menggerakkan pedangnya menangkis dantangan kirinya dengan jari-jari terbuka cepat meluncur ke arah lambung sendiri untuk menangkap tendangan itu! Bukan main hebatnya gerakannya ini! Semua orangmenahan nafas karenamereka menganggap pemuda itu terlalu sembrono untuk mencoba menangkap tendangan kaki Bejo yang tenaganya mungkin akan dapat melemparkan seekor kerbau! Kalau saja lengan atau jari tangan pemudaitu terkena tendangan kakiBejo, tentu akan remuklah tulang-tulangnya! Akan tetapi, Adiprana telah membuat perhitungan yang amat tepat. Tidak saja ia dapat menaksir sampai di mana kehebatan tenaga tenangan lawan, bahkan iapun maklumakan kecepatannya sendiri yang jauh lebih menang.Berbareng dengan bunyinya kedua pedang bertumbuk, iatelah berhasil menyangga tumit kaki Bejo yang menendang, dansambil berseru,"Maaf" ia menggerakkantangannya keatas sehinggaBejo yang kakinya didorong keatas itu tentusajatak dapat mempertahankan tubuhnya lagi yang terjengkang ke belakang! "Buk!" Bejo meringis-ringis ketika pantatnya bertemu dengan tanah keras! Terdengar sorakan memuji dari semua orang, akan tetapi Bejo masih belum puas. Ia meloncat bangun dan kini menyerang dengan hebat bagaikan harimau hausdarah! Pedangnya berkelebatan * cepat dan iatelah mengeluarkan Ilmu Pedang Angin itu sehingga pedangnya benarbenar menderu-deru bagaikan angin puyuh mengamuk! Namun Adiprana tetap tenang dan tiada hentinya mulutnya menghitung sambil menangkis atau mengelak. "Jurus ketiga! Jurus ke empat!" Pada serangan juruske delapan, tiba-tiba Adiprana menangkis sambil memutar-mutar pedangnya. Bejokalah tenaga sehingga terpaksa pedangnya ikut berputar-putar.Kemudian Bejo mengerahkan tenaganya sehingga dua batang pedang itu saling temple dan mulailah adu tenagauntuk menindas pedang lawan. Urat-urat diseluruh tubuh Bejo menggembung, tanda bahwa ia mengeluarkan semuatenaganya untuk menindas pedang Adiprana. Akantetapi pemuda Gunung Bromo itu hanya tersenyum dan nampaknya tidak sukar menahan tekanan ini. Tiba-tiba Adiprana berseru. "Awas, Bima!" Dan iamenarik pedangnya ke bawah sambil miringkan tubuh, akan tetapi tangan kirinya dengan jari-jari terbuka dia "masukkan" melalui bawah lengan kanan lawan untuk "makan" lempengnya. "Heeit.!"Bejo berseru keras dan "Ngek"perutnya telahtermakan oleh sodokan jarijari tangan Adiprana yang amat kuat! "Aduh.!"Tubuh Bejo terhuyung-huyung kebelakang dan roboh terlentang dengan pedang terlepas dari tangannya! Ia lalu merangkak sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba menjadi mulas. Masih untung baginya bahwa Adiprana tidak bermaksud mencelakakannya dan hanya mempergunakan sebagian kecil tenaganya saja. Kalau sodokan pada perut itu dilakukan dengan seperempat tenaganya saja,kecil sekali harapan Bejo akan dapat bangun lagi! "Hebat." Bejo berkata sambil terengah-engah, "aku mengaku kalah." Ratnawulan tersenyum dan semua orang bergembira mendapatkan seorang pemuda yang demikian pandai di tengah mereka. Juga Adiprana merasa girang sekali melihat kejuran Bejo.Ia makin tertarik kepada orang-orang ini sehingga ia memutuskan untuk tinggal bersama mereka di dalam hutan. * * Telah tiga pecan Adiprana tinggal bersama Pasukan Candrasa Bayudi hutan randu. Ia disukai oleh semua orangkarena ramah tamahdan sikapnya yang amat sederhana itu menimbulkan penghormatan dari semua orang. Diam-daim Parta danBejo mengakuibahwa pemuda ini jauh lebih sesuai untuk menjadi sisihan Ratnawulan, sama muda, sama rupawan dan sama saktinya. Akan tetapi, Ratnawulan sendiri menganggap tak lebih. Ia memang suka sekali bercakap-cakap membicarakan ilmu kepandaian dengan pemuda itu dan dalam percakapan itu mereka saling menuturkan riwayat masing-masing. Secara singkat Adiprana menuturkan riwayatnya. Ia adalah putera tunggal dari seorang empu (pembuat keris atau pandai besi yang pandai) di kota raja. Akan tetapi malang baginya bahwa ayahnya telah meninggal dunia karenasakit ketika ia masih berusia lima tahun. Ibunya yang masih mudamenjanda dan akhirnya, memenuh ipesan mendiang suaminya, ibunya itu mengirimkannya kepada Eyang Bromo untu kmengejar ilmu. Semenjak berusia delapan tahun, ia telah ikut pertapa itu di puncak Bromodan selama itu ia tidakpernahbertemu dengan ibunya yang tinggal seorang diri dikota raja. Ketika ia bertemu dengan Ratnawulan, ia sedang dalam perjalanan ke kota raja mencari ibunya, akan tetapi dasar anak muda yang ingin meluaskan pengalaman dan ingin berkelana, ia singah di kaki Mahameru dan bertemu dengan Ratnawulan. Ia mengambil keputusan untuk berangkat kekota raja setelah tinggal barang sepekan di hutan itu. Tidak tahunya, hatinya tuntuh oleh kecantikan dan kegagahan dara perkasa Ratnawulan sehingga beratlah rasanya untuk meninggalkan tempat itu. Sebaliknya, Ratnawlan juga menceritakan riwayatnya secara singkat saja. Ia menuturkan bahwa ayahnya tewas dalam perang, dan bahwaia dan ibunya diganggu oleh perampok-perampok. Tidak iaceritakan kepada Adiprana secara jelas siapakah yangmenimbulkan semua kesengsaraan ibunyaitu,karena ia menganggap hal itu tidak perlu diceritakan kepada seorang yang belum dikenalnya benar. Diam-diam Ratnawulan mengakui bahwa Adiprana adalah satu-satunya pemuda yang dapat menarik hatinya. Ia kagum melihat pemuda yang selain tampan dan gagah, jugaberwatak baik ini, lemah lembut dan halus sopan sikapnya, tak pernah memperhatikan kekurangajaran dan sukarlah untuk mendapatkan seorang sahabat yang lebih baik daripada pemuda GunungBromo ini. *Pada suatu pagi tiga pecan kemudian. Anak-anak buah Pasukan Candrasa Bayu telah pergi ke lading untuk bekerja. Mereka ini telah mendapat kemajuan pesat berkat pimpinan Ratnawulan yang dibantu dengan sungguh-sungguh oleh Adiprana. Tanpa terasa,pasukan itu kini benar-benar merupakan pasukan pedangy ang amat sukar dicari bandingannya pada waktu itu. * Menurut petunjuk dari Ratnawulan dan Adiprana, mereka itu kini tak pernah membawa perisai dan hanya bersenjatakan sebilah pedang. Kedua orang muda yang pandai itumenyatakan bahwa perisai selain kurang praktis, juga malahan memperlambat gerakan sendiridan sebagai pengganti perisai, diberi pelajaran kegesitan dancara-cara mengelak dengan secepat mungkn dari serangan senjata musuh. Dengan cara ini, selain gerakan tubuh tak terganggu, juga sambil mengelak mereka dapat melakuan serangan balasan yang lebih cepat lagi, sedangkan tangan kiri yang tadinya memegangp erisai,dapat dipergunakan untuk mengirim pukulanatau merampassenjata lawan, terutama apabila lawannya mepergunakan lembing. Juga mereka semua rata-rata diberi pelajaran ilmu memanah sehingga kini, termasuk juga Waluyo sendiri, semua mempunyai sebuah gendewa dan belasan anakpanah yang selalu dibawa sebagai senjata ke dua. Seperti biasa, apabilas emua orang telah pergi bekerja,Adiprana dan Ratnawulan bercakap-cakap sambil duduk di bawah pohon atau pergi berdua memburu binatang. Pada pagi hariitu,mereka tidak pergi berburu binatang dan dudukdi tempat terbuka menikmati cahaya mataharipagi yang hangat dan sehat. "Adiprana," terdengar Ratnawulan berkata. "Apakah kau telah merasa suka dan cocok tinggal ditempat sunyi bersama kawan-kawan kita itu?" "Terus terang saja Ratnawulan, aku merasa amat krasan dan agaknya belum pernah aku merasa segembira sekarang. Aku merasa senang tinggal di sini, kawan-kawan kita itu amat baik dan amat menyenangkan hati melihat kemajuan mereka, ikut bangga hatiku menyaksikan betapa pejuang-pejuang itu kini menjadi pasukan yang amat kuat." "Kausetuju dengan cita-cita mereka hendak melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Majapahit?" Mendengar pertanyaan ini, Adiprana diam saja dan sampai lama tak dapat menjawab.Akhirnya ia menjawab juga. "Ratna, hal ini sungguh sukar bagi ku untuk menjawabnya. Mereka adalah orangorang yang pernah mengalami perang melawan Majapahit dan tentu saja cita-cita mereka itu bukannya tanpa dasar. Adapunaku ini, semenjak kecil aku berada dipuncak gunung ,aku tidak tahu akan keadaan Majapahit, tidak tahu pula akan kebaikan-kebaikannya, maka bagaimana aku dapat memiliki cita-cita tentang pemberontakan" Pemberontakan hanya mungkin timbul dalam hati orang-orang yang sakit hati, yang merasa dirugikan dan yang tidak merasa senang dengan pemerintah yang ada. Sedangkan aku yang tidak mengalami semua ini, bagaimana aku dapat menyatakan pendapatku?" * Ratnawulan dapat menginsafi hal ini. "Akan tetapi, setidak-tidaknya kau tentu akan suka untuk memimpin terus mereka itu, bukan?" "Tentu saja, Ratna!" jawab Adiprana cepat dan tanpa ragu-ragu. "Kalau tidak suka, masa aku mau tinggal di sinis ampai tiga pekan." "Kalau aku minta kepadamu untuk tetap memimpin dan melatih mereka sampai tiba masanya mereka melakukan pemberontakan itu, menggabungkan diri dengan pasukanpasukan peberontakan." "Demikianlah, Adiprana. Ibuku terlunta-lunta, ayah tewas dalam keadaaan penasaran, semua akibat perbuatan Kartika keparat itu. Dan menurut penuturananak-anak Pasukan Candrasa Bayu, Kartika tinggal di kota raja,menduduki pangkat senopati dan orang itu selalu berada dekat dengan Bagawan Mahapati yang berkuasabesar. Oleh karenaitu,akudapat menduga bahwa untuk membunuh Kartika, mungkin aku harus menghadapi Bagawan Mahapati.Aku hendak naik kepuncak Mahameru lebih dulu untuk memberitahukan hal ini kepada ibu dan untuk minta diri karena telah lima pecan lebih aku meninggalkan ibu." Dengan pikiran asyik membayangkan masa depannya, Ratnawulan menundukan muka dan memandang rumput yang dicabutnya. Keadaan hening dansunyi. Ketika ia mengangkat muka memandang kepada Adiprana, ia menjadi terkejut. Sinar mata pemuda yang sedang menatapnya itu berbeda dari biasanya dan sinar mata ini membingungkan hati dara perkasa itu. "Adiprana. kau kenapakah."Kenapa kau memandangku seperti itu?" Biarpun Ratnawulan sudah berusia hampir depalan belas tahun, aku tetapi oleh karena selalu bertempat tinggal ditempat sunyi, maka iabelummengerti akan makna pandangan mata pria seperti itu. "Ratna. ijinkanlah aku ikut kau pergi ke kota raja! Aku pun hendak mencari ibuku dan.dan aku akan membantumu membalas dndam terhadapmusuh-musuhmu!aku khawatir kalau-kalau kau akan menemui bencana ditempat itu, Ratna. Aku harus mengantarkaupergi! Ucapan ini dikeluarkan dengan suara bernafsu sehingga Ratnawulan memandang makin heran. * "Ah, Adiprana, halini tak mungkin!" "Mengapatak mungkin, Ratnawulan?" Tanya Adiprana dengan suara gemetar. "Pertama, karena iniadalah urusanku pribadi yang tiada sangkut-pautnya dengan kau dan tak perlu akan membawa orang lain terseret dalam permusuhan ini. Kedua, kau harus tinggal di sini memberi bimbingan dan latihan kepada Pasukan Candrasa Bayu,dan ketiga, karena betapapun juga, tidak pantas dan melanggar tata susila bagi seorang gadis melakukan perjalanan jauh berduasaja dengan seorang pria!" Adiprana menggeser duduknya mendekati Ratnawulan dan suaranya makin hemetar ketika ia menjawab penuh nafsu. "Ratnawulan, ketiga soal itu dapat kujawab sekarang juga. Pertama, urusan pribadimu telah kuanggap sebagai urusanku sendiri, bahkan kuanggap lebih mulia dan penting daripadaurusankupribadi. Kedua,akutakkan tahantinggal di tempatini tanpa adanya kaudisini, seakan-akan sunyi senyap dunia ini tanpa adanyakaudi dekatlu! Ketiga, kelak setiba kitadikotaraja, akuakan mintaibuku melamarku sebagai jodohku, maka apa salahnya bagi seorangcalon jodohmu untuk mengantar kau ke mana kau pergi?"Melihat betapa gadisitu memandangnya dengan pucat dan mata terbelalak, Adiprana melanjutkan ucapannya, "Ratna.Ratna. tak tahukah betapa sinar matamu yang tajam melebihi Dewandanu itu telah mematahkan pertahanan imanku semenjak pertemuan kita pertama, sebagaimana anak-anak panahmu mematahkan ujung anak-anak panahku" Taktahukah kau betapa senyum dan kerling matamu itu merupakan belenggu baja yang telah mengikat kedua kaki tanganku sehingga aku tidak kuasalagi melepaskan diridan tak kuasameninggalkantempat ini" Ratna. Ratnawulan,dewi pujaan hatiku, aku. hambamu yang rendah ini. aku bersedia mengorbankan apa saja, jiwaku sekalianpun, untukmu karena. karena aku cinta padamu Ratna.! Mendengar pernyataan kasih ini, Ratnawulan melompat berdiri bagaikan diserang oleh seekor ular berbisa.Ia memandang dengan muka sebentar pucat sebentar merah dan sepasang matanya terbelalak lebar memandang wajah pemuda yangmasih duduk berlutut di depannya. "Adiprana. jangan. jangan kau mengeluarkan kata-kata seperti itu!" * "Ratnawulan, kekasih hati pujaan kalbu, kau boleh melarang aku makan minum, boleh melarang aku tidur, boleh pula melarang aku bernafas, akan tetapi kau tidak bisa melarang aku menyatakan suara hatiku, bisikan kalbuku.!" "Kaugila, Adiprana!"kata Ratnawulan sambil melangkah mundur dua tindak,akan tetapi Adiprana juga berdiri melangkah maju, merungrum (merayu) dara itu dengan cumbu rayu dan kata-kata bermadu. "Memang aku sudah gila, Ratnawulan! Aku telah gila, tergila-gila oleh kecantikanmu. Kau cantik jelita melebihi Dewi Ratih! Kaugagah perkasa melebihi Wara Srikandi! Kau lemah lembut dan setia melebihi Diah Setiawati! Kau melati sucidi antara segala puspita!" Wanita manakah yang takkan luluh imannya menhadapi cumburayu dari orang teruna setampan dan segagah Adiprana"Kalau saja yang dirungrum itu seorang wanita lain, tentu ia akan melempar perisai danmenyerah dengan hati bangga. Akan tetapiRatnawulan adalah seorang dara perkasa yang teguh imannya,dan pulaia masih asing dengan suaraasmaraini, maka cemburayu itu sungguh-sungguhpun membuat dadanya berdebar bangga, namun mendatangkan kekagetan besar. "Tidak, tidak, Adiprana! Sadarlah kau, hai ksatria utama! Demikian lemahnya imanmu" Ucapanmu itu mencemarkan kegagahanmu." "Apa, Ratnawulan" Jangan salah sangka! Kasih sayangku kepadamu bukanlah kasih sayang terdorong nafsu semata. Aku mencintaimu dengantulus ikhlas,denganhatisuci, dengan seluruhjiwaragaku. Cinta murni seperti inibukanmencemarkan kegagahan, bahkan membuat nama seorang ksatria dijunjung tinggi sepanjang masa. Cintaku kepadamu bagaikan cinta Palgunadi terhadap Anggraeni, cinta yang akan kubawa sampai mati!" "Cukup.Adiprana. Tetapkanlah hatimu dan sadarlah!" "Kau menolak cintaku, Ratnawulan" Kau tega menghancurkan hidupku" Penolakanmu berarti hancurnya hidupku, seakan-akan dunia ditinggalkan Dewangkara (matahari). Aku akan binasa, tak kuat menghadapi gelombang hidup di mayapada." * "Adiprana, sekarang belum tiba saatnya bagiku untuk bicara tentang hal itu. Aku belum dapat membuka pintu hatiku kepada siapapun juga,tidakkepada priayang manapunjuga. Aku masih mempunyai tugas yang maha penting, Adiprana,dan aku tidak sudi memikirkan tentang. Jodoh dan lain-lain seperti itu sebelum tugas kewajibanku membalas dendam mendiang ayahku terlaksana!" Sadarlah Adiprana dari keadaannya yang seakan-akan mabuk dan gandrung tadi.Ia berkata lemah. "Maafkan sikapku tadi, Ratnawulan. Apakah kata-katamu tadi bukan hanya merupakan alasan untuk menolak cintaku?" "Tidak, Adiprana.Aku tidak. menerima maupun menolak! Aku bersumpah bahwa sebelum terlaksana tugasku, aku takkan mengikat janji hati terhadap pria yang manapun juga." "Jadi aku masihmempunyai harapan, Ratna?" "Harapan selalu ada, Adiprana. Siapa tahu" Jodoh adalah kehendak Hyang Agung." "Terima kasih, Ratnawulan! Besar hatiku mendengar kata-katamu ini. Selama masih ada harapan aku akan kuat menahan derita asmara, aku akan berbantal rindu berguling dendam. Aku takkan meraba-raba di dalam gelap karena harapan itu merupakan lampu yang menjadi sumber penerangan bagiku." "Sudahlah Adiprana,jangan terlalu lemah, kau mengecewakan hatiku. Sekarang jawablah sungguh-sungguh, apakah kau bersedia menggantikan kedudukan dan memimpin kawan-kawandari Pasukan Candrasa Bayu." "Aku bersedia, Ratna, bahkan aku akan membawa ibuku tinggal bersamaku di tempat ini. Aku akan membantu bahkan akan ikut dalam perjuangan mereka, kewajiban ini masih terlampau ringan bagiku, biarlah kujadikan pemanis harapanku." "Kalau begitu, sekarang juga aku hendak pergi, Adiprana, aku hendak naik keMahameru * menemui ibuku, kemudian aku akan berangkat mencari musuhku di kotaraja." "Mengapa demikian tergesa-gesa, Ratnawulan?" "Telah terlampau lama waktunya tertunda disini, Adiprana." Gadis ini tak dapat menyatakan isi hatinya,ia merasa tadak enak untuk berdiam lebih lama di dekat Adiprana. "Kalau begitu, selamat jalan,Ratnawulan. Semangat dan doaku menyertaimu!" "Selamat tinggal,Adiprana, danjangan terlalu banyak melamun yang bukan-bukan!" Maka pergilah Ratnawulan,keluar dari hutan randu di manaia tinggal selama lima pecan. Dalam perjalanannya merupakan sawahladang di mana ia bertemu dengan beberapa orang anggota pasukan Camdrasa Bayu. Ia berhenti sebentar dan dengan singkat memberitahukan maksudnya meninggalkan pasukan itudan menyerahkan tugas para anggota itu merasa kecewa, akan tetapi mereka tidak putusasa karena Adiprana yangmengantikan daraperkasa itu. Karena menggunakan aji kesaktiannya,maka sebelum matahari terbenam, ia sampai di tempat tinggal ibunya, yaitu di puncak Mahameru. Dengan hati girang ia mendapat kenyataan bahwa gurunya, EyangS emeru, telah kembali dari perjalanannya puladan telah berada di dalam gua pertapaannya. Dengansingkat Ratnawulan menceritakan pengalamannya kepada ibunya tanpa menyembunyikan sesuatu, bahkan ia menuturkan pula tentang pinangan Adiprana. Ibunya menghela napas dan berkata. "Itulah yang memberatkan pikiranku, anakku. Kau telah dewasa dan selain tugasmu membalas musuhitu sudah cukup berat, kaupun menghadapi penggoda lainyang lebih berbahaya, yaitu dari kaum pria yang tentu takkan membiarkan kau lalu begitu saja tanpa menggoda. Ketahuilah bahwa kau memiliki kecantikan yang membanggakan hatiku, dan hal ini amat berbahaya bagi seorang wanita muda dalam perjalanan, sungguhpun aku cukup maklum bahwa kau cukup kuat untuk menjaga dirimu. Kauberlaku benar telah menolak pinangan pemuda itu, karenamemang cita-cita tak boleh terganggu oleh keinginan hendak mempersenang diri dan menurutkan kata nafsu hati.Orang bercita-cita harusmantap dan harus mencurahkan segenapperhatian ke arah pelaksanaan cita-citanyaitu, barulah ada kemungkinancita-cita itu berhasil.Sekalisaja orang berlaku lemah terhadap pengoda, terutama godaan yangbersifat asmara, maka besar sekali kemungkinan cita-citanya * takkanterlaksanadengansempurna bahkan akan berhenti di tengah jalan, oleh karena pikirannya telah bercabang dan tidakdipusatkan.Memang cita-citamu untuk membalas dendam ayahmu,yang menjadi cita-cita ibumu adalah cita-cita yang luhur, anakku. Tidak saja kau akan membalaskan sakit hatiorang tua, akan tetapi kalau kau berhasil membinasakan keparat Kartika, berarti bahwakau telah menolong banyak orang pula, membebaskan mereka dari kekejaman dan kecurangan hati penjahat itu!" "Segala petuahmu akan kuperhatikan dan kujunjung tinggi, ibu." jawab Ratnawulan sambil memeluk ibunya. "Akan tetapi, kauharus mintaizin dan doa restu lebih dahulu dari eyangmu, Wulan. Tak ada yang lebihberharga untukbekal perjalanan melaksanakan cita-cita melainkan doa restu dari orang-orang tua,terutama dari gurumu yang bijaksana." Maka pergilah Ratnawulan dalam gurupertapaan Panembahan Mahendraguna yang kini telah nampak tua sekali. Pertapaitu sedang bersamadhi ketika Ratnawulan masuk kedalam guanya. Ratnawulan tidak berani mengganggu, bahkan lalududukbersila tidak jauh dari gurunya dan ikut bersamadhi mengheningkancipta. Belum lama ia tenggelam dalam alam hening, terdengar gurunya memanggil dan melihat gurunya telah duduk memandangnyadengan matanya yang berpengaruh dan penuh kesabaran. "Ratnawulan,bilakah kau kembali dari hutan randu?" Ratnawulan telah maklumbahwa gurunyaini waspada akan segala hal, akan tetapi selalu tidak menampakkannya sungguhpun kadang-kadang kewaspadaannya itutanpa sengaja dan tanpa disadarinya bahwa di dalam kalimat itu terlihat bahwa kakek sakti ini telah tahu akan keadaannya, tahu bahwa ia selama iniberadadi hutan randu, sungguhpun tak seorangpun memberitahu kepada kakek itu. "Baru saja kemarin sore hamba datang, eyang Panembahan. Sekarang datang menghadap untuk mohon izin dandoa restu dari eyang karena hamba hendak pergi ke kota raja Majapahit untuk mencari musuh besar ayah hambadan membalas dendam." * Kakek itu menhela napas dan bibirnya bergerak-gerak. "Muridku ya cucuku yang ayu. Dengan dasar apakah kau hendakmembalas dendam kepada Kartika?" "Berdasarkan kebaktian hamba kepada ayah yang telah dicurangioleh Kartika sehingga ibu menderita sengsara karenanya dan mengingat pula bahwa seorang jahatseperti Kartika harus dibasmi untuk mencegahnya mendatangkan malapetaka kepada orang lain, selain dengan watak pendekar utama telah eyang ajarkan kepadahamba." Eyang Semeru tersenyum dan menghela napas lagi. "KehendakHyang Agung takkan berubah. Kau masih terbawa oleh pergerakan Triloka dan terpengaruh olehJanaloka atauArcapada, oleh karena itu kau masih terikat oleh Karma, masih terikat oleh segala sesuatu yang berputar dijagat raya ini.Akutidakberhak mencegah atau mendorongmu. Ratnawulan, hanya kesadaran dan batinmu sendirilah yang harus memegang kendali dan memutuskanke mana kauhendak menuju. Sebagaiorang tua, aku hanya memberi doa restu, semogakau selalu akandapat memilih mana yang benarmana yang salah, dan dapatmelalui jalan kebenaran jangansampai kesasar. Hanya satupesanku, Ratnawulan, semoga Hyang agung mengampuniaku akrena pesan iniyang timbul dari kasih sayangku kepadamu sebagai cucu dan murid, yaitu, berhatihatilah kau apabila berhadapan dengan Mahapati! Dewa kebenaran akan melindungimu dan akan memperkuat kau sehingga kau tak perlu kalah menghadapi kesaktiannya, akan tetapi. kau waspadalah terhadap lembing bagawan itu! Lembingnya itu ampuh sekali dan kebetulan sekali lembing pusakanya itu bernama Nyi Ratnawulan! Sekali lagi, kau tak usahtakut berhadapan dengan Mahapati,akan tetapi apabila ia mengeluarkan lembingnya yang ampuhitu,akan lebih baik apabila kau menjauhkan dirimu, muridku!" Sambil menyembah Ratnawulan menjawab. "Segala wejangandan nasihat eyang akanhamba perhatikan dan junjung tinggi sebagai jimat hamba." "Berangkatlah,Ratnawulan, kuberi bekalpengestu kepadamu." Setelah menyambah lagi, keluarlah daraperkasa itu darigua pertapaan Panembahan *Mahendraguna.Kakek yangsakti itu lalu menghela napas dan berbisik perlahan. "Duh gusti, ampunilah kiranyaSi Ratnawulan itu." * Kemudiania melanjutkan samadhinyayang tadi tergangguoleh kedatangan muridnya. * Pada keesokan harinya, dari puncak Mahameru turunlah seorang pemuda yang amat elok dan rupawan. Sungguhpun tubuhnya tidak besar dan kakitangannya nampaklemahdan berkulit kuning halus, namun gerak-geriknyacekatandan larinya bagakan kijang dikejar harimau. Pemuda inidemikian halus dan tampannya sehingga orang yang melihatnya tentu akan bertanya apakah Sang Arjuna yang terkenal sebagaipria paling menandingi ketampanan pemuda yang sedang turun dari Mahameru itu. Memang luar biasasekali pemuda itu. Wajah dangerak-geriknya yanghalus tak sesuaidenganketangkasannya ketika ia menuruni gunung, melompati batu karang dan jurang. Melihat matanya yang bening dan bibirnya yang merah, ia kelihatan seperti Batara Kamajaya Dewa Asmara, akan tetapi melihat ketangkasannya, ia menyamai Raden Gatotkaca yang dapatngambah jumantara (terbang)! Siapakah dia ini" Lihatlah baik-baik dananda akan mengenalnya! Ya,diabukanlain adalah daraperkasa Ratnawulan! Gadis ini telah menyamar sebagai seorang pemuda atas nasehat ibunda. "Wulan". Kata ibunya sebagainasehat terakhir ketika anaknyahendak berangkat kokota raja,"Seorang daraseperti kau melakukan perjalanan seorang diri keluar masuk hutan masih tidak terlalu menarik perhatianpara penduduk gunung dandusun. Akan tetapi, apabila kau mamasuki kota raja, kauakan menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk. Amat langka terdapat dan amat ganjilah apabila mereka melihat seorang dara muda berjalan seorang diri tanpa pengiring di kota raja. Apa akan kata orang" Halitu hanya akan menimbulkan kesulitan bagimu, nak, dan akubahkan khawatir kalau-kalau engkau akan akan menemui bahaya sebelumcita-citamu tercapai. Oleh karena itu, janganlah kau masuk ke kota raja sebagaiwanita, akantetapi sebagai seorangpria, sebagais eorang jakalelana. Dengand emikian, takkan ada orang yang menaruh perhatian kepadamu dank au takkan menimbulkan kecurigaan." Demikianlah, dengan pertolongan ibunya, Ratnawulanl alu menyamar sebagai seorang pemuda. Ibunya berlinang air mata ketika memandang puterinya dalam penyamaran itu. "Anaku, Wulan," bisiknya sambil memeluk pundakanaknya, "kau mengingatkan ibunya kepada mendiang ayahmu pada waktu kamu mula-mula bersuara." * Amat terharulah Ratnawulan mendengar keluhan ibunyaini, dania dapat memaklumi kesedihan hati ibunya.Dipeluknya ibunya dengana kasih sayang yang amat besar dan untuk beberapa lamanya keduanyaterbenam dalamlaut keharuan. "Sekali lagi, Wulan. Berhati-hatilah kau menjaga dirimu sendiri, tertama sekali teguhkanlah imanmu menghadapi godaanasmaradidalam hatimu sendiri, oleh karena tiada musuhyang lebih berbahaya daripada musuh didalam dada sendiri!" Maka berangkatlah Ratnawulan meninggalkan ibunya, berangkatlah menuju keKota Raja Majapahit ,menuju kearah pelaksanaan cita-citanya, yaitu membalas dendam kepada musuh besarnya, Kartika! Benar sebagaimana kata ibunya,dengan menyamar sebagaiseorang pria, dengan mudah tanpa menimbulkan kecurigaan orang, Ratnawulan dapat masuk kekotaraja. Memang ia menarik perhatian karenake elokan wajahnya, akan tetapi keelokan wajah seorang priahanyamembuat orang menengokdan mengagumi sekilas saja. Begitu ia lewat, orang telah melupakan lagi. Karena hari sudah malam ketika ia tiba di kotaraja, maka Ratnawulan menunda niatnya mencari rumah Kartika.Ia tidak mau menimbulkan kecurigaan orang yang akan membuat usahanya menemui rintangan, oleh karena itu ia sengaja berjalanjalan sekeliling kota, melihat-lihat dan mengagumi bangunan gedung-gedung besaryang amat indah dan yang belum pernah dilihat seumur hidupnya. Di dusundusun sekitar Gunung Mahameru hanya melihat bangunan-bangunan dari bamboo yangberatap daun, palingbesarhanyalah rumah-rumah lurah yang terbuat daripada kayu gunung beratap genteng.Di kotaraja melihat bangunan-bangunan raksasa dengan pilar-pilar terukir dan tercat indah merupakan bangunan yang besarnya seperti anak bukit! Tiba-tiba ia mendengar suara gamelan ramai menggema di gelap malam. Suara kenong dangongnya bertalu-taluseperti memanggil-manggil semua orang untuk datang menonton. Ah, tentu pertunjukan wayang kulit, piker Ratnawulan dengangembira. Lumayan juga untuk melewatkan malamini. Ia pernah menonton pertunjukan wayang kulit yang sering diadakan didusun-dusun dan ia gemar sekali akancerita pewayangan, terutama ceritayang mengisahkan perjalanan pahlawan wanita Srikandi.Biasanyaia tidak kuat sampai semalam untuk menonton wayang kecualikalau ceritaya mengisahkan pengalaman pahlawanwanita itu, terutama cerita yang mengisahkan pengalaman wanita itu, terutama sekali ia paling suka menonton cerita Srikandi Belajar memanah! Dengan langkah lebar ia menuju ke arah suara gamelan itudan darijauh ia telah melihat penerangan tempat pertunjukan itu. Ternyata bahwa gamelan itu keluar dari sebuah gedung tumenggungan dan pertujukan diadakan di halaman depangedung itu. Melihat banyak orang menonton berjubel di luar panggungyang dibangun di depan gedung, Ratnawulan juga mendesak maju dan mencari tempat di * depan. Akan tetapi alangkah herannya ketia ia tidak melihat layer wayang di situ, juga tidak ada batangpohon pisang melintang untuk tempat wayang-wayang kulit ituditancapkan. Yang ada hanyalah para yogo penabuh gamelan dandi atas panggng itu kelihatan seorang ledek tengah menaridan menyanyi dengangerak kaki tangan yang amat lemasdan suaranya amat merdu. Ledek itu tidak muda lagi, akantetapi jelas bahwa ia memiliki potongan tubuh yang menggairahkan dan wajah yang amat cantiknya. Lirikan matanya tajam menggurat kalbu sedangkan senyumnya mengalahkan bunga yang mengharum. Di sekeliling panggung itu penuh dengan tamutamududukdi kursi. Mereka ini semuanya kaum pria dantidakada seorang pundi antara mereka yang tersenyum dantertawa-tawa gembira. Diatas meja tersedia kendi-kendi arak yang menyiarkan bau keras, sedangkan beberapa buah cawan menggeletak di sana-sini.Dengan heran Ratnawulan melihat betapa wajahpara tamu itu berbeda dengan orangbiasa, dan ketawa mereka juga ketawa tidak sewajarnya. Bahkan ada orang yang berdiri dengan tubuh bergoyanggoyang seakan-akan hendak jatuh. Ia tidak tahu bahwa sebagian besar para tamu itu telah mabok! Pesta malam itu adalah pesta tayuban, yaitu pesta malam gembira dengan taritarian dan nyanyianledek, dandi dalam pesta tayubanini para tamu yang "ketiban sampur" diharuskan menari bersama ledek itu.Ketiban sampur berartikejatuhanselendang, dan ledek itulah yang menetapkan siapa-siapa orangnya yang hendak diajak menari. Sambil menari-nariia berjalan lenggang-lenggok ke arah para tamu dengan mata tajam mengerling ke kanan kiri, mencari-cari "korbannya" yang hendak dijatuhi selendangnya. Biasanya ledek ini memilih seorang tamu yang kantongnya padat, olehkarena sehabis menari, sudah menjadi kelaziman bahwa tamu itu memberi hadiah uang beberapa realkepada si ledek.Akan tetapi ada pulaledek yang tidak begitu mementingkan uang dansengaja memilih tamu-tamu yang muda dant ampan, terutama yang pandai untuk memenuhi kesenangan sendiri. Ledek inipun agaknya hendak mencari seorang lawan yang baik, karena ia tidak menghampiri tamu-tamu tua yang berpakaian mewah, akan tetapi menghampiri seorang tam umuda yang amat menarik perhatian. Pemuda ini usianya dua puluh tahun lebih, tubuhnya tubuh ksatria, kuat tegap tidak dempel atau tinggi besar, rambutnya keriting dan sepasang matanya bercahaya tajam. Wajahnya amat tampan dan menunjukkan kegagahan, terutama sepasang alisnya yangtebal danbulu matanya yang lentik melengkung keatas yaitu bulu mata yang biasanya hanya terdapat pada kaum bangsawan atau darah keraton. Pakaiannya jugaindah dan mahal, tanda bahwa iabenar-ronta dan memekik-mekik ketakutan, sedangkan para tamu bermacam-macam sikapnya melihat peristiwa ini. Ada yang melindungi sambil tertawa terkekehkekeh ada yang berdiri dan membujuk sigemuk itu untuk turun kembali dan jangan merusak suasana, akan tetapi tidakada orang yang berani naikke panggung untuk menghalanginya. Sementara itu, para yogo masih tetap menabuh gamelannya dengan riuh. Raden Indrajaya yang melihat perbuatan si gemuk ini,segera mengeluarkan tangan dan sekali renggut saja, terlepaslah pelukan tangan si gemuk itu ari tubuh Puspamirah. Sambil menangkis Puspamirah lalu berlari ke tempat yogo dan duduk sambil menutupi mukanya dengan selendang yang berwarna merah jingga. * "Mas Bei Bajrabumi, jangan melanggar kesusilaan di tempat ini! Mundurlah dan jangan membikin kacau!" pemuda itu membentakdengan halus, mukanya merah tanda bahwa ia marah, akan tetapi iakan Arjuna itu.Geraktarian pemuda itu benar-benar hebat dan indah, tidak saja lemas dan sesuai batul dengan Irama lagu, akan tetapi juga hidup dan seakan-akan setiap gerakannya menyatakan sesuatu yang berarti. Sepasang matanya memancarkan cahaya gemilang, bibirnya tersenyum dan wajahnya berseri-seri. Sungguh seorang pemuda yang akan meruntuhkan iman setiap orangdara, danbenar-benar tariannyaitu tarian yang indahdan bermutu. Orangorangyang berada disitu tidak merasa heran oleh karena pemuda ini memang seorang ahli tariyang kenamaan di Majapahit dan seringkali ia memperlihatkan keahliannya di depan sang prabu sendiri dengan seluruh keluarga keraton.Akan tetapi bagi Ratnawulan yang tidak tahu siapa adanya pemuda ini, memandangnya bagaikan memandang kepada seorang dewata yang baru melayang turun dari Swargaloka! Benarbenar hatinya terpikatdan jari-jari tangan muda yang bergerak-gerak dalam tariannya itu seakan-akan menjentik-jentik kalbunya, membuat mukanya terasa panas dan matanya memandang sayu. Akantetapi,dara perkasa ini segera teringat akan petuah ibundanya, maka ialalu menahan napas, memusatkan panca inderanya dan berhasil mengusirgodaan itu. Pada saatia berdiridi antara sekian banyak orang sambil mengheningkan cipta untuk menekan perasaannya yang menggelora, tiba-tiba ia menangkap bisikan tiga orang yang berdiri tak jauh dari tempatnya. "Saat yang baik untuk mulai gerakan kita!" terdengar bisikan itu. "Sudah seharusnya mas bei melihat kesempatan ini dan mulai beraksi.Banyak tamu telah mabok, maka kalau ia berpura-pura mabok dan menyerang Raden Indrayana membuat keributan, takkan ada yang mengira bahwa ia melakukan dengan sengaja. Dan kitaakan lebih mudah lagi bergerak." "Dengan alasan seperti yang sudah diatur semula?" terdengar orang kedua berbisik. "Bodoh! Masih kurang jelaskah perintah mas bei" Kita berpura-pura merasa cemburu kepada Raden Indrayana dan kita mengaku menjadi kekasih-kekasih Puspamirah! Sst, diam, itu kulihat mas bei sudah berdiri dari kursinya! Benar. Ia berdiri terhuyung-huyung seperti orang mabok. Awas, siap!" Ratnawulan berdebar hatinya mendengar bisikan-bisikan yang terdengar oleh orang lain itu. Ia maklumbahwa yang handak diserang adalah pemuda yang menawan hatinya itu, karena tadipun orang menyebut nama pemuda itu Raden Indra.Tiga orang ini menyebut nama Raden Indrayana, tentu pemuda yang sedang menari dengan asyiknya itu. Dan ia mengerling ke arah tigaorang yang berbisik tadi. Ternyata bahwa mereka adalah orang tingg ibesar yang brengosnya sekepal melintang dansikapmereka jelas menunjukkan bahwa mereka adalahorang-orang kasar yang berlagak seperti seorang cabang atas! Ketika Ratnawulan mengerling ke atas panggung, ke arahketiga orang itumenujukan pandang maramereka, ia melihat seorang setengah tua yang bertubuh gemuk pendek, berpakaian mewah, berdiri dari kursinya dandengan tubuhterhuyung-huyung menghampiri kedua * orang yang asyik menari di tengah panggung itu.Denganpandang matanya yang amat tajam Ratnawulan dapat melihat bahwa biarpun orang gemuk ini kelihatan mabok,akan tetapi sepasang matanya masih bersinar cerdik dan beberapa kalisigemuk itu mengerling ke arah tiga orang yang berdiri di sebelah kiri Ratnawulan. Ratnawulan memandang dengan penuh perhatian dan diam-diam ia mengambil keputusan untuk mebantu Raden Indrajayaitu apabila benar-benar menghadapi bahaya. Entah apa ang menggerakkan hatinya untuk mencampuri urusan lain orang ini, hanya ia menghibur hatinya sendiri dengan bisikan, "Ada orang dalam bahaya, tak perduli siapa adanya orang itu, baik kakek tua buruk maupun teruna yang elok rupanya, harus kubantu dia." Orang gemuk itu setelah berada di dekat puspamirah, tiba-tiba tertawa dan menangkap lengan tangan ledek itu, menarik dan memeluknya lalu berusaha hendak menciumnya. Ledek itu meronta benar putera bangsawan yang kayaraya. Ketika ledek itu telah melangkah sampai di hadapan pemuda ini, ia lalu mengalungkan selendagnya kepada pemuda itu yang menolak dengan kedua tangannyas ambil berkata halus. "Puspamirah, pilihlah orang lain, sekali saja sudah cukup bagiku!" Akan tetapi banyak tamu ikut membujuknya dan berkata. "Raden Indra,menarilah sekalilagi.Tidak saja Puspa akanmerasa girang, kamipunamat gembiramelihattarianmu yang indah!" Terpaksa pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan melangkahle tengah panggung bersama ledek itu.Gamelan dipukul dengan irama merdu danmenarilah pemuda itubersama pasangannya. Kalau semua tamu dan semua penonton di bawah panggung merasa gembiradan kagum, adalah Ratnawulan merasa takjubdan memandang denganmataterbelalak. Dadanya berdebaraneh, dan sepasang matanya tidak bosannya memandang kepada pemuda yang tampan bagai menahan kemarahannya karena melihat bahwa Bajrabumi dalam keadaan mabok. * "Ha, ha, ha! Raden Indrayana, aku Raden Mas Ngabei Bajrabumi, tidak tunduk kepada siapa juga kecuali sang prabu! Kalau aku tidak mau mundur, kaumau apa" Ha, ha, ha! Kau hendak memborong Puspamirah" Tidak boleh. tidak boleh. Haimenari dengan aku sampai pagi!" "Mas bei, kalau tidak mau kelur terpaksa akan kulontarkan kau keluar dari sini!" Raden Indrayana berkata marah. "Ha, ha, ha! Dengar ocehan anak kemarin sore! Indrayana! Kau anak kecil masih bau pupuk ubun-ubunmu, hendak melontarkan aku" Ha, ha, ha!Boleh kau coba!" Si gemuk itu lalumencabut kerisnya yang dihias ronce kembang melati. "Raden Indra! Mundurlah dan jangan melayanidia yang mabok!" terdengar orang berserudari rombongan tamu. Akan tetapi Raden Indrajaya sama sekali tidak merasa gentar menghadapi keris ditangan Bajrabumi itu. Ratnawulan memandang dengan kagum dan gembira ketika melihat betapa pemuda tampan itu ternyata tidak saja pandai menari,akan tetapi pandai pulailmu pencak silat. Biarpun ia bertangan kosongdan menghadapi seorang lawan yang bersenjata keris, ia tidak gugup dan tidak pula mencabut kerisnyasendiri.Ternyata bahwa Bajrabumi juga bukan seorang lemah. Ilmu kerisnya cukup tinggi dan dari gerakantangannya ternyata bahwa ia telah mempelajariilmu pencakdari pesisir utara, ilmu kerisnya adalahilmu kerisdari daerah Tuban. Tusukannya bertenaga dancepat sekali danpekembangannya serangannya selain bagus juga amat cekatan.Bertubi-tubiia menusukkan kerisnya kepada pemuda lawannya itu, sehingga marahlah Indrayana karena dari pergerakan lawannya yang tangkas dan cepat ini sama sekali ia tidak melihat sifat-sifat orang mabok. Orang mabok takkan dapat bermain keris sebaik ini! "Bajrabumi, kau benar gila!" bentaknya dan dengan cepat ia mengelak sambil mengirim serangan balasan. Dengan tangankiri iamenangkappergelangan tangan lawan yang memegang keris, sedangkan tangan kanannya memukul dengan telapak tangan, menebakdada. Bajrabumi tak kurang gesitnya, dengan cepat ia dapat metenggut tangannya yang tepegang dan tangan kirinya menangkis pukulan tangan lawan dari samping. * Ternyata dalam hal ini kecepatan gerakan, Bajrabumi yang gemuk pendek itu masih kalah oleh Indrayana yang gesit seperti burung srikatan.Begitu serangan balasannya gagal, kaki kirinya menyapukaki lawan lalu di sini pergelangan tanganyang memegang keris. Bajrabumi melompat untuk menghindarkan diri dari sapuan kaki lawan, akan tetapi ia tidakmenyangka akan datangnya tendangan lawan yangcepat itu sehingga pergelangannya kena tendangan keras. Ia memekik kesakitan dan kerisnya terlepas dari pegangan. Pada saat itu, tiga bayangan tubuh yang tinggi besar melompat naik ke atas punggung. Seorang yang terdepan berseru. "Indrayana, kau berani merebut Puspamirah dari tangan kami"Kau benar-benar sudah rindu kepada kuburan!" Tiga orang yang berkumis tebal itulalu maju menyerang dengan kelewang mereka yang berkilauan saking tajamnya. Bukan main ributnya suasana di situ. "Celaka. Perampok-perampok datang!" terdengar teriakan orang, sedangkan Bajrabumi yang masih berpura-pura mabok melanjutkan serangannya pula dengan tangan kosong. Akan tetapi ketika melihat Indrayana mencabutkerisnya, ngabei yang bertubuh gemuk itu lalu mengundurkan diri dari pertempuran, oleh karena tadi ia pun hanya hendak memperlihatkan bahwa ia benar-benar "mabok" *saja dan memang hendak menyerahkan pemuda itu ke pada tiga orang"perampok"yang sebenarnya adalah tiga orang cabang atas dari Madurayang telah disewanya untuk maksud ini. Setelah berhadapan dengan tiga orang cabang atas dariMadura ini, baru kelihatanlah kepandaian Indrajaya, seakan-akan sebatang keris yang baru kelihatan pamornya. Tiga orang itu bersenjata kelewang yang panjang dan tajamdan gerakan mereka menunjukkan bahwa mereka benar-benar memiliki ilmu kepandaian pencak silat yangtakboleh dipandang ringan.Dengan lincahnya kaki mereka bergerak secara teratur sekali, juga kelewang-kelewang di tangan mereka melakukan serangan menurut gerakan seorang ahli,bukan secara sembarangan atau akan hal ini, maka iapun mengerahkan seluruh kepandaiannya.Dengan amat terampil dan cekatan bagaikan seekor burung Srikatan dikeroyok tiga oleh burung Alap-alap, tubuhnya bergerak menyelinapdi antara sinar tiga batang kelewang, berlompatan kesana ke mari mengelak golok sambil melakukanserangan balasan. Kadang-kadang kerisnya beradu dengan golok sehingga terdengar bunyi nyaring dan berpancarlah bunga api.Sementara itu, masih saja gamelan dipukul bertalu-talu dengan amat ramainya sehingga bagipendatangbaru, mungkin pertempuran itu disangkanya sebuah permainan atau sebuah adegan daricerita Bhatarayuda! * Ratnawulan masih berdiri dan belumturun tangan oleh karena ia asyik memperhatikan gerakan empat orang itu. Ia mendapat kenyataan bahwa Raden Indrayana memiliki ilmu pencak silat yang cukup tinggi dan andaikata ia tidak memegang sebatang keris yang kecils aja, akan tetapi juga memegang senjata yang panjang, tentu pemuda itu takkan memiliki ilmu kepandaian "halus"sehingga gerakannya demikian indah bagaikansedang menari saja, hanya mengandalkan keawasan mata dan kelincahan tubuh. Tidak seperti ketigaorang pengeroyokannya yang biarpun memilikigolok yang hebat, akan tetapi kehebatannya itu hanya nampak pada luarnya saja karena ketiga orangcabang atas ini memiliki ilmu pencak kasar dan yangh anya mengandalkan besarnya tenaga dan tajamnya kelewang. Namun harus diakui bahwa kepandaian mereka sudah cukup tinggi dan merupakan lawan yang amat berbahaya bagi pemuda itu. Indrayana agaknya maklum akan hal ini, makaia lalu menyerang dengan amat cepatnya dengan maksud merobohkan seorang pengeroyok lebih dahulu untuk mengurangi jumlah lawan. Ketika dua batanggolok menyambar dari kanan kiri,ia tidak mengelak ke belakang,bahkan lalu menerjang ke depan dengan kecepatan melebihi datangnya golok lawanke tiga yang menusuknya daridepan yangdapat dielakkannya dengan tubuh dimiringkan, secepat kilat kerisnya menusuk dada orang itu! Akan tetapi alangkah kagetnya ketika kerisnya bertemu dengan dadayang bidang dari orangitu, kerisnya terpental kembalidan orang ituhanya tertawa mengejek! Ternyata bahwa orang itu kebal dan memiliki AjiKesaktian Lulang Warak (Kulit Badak) yang membuat kulitnya kebal tak terluka oleh senjata tajam! Hal ini menggoncangkan semangatnya dan kini perlawanannya menjadi lemah dan kacau. Ratnawlan dapatmelihatakan hal ini,maka kinidara perkasa ini setelah melihat keadaan pemuda itu amat terdesak danberada dalam dalam bahaya, cepat menjejakkan kakinya ke atas tanah dan tubuhnya mencelat keatas panggung! "Mengasolah, Raden, biarkan aku menggantikanmu dan membereskan tiga ekor babi hutan ini!" kata Ratnawulan yang telah melompatdi hadapan Indrajaya. Tidak saja semua penonton menjadi kagum dan heran,juga Indrajaya sendiri tertegun melihat betapa seorang pemuda bersikap lemah-lembut dan elok sekalitahu-tahu muncul dari bawah, bagaikan Raden Antasena muncul keluar dari permukaan bumi! Ia memang telah lelah sekali dan melihat munculnya pemudayang aneh ini, ia menaruh kepercayaan dan segera melangkah mundur. Akan tetapi ia masih memgang kerisnya, siap membantu apabila pemuda yang hendak membantunya init ernyata tak dapat mengalahkan tiga orangp engeroyok itu. * Sementara itu,ketiga orang pengeroyok tadi telah merasa amat gelisah ketika mendapat kenyataan betapa Raden Indrajaya amat sukar dikalahkan. Mereka telah merasa gelisah kalau-kalau tugas mereka akan gagal. Kini melihat munculnya seorang pemuda tampan dengan tiba-tiba, mereka menjadi marah dan hendak menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, maka tanpa banyak bicara lagi mereka lalu menyerbu dan menyerang Ratnawulan yang masih berdiri dengan tenang! Akan tetapi, alangkah terkejut hati mereka ketika tiba-tiba tubuh pemuda elok itu sekali berkelebat saja lenyap dari depan mereka dan tahu-tahu pemuda merdu di belakang mereka! Mereka tercengang sejenak, akan tetapi segera menyerang lagi dan seorang diantara mereka membentak. "Keparat! Jangan kau kira kami takut kepada aji silumanmu!" Ratnawulan tersenyum dan sekali tangannya bergerak kearah pinggang, keris pusaka Banaspasti telah tercabut dan ia menyambut serangan tiga buah kelewang itu dengan memutar kerisnya. "Trang! Trang!Trang!" tersengar bunyinyaring ketika kerisnya sekaligus menyambar-nyambar ke arah senjata lawan dan suasana di situ menjadi sunyi senyap karena kini gamelan tiba-tiba menjadibidu. Semua yogo duduk dengan melongo dan lupa untuk menabuh gamelan mereka ketika menyaksikan betapa tiga batang golok besar itu tela putus semua sampai tinggal gagangnya saja yang masih berada di tangan ketiga orang pengacau itu! Kemudian pecahlah suara sorak-sorai menyatakan kagum kepada pemuda tampan yang aneh itu. "Siapakah dia?" terdenga rsuara di mana-mana akan tetapi siapakah yang dapat menjawab" Semua orang hanya menduga-duga sambil memandang ke arah pemuda itu. Tiga orang lawan Ratnawulan jugaterkejut sekalis ehingga wajah mereka menjadi pucat.Akan tetapi ketakutan mereka akan ampuhnya keris lawan itu lenyap ketika mereka melihat betapa Ratnawulan dengan amat tenangnya menyimpan kembali kerisnya dan menghadapi mereka dengan tangan kosong. "Bagaimana sekarang" Apakah akan kita lanjutkan dengan kedua tangan saja?" tantangnya. Kemudiania berkata kepada orang yang mempunyai kekebalan tadi dan berkata,"Kau kebal dan kuat menahan tusukan curiga (keris), hendak kulihat apakah kuat menerima pukulan tanganku!" * Biarpun merasa takjub melihat ampuhnya keris di tangan pemuda yang nampak lemah ini, akan tetapi ketiga orang itu memiliki aji kekebalan, maka mereka maju lagi dengan berani, bahkan orang yangtadi memperlihatkan kekebalannya lalu berkata. "Keparat! Kalau kau tidak mengandalkan keampuhan curigamu, dalam dua jurus saja kami akan menhancurkan kepalamu!" "Aduh mudah amat!" Ratnawulan mengejek. "Jangan hanya memperbesar sumbarmu, kawan! Kalian coba sajalah!" Tiga orang itulalu maju menyerbu dan memukul dengan buah kelapa besarnya. Akan tetapi, tanpa bergerak atau berpindah dari tempatnya, Ratnawulan mengangkat kedua lengannya dan menangkis semua pukulan itu dengan gerakan yang cepat sekali.Ketika lengan tangan mereka beradu dengan lengan Ratnawulan yang kecil dan berkulit halusitu, ketiga orang tadi menahan seruan, karena mereka betapa kulit lengan mereka amat pedih dan sakit. Mereka menduga bahwa pemuda aneh ini tentu mempergunakan aji Kesaktian Srigunting,maka mereka menjadi jerih dan merasa ragu-ragu untuk memukul lagi. Ratnawulan tersenyum lagi."Apakah kedua tanganku masih terlampau ampuh bagimu" Nah, kalau begitu, aku takkan menangkis, kalian pukulah sesukamu, asal saja jangan memukul kepala!" Setelah berkata demikian,Ratnawulan lalu bersedekap, melindungi dadanya dengan kedua lengan, dan berdiri tak bergerak bagaikan patung, mengerahkan aji kesaktiannya.Hal ini memang di luar kebiasaannya,akan tetapi entah mengapa, di hadapan Indrayana, ia ingin sekali memamerkan kepandaian dan kesaktiannya, terutama ketikaia mengerling dan melihat betapa Indrayana memandangnya dengan mata penuh takjub dan kagum. Tiga orang cabang atasdari Maduraitu saling pandang dengan heran, kemudian mereka lalu melangkah maju dan memukul tubuh Ratnawulan. Aneh sekali! Semua pukulan mereka itu seakan-akan mengenai segumpal karet mentah yang membuat pukulan-pukulan mereka mental kembali. Ke manasaja mereka memukul, tak sebuahpun pukuan mereka dapat menggoyangkan tenaga yang disertai ilmu dalam, akan tetapi tak ada kesaktian yang dapat mengalahkan kekebalan pemuda ini. Seorang diantara mereka lalu melakukan kecurangan dan mengirim pukulan ke arah kepala pemuda itu. Sebetulnya Ratnawulan tidak takut akan pukulan ini dan kepalanya takkan terluka oleh pukulan orang, akan tetapi, ia tidak sudi kepalanya tersentuh tangan lawannya, maka sambil berseru kerasia mengerahkan tangannya ke arah sambungan siku lawan. * "Krek!" ketika pukulan orang itu melayang ke arah kepalanya, lengan tangan yang besar itu telah didahului dan disambar oleh jari-jari tangan Ratnawulan yang dibuka dan dipukulan miring ke arah tulang siku sehingga tulang siku itu patah! Orangitu menjerit kesakitan dan membungkuk-bingkuk sambil memgangi sikunya yang telah lumpuh dan patah. Ratnawulan takmau memberihati lagi."Coba pergunakan kekebalanmu!" serunya sambil menggerakkan tubuh menyerang dua orang yang lainnya. Mereka masih mencoba menangkis dan mempertahankan diri, akan tetapi percuma saja Ratnawulan terlalu gesit dan cepat bagi mereka sehingga ketika dada mereka kena ditebak oleh telapak tangan gadis itu mereka mencelat dan roboh tunggang-langgang di atas panggung. Ratnawulan menyepak tiga kali tubuh yang tinggi besaritu melayang turun ke bawah panggung, di mana mereka merangkak-rangkak bangun lalu berlari sipat kuping bagaikan sedang adu balap lari! Bukan main riuhnya orang-orang yang menyaksikan kehebatan ini. Tadi mereka tak bersuara sedikitpun menyaksikan sepak terjang yang luar biasa gagahnya itu, dan pecahlah tampik sorak dan tepuk tangan memuji. Raden Indrajaya sendiri lalu menghampiri Ratnawulandan dengan mesra ia memgang lengan tangan dara perkasa itu, yang disangkanyas eorang pria. "Kesatria yang gagah perkasa tanpa tanding!" katanya memuji sambil memandang dengan penuh kasih sayang."Jangankan melihat dengan mata sendiri, mendengarpun belum pernah bahwa didunia ini ada seorang muda teruna sehebat engkau! Sungguh mentakjubkan! Tubuhmu begini kecil, tanganmu begini halus dan lunak, akan tetapi tenagamu dapat menggugurkan Mahameru!" Sambil berkata demikian,dengan kagum dipandangnya lengan tangan Ratnwulan yang berkulit putihkuning dan amat halus itu. Indrajaya benar-benart ertegun karena lengan itu begitu halus dan sentuhannya membuat dadanya berdebar aneh. Ia melihat sebuah tahi lalat hitam bulat di dekat pergelangan tangan Ratnawulan, jelas kelihatan di atas kulit yang putih kuning dan bersih itu. Adikku yang gagah, adiku yang elok. Siapakah gerangan adik yang gagah perkasa ini" Marilah kita duduk bercakap-cakap di sana!" Akan tetapi, digandeng dan dipegang lengannya sedemikian rupa dan melihat sikap Indrajaya yang amat mesra itu, tiba-tiba muka Ratnawulan menjadi merah sekali merenggutkan tangannya, maka terlepaslah tangannya dari pegangan Indrajaya. * "Aku.akuharus pergi sekarang juga!" katanya seperti pada diri sendiri dan tubuhnya melompat, hanya merupakan bayangan berkelebat dan lenyaplah ia dari hadapan Indrajaya dan lain-lain tamu yang memandang dengan bengong. Indrajaya menghela napas. "Sayang sekaliia pergi tanpa mau memperkenalkan diri. dia gagah perkasa!" Sementara itu, Mas Ngabei! Bajrabumi dengan langkah sempoyongan menghampiri Raden Indrajayadan dengan muka merah ia berkata. "RadenIndra, harap kau sudi memaafkan padaku. aku tadi entah mengapa kepalaku

Dyah Ratnawulan 03

 

 pening dan tidak ingat sesuatu. Setelah perampok-perampok tadi datang dan melihat kau dikeroyok. barulah aku sadar dan. dan menyesal.!" Raden Indrajaya mencibirkan bibirnya dan kemudian tersenyum menghina. "Pergilah dari depanku!" katanya danMas Bei yang gemukitu lalu pergi seperti seekor anjing kena gebuk. Akan tetapi peristiwa yang menggegerkan itu disambung oleh peristiwa lain yang cukup menimbilkan keributan besar. Tiba-tiba terdengar para yogo berteriakteriak. "Tangkap, tangkap! Tahan penculik itu.!" Indrajaya dan lain-lain orang cepat memandang dan alangkah heran dan kaget mereka ketika melihat Puspamirah ledekyang cantik itu, meronta-ronta dalam pondongan seorang pemuda tampan.Indrajaya marah sekali dan selagi ia hendak mengejar, pemuda yang menculik ledek itu sekali melompat telah berada ditempat jauh dan kemudian menghilang ke dalam gelap dengan kecepatan yang membuat semua orang tertinggal jauh dan hanya dapat saling pandang dengan terheran-heran. "Bukan main!" Indrajaya berkata perlahan."Hebat sekali pemuda itu, hampir sama cepatnya dengan pemuda yang tadi menolong aku! Akan terjadi apakah di kota raja ini" Tiba-tiba saja muncul orang-orang muda sakti mendraguna yang bersikap aneh. Mengapa pula Puspamirah diculik?" * Setelah mengalahkan tiga orangcabang atasyang mengeroyok Indrajaya, kemudian melarkan diri karena hatinya merasa tidak karuanketika ia dipeluk dan digandeng oleh pemuda yang tampan itu, Ratnawulan tidak pergi jauh dari tempat pesta dan bersembunyi di bawah sebatang pohon. Hatinya masih berdebar-debar kalauia mengingat betapa lengannya dipegang dengan erat dan mesra oleh Indrajaya. Ia tahu bahwa pemuda itu tidak sengaja melakukan hal itu karena menganggap bahwa ia seorang pria. Ah, kalau saja Indrajaya tahu bahwa ia seorang dara. wajahnya makin merah kalau membayangkan hal itu dan ia makin bingung merasa betapa hatinya amat tertarik oleh Indrajaya. Ia teringat akan pesan ibunya agar supaya berhati-hati menghadapi godaan asmara dan ia merasa ragu-ragu. Ia teringat pula keadaan Adiprana, pemudalain yang juga amat menarik hatinya, bahkan yang telah menyatakan cinta kasih kepadanya. Ia diam-diam membuat perbandingan anatara Adipranadan Indrajaya.Biarpun ia maklumdan sadar bahwa tak baik seorang dara seperti dia untuk memikirkan dua orang pemuda itu, akan tetapihati dan perasaannya kedewasaannyatak dapat ditahan lagi dan sambil duduk termenung ia membayangkan wajah kedua orang muda itu. Adipranalebih saktidaripada Indrajaya, pikirnya. Akan tetapi Indrajaya juga memiliki sifat kesatria utama, seorang pemuda gagahberani dan harus ia akui bahwa tentang keelokan wajah, Indrajaya lebih menarik hatinya.Adiprana sudah terang mencintainya, dan Indrajaya. ah, daripandang mata pemuda inipun akan jatuh cinta kepadanya kalau saja ia tahu bahwa penolongnya adalah seorang dara. Hal ini telah merasa yakin. Ratnawulan mengeluh didalam hatinya. Mengapa ia selalu menghadapi godaan ini" Baru saja turun gunung ia telah bertemu dengan Adiprana anak Bromo itu.Dankini, baru saja tiba dikota raja, iabertemu puladengan seorang teruna yang menarik hatinya. Padahal ia masih belum menunaikan tugas cita-citanya, bahkan bertemu dengan musuh besarnyapun belum.Ia harus mengusir bayangan dua orang pemuda yang menggoda pikirannya itu. Ratnawulan menghela napas berulang-ulang. Ia akan menanti sampai datangnya hari baruuntuk segera mencari musuh besarnyadan membalsa dendam.Setelah itu,ia akan segera kembali ke Mahameru karena ia baruakan merasa aman dan tenteram hatinya apabila ia berada didekat ibunya, di dekat gurunya. Ia tidak ingin merusak hati dan mengganggu pikirannya dengan segala lamunan yang muluk-muluk dansambil mengertak gigidan ia berkeras mengusir bayangan wajah Indrajaya dan Adiprana. Tiba-tiba ia mendengar teriakan-teriakandari tempat keramaian itu dan ketika ia bangun berdiri, ia melihat bayangan orang berlari cepat sambil mengendong tubuh seorang wanita. Melihat pakaian wanita itu, ia tahu bahwa ia adalah Puspamirah, ledek yang tadipun telah menimbulkan keributandi atas panggung. Ratnawulan cepat bersiap menolong ledek itu, karena maklum bahwa wanita itu tentu diculikdan dibawa lari orang. Akan tetapi, ketika ia melihat orang yang memondong Puspamirah dan yang berlari berdiri bagaikan patung. Ia merasa seakan-akan telapak kedua kakinya melekat pada tanah dan tak dapat diangkat lagi. Hatinya berdebar keras dan matanya terbelalak. Bukanmain kagetnya karena ia melihat bahwa * penculik ledek itu bukan lain ialah. Adiprana.Tiba-tiba ia menjadi marah dan sebal. Beginikah akhlak pemuda dari Gunung bromo yang gagah itu" Hanya sebagai seorang rendah penculik ledek" Dan pemuda ini pernah menyatakan cinta kasih kepadanya. Tanpa disadarinya, Ratnawulan menggerakkan kedua kakinya dan mengikuti bayangan pemuda yang memondong ledek danberlari cepat itu. Ia terus mengikuti di belakang, karena tidak ada niatnya untuk mengejar. Ia hanya ingin tahu apakah yang hendak diperbuat oleh Adiprana terhadap leek itu dan kalau memang pemuda itu berniat buruk, ia harus menolong perempuan itu! Kalau perlu ia akan membunuh Adiprana, karena, sudah menjadi orang-orang jahat, tak perdul isiapapun juga orang itu. Siapakah pemuda yang menculik Puspamirah itu" Apakah benar-benar dia itu Adiprana, murid Bromo yang gagah perkasa" Memangbenar! Pemuda itu adalah Adiprana, akan tetapi jangan mengira bahwa ia adalah sebangsa pemogoran yang suka bermain gila dengan wanita, terutama yang suka menculik seorang penari umum. Sebagaimana pernah ia ceritaka kepada Ratnawulan, Adiprana mempunyai seorang ibu yang telah janda dan yang amat cantik rupanya. Ketika ia turun dari perguruannya, ia bermaksud kembali ke kota raja mencariibunya, akan tetapi ia tertahandi hutan randu setelah pertemuannya dengan Ratanwulan. Ia telah berjanji kepada Ratnawulan, gadis yang dicintainya itu, untuk tinggal di dalam hutan mewakili Ratnawulan dan melatih kepada Pasukan CandraBayu. Akantetapi, seperginya Ratnawulan darisitu, ia merasa sunyi sekalidan rindunya kepada ibu datang lagi menggangu hatinya. Oleh karena itu, ia lalu berpamit kepada kawan-kawannya untuk pergi ke kota raja dan menjemput ibunya yang hendak dibawah pindah ke hutan randu. Pak Waluyo sebagai ketua dari Pasukan Candrasa Byu, maklumakan perasaanpemuda ini, maka iapun menyatakan persetujuannya. Demikianlah, oleh karena Ratnawulan sebelum berangkat ke kotaraja singgah dulu di puncak Mahameru, maka keberangkatan Adiprana ini hampir berbareng dengan Ratnawulan. Kalau Ratnawulan tiba di kota pada malam hari, adalah Adiprana datangpada senja tinggal ibunya. Alangkah terkejut,heran dan kecewanya ketika iamendengar bahwa ibunyakini menjadi ledek dan pada malam hari itu sedang menari di gedung seorang tumenggung yang mengadakan pesta tayuban. Hatinya merasa sedih dan perih sekali mendengar betapa nama ibunya sekarang adalah Puspamirah. Adiprana takdapat menahan sabar lagi, terutama ketika ia mendengar keterangan penduduk di situ bahwa sekarang ibunya telah menjadi selir dari seorang pembesar keraton. Panasalah hatinya dan ia segera menyusul ke tempat pesta dengan hati penuh amarah.Bagaimana ibunya sampai merendahkan diri semacam itu" * Ketika Adiprana tiba ditempat pesta, pertempuran antara tiga cabang atas dari madura melawan Ratnawulan telah pergi dari situ. Melihat keributan yang masih terlihat pada muka para penonton, Adiprana lalu bertanya kepada seorang penonton apakah gerangan yang telah terjadi" "Aah ,kau datang terlambat, kawan." kata orang itu."Baru saja terjadi perang tanding yang amat hebat dan ramainya.Raden Mas Indrajaya yang gagah bertanding melawan Mas Bei Bajrabumi! Ah,mana mas bei bisa menang" Raden Mas Indrajaya adalah seorang ahli pencak yang pandai. Akan tetapi tiba-tiba muncul tiga orang cabang atas yang mengeroyok Raden Mas Indrajaya. Bukan main hebat danserunya pertempuran itu. Dantahukah kau" Cabang atas itu kebal.Coba bayangkan! Keris Raden Indrajaya diterima dengan dada terbuka begitu saja dan kerisnya sampai bengkok ketika bertemu dengan dada cabang atas itu! Hebat tidak" Akantetapi,itu masih belum seberapa tiba-tiba muncul diatas panggung seorang yang luar biasa, menghadapi tigacabang atas itu dengan tangankosong! Ya, dengan tangan kosong,kawan, sedangkantiga cabang atas itu mempergunakan golok!Kemudian pemuda ajaib itu mencabut kerisnya dan sekali gerak. trang!Tiga batang golok itu sapat! Kemudian yang terhebat terjadilah. Tiga orang cabang atas itu menghujanipukulankepada tubuh bambang saktiitu, akan tetapipemudaitu tanpa mengelak menerima semua pukulan sambil tersenyum, seakanakan pukulan-pukulan itu di anggapnya seperti tangan puteri-puteri yang memijat tubunya yang kelelahan!" Adiprana tidak sabar lagi mendengar dongeng orang ini, maka ia menyela, "Mengapa terjadi perkelahian-perkelahian?" Orang itu kecewa karena ceritanya diganggu. "Dengarlah dulu ceritaku. Kukatakan kau terlambat dan hal ini amat sayang karena kalau kau menyaksikan pertempuran antara pemuda itu dengan tiga cabang atas tadi,benar-benar kau akan melongo terheran-heran dankagum. Dengan amat tangkasanya pemuda yang seperti Arjuna itu,bukan, bukan seperti Arjuna,akan tetapi pantas disebut Raden Angkawijaya putera Sang arjuna, menghadapi tiga orang lawannya yang merupakan tiga orang raksasa jahat. Kemudian dengan amat tenang dan mudahnya sama mudahnya seperti aku sendiri menghadapi tiga orang juadah manis, ia melalap tiga orang lawannya yang ketiganya dilontarkan ke bawah panggung! Bukan main!" "Apa sebabnya terjadi perkelahian" "Tanya Adiprana sambil memandang ke atas panggung, mencari-cari ledeknya. "Apalagi sebabnya" Tentu memperebutkan di cantik jelita Puspamirah, ledek yang menggairahkan hati tiap laki-laki itu!" * "Di mana ledek itu.Puspamirah itu." "Tanya pula Adiprana dengan hati kecut dan telinga panas. "Eh, eh, agaknya kau bukan orang sini, kawan. Itu dia yang duduk didekat tukang kendang. Coba saja kaulihat, alangkah molek bantuk tubuhnya, alangkah cantik jelita wajahnya. Ia sudah agak tua, kawan, akan tetapi,mau akau menukarnya dengan tiga belas orang perawan! Siapa yang takkan tergila-gila melihat betapa lemas dan luwes ia menari" Siapa yang takan merasa bimbang rindu mendengar suaranya yang seperti madu manisnya" Aah,mau usiaku dikurangi lima tahun asalkan aku dapat memetik Puspamirah." "Plak!" Tangan kanan Adiprana menyambar dan menampar muka orangitu yang tibatiba merasa seakan-akan ribuan binatang di langit jatuh berhamburan dari atas. Kedua manik matanya mendekati hidungdan kepalanya bergoyang-goyang bagaikan terhuyung-huyung karena kedua kakinya lemas danakhirnya iajatuh pingsan bagaikan kena sambar petir. Adiprana lalu melompat ke atas panggung,langsung menyerbu ketempat duduk para yogo dan menubruk Puspamirah yang terus dipondongnya. Ledek itu terkejut sekali dan meronta-ronta, akan tetapi di dalam pondongan lengan tangan Adiprana, ia tak berdaya sama sekali. Tukang kendang melihat hal ini lalu bangun berdirihendak menghalangi, akan tetapi sebuah tendangan kaki Adiprana yang menyambut dadanya membuat ia terlempar dan menubruk kawan-akawan di belakangnya. Keadaan geger dan terdengar teriakan orang-orang. Akan tetapi Adiprana telah melompat jauh danberlari cepat pergi daritempat itu. Ia sebelumnya telah mencari keterangan di manaadanya rumah Puspamirah, maka kini ia langsung menujuke rumah ledek itu. Kemarahannya memuncak dan ia merasa terhina sekali setelah mendengar penuturan orang tadi. Ibunya menjadi ledek umum sudah sudah merupakan hal yangamatmemalukannya, apalagi kini mendengar betapa ibunya menjadi rebutan orang-orang kasar dan bahkan orang orang yang menceritakan peristiwa tadipun mengeluarkan kata-kata yang amat menghina! Ia dapat membayangkan perasaan orangorang terhadap ibunya. Dalam kemarahannya, Adiprana tidak tahu bahwa ada sesosok bayangan lain yangmengikuti larinya, dan lebih-lebih tidak menyangka bahwa yang mengikuti adalah Ratnawulan! Dara pendekar ini dengan hati marah dan juga amat sebelnya, mengikuti terus dan ketika ia melihat Adiprana membawa ledek itu ke dalam sebuah rumah sederhana, Ratnawulan lalu melompat ke belakang rumah itu dan mengintai! Ia melihat Adiprana mebawa Puspamirah ke dalam sebuah kamar dan menurunkan wanita itulalu berdiri memandang dengan mata merah. * Puspamirah berdiri dengan marah dan membentak. "Bangsat kurang ajar! Siapakah kau berani mati melakukan perbuatan terkutuk ini, menculik aku dan membawaku ke rumah kusendiri dengan paksa" Apakah kau sudah bosan hidup barangkali" Kalau kakangmas adipati menengar akan hal ini, tentu kepalamu akan dihancurkan! Kau masih muda, lagi tampan,mengapa kau melakukan ini" Melarikan seorang ledek, cih! Tak tahu malu!" Mendengar ucapan ini, diam-diam Ratnawulan merasa girang dan memuji ledek itu. Kalau memang ledek itu berbatin rendah. Tentu ia akan jatuh hati kepada penculiknya yang masih mudadan rupawan pula. Sebaliknya, Adiprana lalu menjawab dengan kata-kata yang amat pedas dan di luar dugaan Puspamirah maupun Ratnawulan yang mendengar diluar bilik. "Puspamirah, kau menyeret dirimu sendiri ke dalam berpura-pura menasehati orang lain" Apakah kau lupa bahwa kau kepada anakmu yang semenjak kecil kau kirimkan kepada Eyang Bromosakti" Aku adalah Adiprana, atau. sudah lupa lagikah kau kepada nama itu?" Puspamirah tiba-tiba menjadi pucat bagaikan mayat. Sepsang matanya memandang wajah Adiprana dengan terbuka lebar, seakan-akan tak percaya kepada pandang matanya sendiri.Sampai lama ia berdiri bagaikan patung, takkuasa mengeluarkan suara bahkan hampir tak dapat bernapas, kemudian keluarlah keluhan dari mulutnya. "Ya Dewata Agung. Adiprana. kau kaukah ini, Adiprana." Anakku.!" Dengan isak tangis yang tak dapat ditahannya lagi, Puspamirah menubruk maju hendak memeluk pemuda itu, akan tetapi Adipraa mengulurkan kedua tangan dan menahan ibunya dengan memegang kedua pundak ledek itu. "Jangan memeluk aku! Jangan menyentuhaku! Aku bukanlah seorang di antara lakilaki yang tergila-gila kepada ledek Puspamirah!" * "Adiprana.!"Puspamirah menjerit ngeri sambil memandang kepada wajah puteranya dengan air mata membanjir keluar dari kedua matanya. Tubuhnya menjadi lemas,tangisanya mengguguk membuat dadanya serasa akan meledak, kepalanya pening dan ia hanya dapat mengeluh berkali-kali, "Adiprana.ampun Gusti.kau. kau Adiprana. anakku sendiri." dan akhirnya ia tak dapat mengeluarkan keluhan lagi, bahkan takdapat bergerak sama sekali, ia berdiri dengan pundak terpegang oleh pemuda itu dan lehernya mejadi lemas sehingga kepalanya menunduk ke bawah. Puspamirah telah roboh pingsan karena tikaman pada batinnya yang amat hebat. Untuk sesaat Adiprana memandang dengan muka marah, akan tetapi lambat laun kemarahannya terganti kekhawatiran melihat keadaan ibunya. Ia mulai mengoyanggoyang pundak ibunya dan memanggil. "Ibu." Akan tetapitubuhwanita itumasih saja menyandar pada pegangan kedua tangannya dan tak menajwab. "Ibu.! Ibu.!" Suara Adipranamulai mengandung kekhawatiran. Kemudian ia memondongtubuh ibunya dan mengangkatnya keatas pembaringan yang berada didalam kamar itu. "Ibu. sadarlah.ampunkan anakmu, ibu." Sampai lama Puspamirah pingsan,sedangkan Ratnawulan yang mengintai di luar bilik menjadi demikian terkejut sehingga takdapat bergerak, hanya berdiri bagaikan patung. Tak disangka-sangkanya sama sekali bahwa Adiprana adalah putera ledek Puspamirah ini. Ia merasa terharu melihat keadaan mereka,akan tetapi juga timbul rasa penasaran di dalam hatinya. Betapapun juga, ia tadi telah menyaksikan lagak Puspamirah dihadapan para tamu dan betapa ledek itu telah menjadi pujaan semua laki-laki yang berada disana. Benarkah ini ibu dari Adiprana, pemuda yang gagah perkasa itu" Hampir tak dapat ia mempercayainya! Akhirnya Puspamirah siuman dari pingsannya. Ia bangun dan duduk, memandang kepada Pemuda yang telah berdiri dihadapannya itu dengan mata sayu. "Adiprana, tak kusangka sama sekali bahwa kita akan berjumpa dalam keadaan begini." * "Lebih-lebih aku,ibu.Kau tidak tahu betapa hancur hatiku melihat ibu menjadi ledek yang dipuja-puja oleh banyak lelaki. Sakit hatiku melihat ibukumenjadi seorang ledek umumyang diperebutka oleh orang-orang kasar dan rendah, menjadi bahan cemooh,menjadi alasan perkelahian, menjadi bahan ucapan-ucapan kotor. Ibu, mengapaitu tersesat sampai demikian jauh" Mengapa ibu menjadi ledek" Apa akan kata ayah apabila ia masih hidup" Ibu.ibu, kau mengecewakan hati anakmu!" Puspamirah menghelanapas dan mengerakkan ujung selendangnya yang merah itu untuk menghapus airmatanya. *"Adiprana, kau terburu nafsudan keras hati seperti mendiangayahmu.Dengarlah, nak, jangan itu hina sebegaimana yang banyak orang kira. Tak perlu dihiraukan apa kata orang-orang,makin kotor ucapan yang keluar dari mulut seseorang, berarti makin rendahlah jiwa orang itu. Aku menjadiledek bukan untuk menjadi bahan hiburan orang. Jangananggapbahwa ibumu telah berlaku sesat,karena aku masih mempunyai kesucian hati. Biarkan mereka menghina, mereka menganggap apa saja, akan tetapi buktinya ibumu tidak melakukan perbuatan hina. Ketahuilah, Adiprana, aku menjadi ledek, menjadi penari dan penyanyi karena dua sebab.Pertama, memang akuterdorong oleh bakatkudan senangku akan tarian dan nyanyian. Ke dua,dan ini jauhlebih kuat, karenaaku harus mencariuang. Kau tentu masih ingat,bahwa ibumu masih mempunyai orang tua,yaitu kakek dan nenekmu, mereka itu orang-orang miskin di dusun Tagen. Siapakah pula yang akan membantu mereka yang sudah tua kecuali ibumu ini" Jadi, aku menjadi ledek untuk mencari uang, untuk memberi makan kepada tiga orang, yaitu kakek nenekmu danaku sendiri. Aku pun seorang manusia biasa yang harus makan, yang harus memakai pakaian." "Alasanibu memangkuat, akan tetapi ,mengapa pulaibu menyerahkan diri kepada seseorang adipati"Mengapa pulaibu sudi diambil seliroleh adipati itu" Bukankah hal ini tidak cocok dengan ucapan ibu tadi?" "Aduiprana, kaududuklah ,nak. Tega hatibenar terhadap ibumu. Telah bertahuntahun, setiap hari aku rindu sekali kepadamu, kepada anak tunggalku.Dan sekarang. setelah kau pulang. akuseakan-akanmerasa berhadapan dengan seorang hakim yang hendak memberi hukuman kepadaku.! Adiprana,benar-benarkah kau sekejam itu?" Kembali Puspamirah menangis. "Ibu sendiri yangmembuat hatikubeku. Keadaanibuyang membuathati anakmu demikian kecewa sehingga menjadi keras laksana karang. Ibu, jawablah pertanyaanku tadi. Mengapa ibu sudi menjadi selir adipati itu?" * "Anakku Adiprana, sebelumaku menceritakan hal ini, agarkaudapat percaya,biarlah aku bersumpah kepada Hyang Maha Agung bahwa yang akan kuceritakan ini bukan bohong. Ketahuilah bahwa aku menerima menjadi selir adipati itukarena mengingat akan kepentingan dan nasibmu,nak." Adiprana mengangkat muka dan memandang wajah ibunya dengan tajam. "Apa maksudibu" Mengapa pulaaku dibawa-bawa dalam hal penerimaan menjadi selir ini?" tanyanya penasaran. "Sesungguhnya ,anakku Adiprana. Tadinya ibumu telah mengambil keputusan untuk hidup menjanda sampai hari akhir. Akantetapi ,ketika datang pinangan dari adipati itu, aku memikirkan nasibmu kelak. Adipatiitu adalah seorangyang amat berpengaruhdan besar kekuasaannya di Majapahit.Dengan perantaraan dan pertolongannya, akan mudah bagiku untuk menduduki pangkat yang tinggi di kerajaan! Olehkarena itu, nak, akusengaja mengorbankan diriku agar kemudian kau akan dapat ditolongnya, diberi pangkat yang tinggi sesuai dengan perngharapaanku!" "Siapasudi menjadipembesar di Majapahit! Ibu, perlukiranya aku berpanjang cerita. Pendeknya aku tidak setuju sama sekaliakan kehendak ibu ini. Yang sudah lewat biarlah lalu. Lebih baik ibu turutaku saja pergi ke kaki Gunung Mahameru di mana aku tinggal bersama kawan-kawanku." "Siapakah kawan-kawanmu itu,nak?" "Ibu, akutelah menjadi pelatih daripasukan orang-orang gagah yang bercita-cita luhur. Mereka adalahbekas anak buah BupatiRangga Lawe, dan lain-lain penglimayang telahgugur dalam pemberontakan mereka melawan tentara Majapahit. Mereka membuat persiapan untuk mengadakan pemberontakan." "Apa."! Kau. kau menjadi anggota pemberontak" Kau, anakku yang kucita-citakan menjadi seorang pembesar di Majapahit, kau bahkan menjadipelatih pemberontak" YaJagat Dewa Batara!" Puspamirahmenjadi pucatsekali dan memandang kepada anaknya dengan kedua mata dibuka lebar."SemogaDeawa Agung mengampuni kita! Aduh, bagaimana kalausampaikangmas adipati mendengar tentang ini" Ah,Adiprana, lemparlah jauhjauh pikiran itu, nak. Insyaflah, bahwa seorang yang sehina-hinanya.Dan pula, apakah yang akan kauandalkan" Majapahit adalah Negara yang besar dan yang memiliki banyak panglimasakti mandraguna.Ketahuilah, anakku,adipati yang mengambil ibumu menjadi selir adalah seorang yang amat sakti mendraguna dann kau akan dapat banyak belajar * ilmu kesaktian daripadanya. Kau akansenang tinggal disini dan menjadi seorang yang benar-benar cocok dengan harapanibumu, dengan harapan mendiang ayahmu." "Siapakah adipati itu, ibu" Agaknya ibu telah jatuh hati benar-benar kepadanya,"kata Adiprana dengan suara menyindir sehingga dariluar bilik Ratnawulan merasa gemas dan benci sekali kepada pemuda itu. Tak pernah disangkanya bahwa Adiprana dapat bersikap semacam itu kepada ibunya sendiri. Bagi Ratnawulan,betapapun juga keadaannya, seorang itu tetap merupakan seorang ibu, orangyang paling suci di dunia ini,yang harus paling dihormat, dicinta dan dibelanya.Akan tetapi, Adiprana yang dianggapnya sebagai laki-laki gagah dan baik itu, dapatbersikap demikian kasar terhadap ibunya, sungguhpun ada alasannya untuk bersikap demikian. "Adipati yang mengambil selir kepadaku, yang sekarang telah menjadi ayah tirimu itu, bukan lain adalah Adipati Kartika,seorang yang menjadi tangan kanan Sang Bagawan Mahapati, bahkan menjadi muridnya yang tersayang, oleh karena itu kesaktiannya telah terkenaldi mana-mana!" kata Puspamirah dengan bangga. Terkejulah Adiprana mendengar ini sedangkan Ratnawulan yang mendengarkan nama ini juga terkejut sekalidan tak terasa pulatangan kanannya memegang kerisnya. Jadi ibu Adiprana ini telah menjadi bini muda musuh besarnya, Kartika! Adiprana teringat akan cerita Ratnawulan, maka hatinya menjadi amat gelisah mendengar bahwa ibunya telah diambil selir olehKartikayang menjadi musuhbesar Ratnawulan itu. "Aduh, ibu. Orang itu pulayang menjadi suami ibu! Celaka benar! Ibu, hal ini memperkuat niat hatiku. Ibu harus ikut akuke hutan randu, berkumpul dengan kawan-kawanku, karena aku tidak sudi melihat ibu menjadi selir keparat Kartika itu!" "Adiprana.!" Puspamirah menjerit, "Jangan kau sekurang ajar itu!" "Tidak, ibu. Hatiku telah tetap,kemauanku sudah bulat. Aku hendak membantu Pasukan Candrasa Bayu menggempur Majapahit danapabilakekuasaanyang sekarang ini dapat memegang pangkat pula. Bahkan. aku telah mempunyai calon jodoh, ibu! Dia seorang dara yang gagah perkasa, dan tinggal menunggu ibu meminangnya. Dialah yang membentuk Pasukan Candrasa Bayu. Maka marilah ibu turut aku pergi meninggalkan kota raja." * "Menjadi pemberontak" Kau anakku menjadi pemberontak dan mantuku juga seorang pemberontak" Tidak, taidak! Kau tersesat anakku!" Pada saat itu, terdengar suara seorang laki-laki yang parau di luar pondok, "Mirah.! Apakah kau telah sampai di rumah dengan selamat" Aku amat mengkhawatirkan keadaaanmu!" Pintu depan didorong dari luar dan terdengar tindakan kaki yang berat. Puspamirah menjadi pucat."Nah, itu dia kangmas Kartika datang. Jangankau kurang ajar terhadap atah tirimu, nak. Ia manisbudi, akan tetapi kalau ia tersinggung dan sampai marah, celakalahkau!" katanya sambil turun dari pembaringandan menjawab. "Masuklah, kangmas adipati! Jangan khawatir, aku tidak apa-apa!" Sambil berkata demikian ia bergegas keluar dari kamar dan menyambur adipati itudi luar kamar. Melihat kekasihnya masih berpakaian sebagai penari, penatang itu berkata tak senang. "Mirah, sudah berkali-kali kkatakan jangan kau menari di muka umumlagi.Tadi kumendengar tentang keributan itu danbahkan mendenga rtentang penculikan terhadapmu. Ah, kau benar-benar membuatgelisah hatiku, manis." Memang tadi sebelum datang kerumahini, Kartika telah mendengar tentang keributan di medan pesta, maka iaburu-buru pergi ke rumah tumenggungan itu. Kartika adalah seorang laki-laki berusia empat puluh lebuh yang bermuka gagah. Brengosnya yang tajam melintang membuat ia nampak gagahseperti RadenGatotkaca.Ia menjadi adipati yang ditakuti karena besar kekuasannya dan tinggiilmukepandaiannya. "Apa yang telah terjadi di sini?" tanyanya dengan suarayang keren ketika ia datangke tempat pesta dan disambut dengan penghormatan oleh semuaorang. * Dengansingkat tuan rumah menceritakan peristiwa tadi dan mendengar betapa Mas Ngabei Bajrabumiyang mulaimambuat kekacauan, iamelangkah menghadapi bei gemuk itu. Dengan tubuh mengigil Bajrabumi memberi hormat dan berlutut. "Kau berani mengganggu Puspamirah?"bentak Kartika kepada Bajrabumi. "Mohon diampukan, raka adipati." Kata Bajrabumi dengan suara gemetar. "Enyah kau!"seru Kartika dan kaki kirinya melayangmengirimsebuah tendangan. Tubuh yang gemuk itu terlempar jauhdan bergulingan, lalu merayap bangun dan pergi meninggalkan tempat itu. Ia masih merasa untung tidak dibunuh atau tidak dipecat dari kedudukannya. "Kalaudia tidakmabok, tentu akan kusuruh buangdia!" kataKartika. Kemudian ia menghadapi Indrayana yangmasih berada di situ. "Raden Indrajaya, tahukahkausiapa tiga orang yang menyerangmmu?" "Tidak, paman adipati,aku tak pernah melihat mereka sebelumnya." Kartikamemang suka danmerasa sungkan kepada pemuda ini karena dia adalah kesayangan sang prabu. Maka hubungan mereka amat baik seperti sanak keluarga saja. Tukang kendang majudan menceritakan dengan wajah pucat. "Dia adalah seoran pemuda yangtampan, gusti adipati. Akan tetapi, agaknya dia bukan orang sini, karena hamba belum pernah melihat atau mengenalnya." Dengan hati murung Kartika meninggalkan tempat itus etelah berkata keras. * "Lain kali tidakboleh siapapun juga memanggil Puspamirah untuk menari. Ia kularang menaridi depan umum,kecualikalau dipanggil leh sangprabu sendiri. Mengerti?" Semua orang bungkam tak berani bergerak. Demikianlah, Kartika lalu menyusul ke rumahPuspamirah dan ia menjadigirang melihat kekasihnya itu telah berada di rumah. Dengan senyum manis Puspamirah berkata kepada Kartika. "Kangmas adipati, harap kau jangan khawatir atau gelisah, karena sesungguhnya yang menculik hamba itubukanlah orang lain, melainkan putera hamba sendiri Si Adiprana.Dia tidak suka melihat hemba menari di depan umum." "Bagus! Memang demikian seorang anak yang baik. Akupun tidak suka melihat kau menari dan bernyanyi di depan umum, sungguh amat merendahkan namaku.Dimana puteramu itu sekarang?" Puspamirah lalu menjengkuk ke dalam kamarnya dan memanggil Adiprana. "Ngger, anakku Adiprana,keluarlah dan jumpailah ayahmu!" Dengan muka merengut pemuda itu keluar. Kartika kagum melihat ketampanan wajah dan kegagahan sikap pemuda yang menjadi anak tirinya itu. Akan tetapi ia merasa tidak senang melihat pemuda itu memandangnya dengan mata bernyala dan sama sekali tidak menaruh hormat sedikitpun. "Adiprana, berilahhormatkepada kang mas adipati,yang telah menjadi namamu,nak!" Puspamirah membujuk dengan hatigelisah. Akan tetapi, sebaliknya Adiprana memandang dengan bangis kepada Kartika dan berkata, "tidak sudi aku memberi hormat kepada seorang pembesar berhati palsu." * Bukan main marahnya Kartika mendengar ini. Brengosnya serasa berdiridan sepasang matanya bernyala-nyala. "Keparat cilik! Apa dosaku maka kau datang-datang menghinaku" Kalaukau tidak lekas berlutut minta ampun, akan kuhajar kau!" Kartika melangkah maju denga nkedua tangan terkepal. Adiprana tersenyum mengejek. "Orang lain boleh takut kepadamu, akan tetapi aku Adiprana sama sekali tidak takut. Kau mau memukul" Majulah kalau kau memang jantan!" Makin memuncak amarahdi hati Kartika.Belum pernahia ditantang orangsecara begini menghina. "Jahanam!" teriaknya dengan suara keras. "Kuhancurkan kepalamu!" Ia melangkah maju hendak menyerang Adiprana yang siap menanti serbuannya dengan tenang. Akan tetapi sambil menjerit dan menangis Puspamirah menubrukadipati itu dan merangkulnya, dan membujuk-bujuknya. "Kakangmas adipati, ampunilah dia. Ampunilah anakku." "Hm, kalau tidak melihat muka ibumu, sekarang kau telah menjadi mayat!" kata Adipati Kartika yang masih marah itu. "Ha,ha! Kartika! Siapa takut akan ancamanmu"Jangan kau menggunakan nama ibu untuk menunjukkan kegagahanmu. Majulahkalau kau memang gagah, kaukira aku takut kepadamu?" "Eh, bocah keparat!" Kartika tak dapat menahan nafsu amarahnya lagi. Sekali ia menggerakkan tangan, puspamirah terpelanting ke pinggir, kemudian dengan geraman dahsyat iamenubruk, memukul kearah dada Adiprana. Pemuda itu cepat menangkis dan ketika tangan mereka beradu, keduanya terhuyung mundur dua tindak.Adiprana terkejut akan tetapi tidak menjadi heran karena iatelah mendengar akan kedigdayaan adipatiini. Akan tetapi Kartika hampir saja berseru karena terkejutnya dan herannya. Bagaimana pemuda ini dengan tenaga penuh" Kalau orang lain yang menangkis pukulannya, tulang lengan lawan itu pasti akan patah! * "Keparat! Tidak tahunya kau memiliki kesaktian juga.Pantas saja kau berani berlagak! Rasakanlah pukulan Brajakastala dari tanganku!" Sambil berkata demikian,Kartika menyerang lagi dengan pukulan yang dahsyat sekali. Adiprana dapat merasa betapa angina pukulan ini benar-benar hebat, maka ia tidak berani berlaku gagabah dan cepatmengelak ke sampingdengan cekatandan balas menyerang yang dapatpula ditangkis oleh adipati itu. "Adiprana. anakku, jangan.!" Puspamirah inibenar-benar hebat, makaia tidak beran iberlaku gegabah dan cepat mengelak kesamping dengan cekatan danbalas menyerang yangdapat pula ditangkisoleh adipatiitu. "Adiprana. anakku, jangan.!"Puspamirah menubruk anaknya. "Adiprana tidak taatkah kau kepada ibumu?" Adiprana marah dan merasa sebal sekali. Ia menrenggutkan diri dari pelukan ibunya dan melompat keluar dari pintu. "Adiprana.!" Puspamirah memekik sedih. "Aku ibumu. nak.!" Jawaban yang terdengar dari luar menyayat-nyayat hatinya. "Lebih baik aku tidak beribu.!" "Bangsat jahanam!" Adiptai Kartika memburu keluar, akan tetapi Adiprana telah jauh meninggalkan rumah itu, langsung keluar darikota raja.Hatinya terluka dania membenci ibunya sendiri. Dengan hati murung danmarah pemuda itu terus berlari, kembalike kaki Gunung Mahameru dengan hati penuh dendam. Adipati Kartika masuk lagidan menghibur Puspamirah, akan tetapi kini lenyaplah sikap mencinta dari wanita ini. Dengan sedih ia menangis terus, tidak memperdulikan Kartika sehingga adiptai itu akhirnya kewalahan dan pergi dengan hati kecewa. * Tengah malam telah jauh lewatdan Kartika dengan hati kecutberjalan pulang menuju ke gedungnya. Bulan bersinar terang, akan tetapi hati adipatiitu amat gelap dan rusuh. Ia merasa kecewa melihat putera Puspamirah memusuhi dan membencinya, olehkarena dari tangkisannya tadiia maklum bahwa pemuda itumemiliki kepandaian cukup tinggi dantentuakan merupakan seorangpembantu yang amat boleh diandalkan kalau saja tidak demikian membencinya. Ayam telahmulai berkeruyuk ketika ia tiba di dekat gedungnya. Tiba-tiba ia terkejut karena dari balik pohon melompat keluar sesosokbayangan orang. Iamenyangka bahwa orang ini tentu Adiprana yang hehndak menyerangnya, makaia berlaku waspada dan menunda langkah kakinya.Akan tetapi biarpun orang inipun seorang pemuda yang lebihelok daripada Adiprana. Pemuda ini menghadang di depannya sambil bertolak pinggang dan sepasang matanya nampak berkilat di bawah sinar bulanpurnama. "Siapakah kaudan apa maksudmu menghadang di jalan" Tidakkenalkah kau kepada Adipati Kartika?" bentak Kartika dengan marah karena dalam keadaan seperti itu ia tidak sukadiganggu. Akan tetapi pemuda itu tertawa bergelak dan menjawab, "tentusaja akukenal padamu, Kartika.Dan alangkah beruntung kudapat mengenalmu ketika kauberadadi rumah Puspamirah tadi! Kalau kau tidak di sana, mungkin bertemudi jalanpun akutakkan mengenalmu!" Mendengar ucapanyang sama sekali tidak menaruh hormat kepadanya itu, maklumlah Kartika bahwa pemuda initidakmempunyai naik baik, maka iaberlaku makinwaspada. "Siapakah kaupemudakurang ajar?" "Kartika, ketahuilah bahwaaku sengaja mencarimu dari tempat jauh untuk menangih hutangmu. Masih ingatkah kau kepada Nagawisena?" "Apa hubunganmu dengan mendiang Nagawisena?" * *Kembali pemuda itu tertawa bergelak. Biarpun suara ketawanya merdu, akan tetapi cukup membuat Kartika merasa tak enak hatidan bulu tengkuknya meremang. "Manusia Khianat! Ingatkah kau ketika membunuh Nagawinsenadengancara yang rendah dan curang"Akulah anaknya! Ayahku telah tewas karena kecuranganmu dan ibumu menderita bertahun-tahun karena keganasanmu itu. Sekarang bersiaplah kauuntuk binasa dalam tanganku!" Kartika tertegun. Dahulu ia telah menjadi sahabatyang amat karib dari Nagawisena, bahkan ia jatuh cinta kepada Dara Lasmi, isteri sahabat karibnya itu. Ia kenal baik keluarga Nagawisena dan sering kali iadan sahabatnya itu kunjung-mengunjungi, maka ia tahu bahwa sahabatnya tidak mempunyai anak lakilaki. "Ha,kaubohong! Kau penipu dari manakah beranimati sekali mengakusebagai putera Nagawisena" Aku lebih tahu bahwa Nagawisena tidak mempunya iputera laki-laki, hanya mempunyai anak perempuan seorang saja! Jangan kau hendak menipu aku!" Ratnawulan pernah mendengar penuturan ibunya bahwa Kartika dahulunya memang sahabat karib ayahnya, bahkan seringkali mengunjungi ayah bundanya, maka ia tidak merasa heran mendengar ini, bahkan lalu bertanya. "Kalaukautahu bahwa Nagawisena mempunyai seorang puteri, tahukah kau siapa nama anaknya itu?" "Tentusaja akutahu, bukansepertikau yang hanya mengaku-aku. Anaknya itu adalah Ratnawulan, dan isterinya bernama Dara Lasmiputeri Malayu." "Kartika, buka matamu lebar-lebar jahanam! Akulah Ratnawulan yang datanghendak mengambil nyawamu!"Sambil berkata demikian, Ratnawulan merenggut ikat kepalanya sehingga rambutnya yang panjang hitam itu terurai di ataspundaknya. Juga jubahnya ia buka sehingga kini ia memakai baju kutang yang berwarna hitam. Sebentar saja pemuda tampan itu berubahmenjadi seorangdara jelitayang amat gagah dan cantik. Kartikaberdiri melongo dan hatimu berdebar keras. Kalau tadiia menghadapi Ratnawulan yang masih dianggapnya seorang pemuda itu dengan hati tabah dan memandang ringan, kini ia merasa gelisah sekalioleh karena gurunya, yaitu Bagawan Mahapati,pernah berpesan kepadanya agar supaya ia * berhati-hatimenhadapi lawanseorang wanita. Wanita memang seorang makhluk lemah, akan tetapi apabila wanita itu telahmenjadi seorang yang memilikiilmu kepandaian tinggi,maka orang itutak boleh dipandang ringan. Sekarang Ratnawulan telah berani masuk ke kotaraja untuk mencarinyadan membalas dendam,maka tentu saja gadis ini telah memiliki ilmu yangtinggi. "Ratnawulan.! Benar, kau Ratnawulan,karena kau mirip sekalidenganDara Lasmi ibumu! Ratnawulan, janganlah kau memusuiku, nak.Ketahuilahbahwa aku, pamanmuini dahulu seringkali memondongmu dan menimang-nimangmu ketika kau masih kecil sekali. Apakah kau hendak mengangkat senjata melawan pamanmu?" "Cih! Pandai sekali kau bermanis bibir! Mengapa kau tidakingat akanhalitu ketika kau membunuh dan mencurangi mendiang ayahku" Hayo, cabutlah kerismu, kita membuat perhitungan sekarang dandi tempatini juga!" "Jangan,Ratnawulan, jangan kita mengadu nyawa!" "Pengecut! Jahanam! Kau yang telah berani mengkhianati ayah, demikian kecil dan pengecutkah hatimu sehingga tidak berani melawan seorang dara?" Terbangunlah keangkuhan Kartika mendengar caci maki ini. "Ratnawulan,siapakah yang takut kepadamu" Tidak, aku tidak takut, hanya aku merasa sayang kalau-kalau kau akan menjadi kuban pusakaku. Sampai berapa tinggikah kepandaianmu maka kauberani menantang Adipati Kartika?" "Tutup mulut! Lebih baik membiarkan kerismu bicara daripada mulutmu yang busuk dan berbisa itu!" Setelah berkatademikian, Ratnawulan mencabut keris pusaka Banaspatidan memasang kuda-kuda untuk membuka serangan. Melihat sinar panas yang memancar keluar daripusaka Banaspati itu, AdipatiKartika terkejut sekali dan ia maklum bahwa gadis yang menjadi musuhnya ini memilki keris pusaka yang ampuh.Maka ia lalu mencabutpula kerisnya, jugasebuah keris pusaka pemberian gurunya. * "Kaulah yang menghendaki pertumbuhan darah, Ratnawulan.Ibumu akan memaafkan aku apabila ia tahubahwa kaulah yang memaksaku mencabut keris untuk menghadapimu. Ini hanyalah pembelaan diri dariku!" "Jangan banyak cakap!"teriak Ratnawulan yang segera mulai menyerang dengan kerisnya. Serangannya ganas dan dahsyat sekali sehingga Kartika kembali merasa terkejut melihat kecepatan gerakan gadis ini. Ia tidak berani memandang rendah dan cepat menangkis dengan kerisnya.Dua bilah keris pusaka itu ketika beradu menimbulkan percikan bunga api. Karena maklum bahwa menghadapigadis ini tidak boleh dilakukan dengan main-main, Kartika lalu membalas dengan serangan yang cepat pula sehingga sebentar saja keduanya telah bertarung dengan seru, sengit,dan mati-matian. HatiRatnawulan yangpenuh dendam membuat gerakannya amat dahsyatdan ganas sehingga Kartika harus berlaku hati-hati danwaspada sekali. Ia maklum bahwa untuk mengalahkan lawannya yangtangguh ini, iatidakboleh menaruh hatikasihan lagi danharus berdaya mendahuluinya,merobohkan atau membinasakan gadis ini. Maka dikeluarkanlah ilmu kerisnya yang hebat, latihan dari gurunya Bagawan Mahapati. Kerisnya bergerakgerak laksana seekor ular hidup yang menyambar-nyambar dengan bengisnya, mengarah bagian-bagian yang mematikan ,leher, uluhati ,lambung, perut dan pusar. Akan tetapi, Ratnawulan bukanlah seorang yang memiliki kepandaian biasasaja. Iatelah digembleng bertahun-tahun oleh Panembahan Mahendraguna,dan ilmu kerisnya selain cepat, juga kuat sekali sehingga ke mana saja Kartika menyerang,selalu dapat ditangkisatau dielakkannya.Jika dibuat perbandingan, Kartika menang tenaga danmenangpengalaman berkelahi, akan tetapi dalam halgerakan, ia masih kalah cepat dan kalah tangkas. Selagi mereka ramai bertarung,lewatlah tiga orang perondadi tempatitu.Alangkah terkejutnya hati mereka melihat Kartika sedang berperang tanding melawan seorang dara perkasa yang luar biasa tanguhnya,maka beramai-ramai mereka majumengeroyok merekadengantombak mereka. "Mundur!" teriak Kartika mencegah mereka akan tetapi terlambat. Mereka telah menerjang maju dan ketika dengan tombak, mereka menusuk dan meyerang Ratnawulan dari tiga jurusan, gadis itu melompat dan meninggalkan Kartika, menyambut ketiga orang penyerangnya itu dengankeris di tangan. Tigaorang peronda itu hanya melihat bayangan cepat berkelebat dandua orang di antara mereka menjerit dan robih mandi darah karena yang seorang tertusuk keris Banaspati dan tewasdi saat itu juga,sedangkan seorang lagikena dirampas tombaknya dan ditusukdengan tombaknya sendiri * sehingga terluka parah dadanya! Seorang lagi mundur ketakutan lalu.berlari tunggang-langgang meninggalka ntempat itu untukmemberi laporan dan minta bantuan! Bukan main terkejutnya hati Kartika melihat kehebatan sepak terjang Ratnawulanini, sehingga ia menjadi gentar dan permainan kerisnya agakkalut. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ratnawulan yang segera mendesak dengan amat hebatnya. Pada suatu saat, ketika Ratnawulan menusuk ke arah dada Kartika dengan kerisnya, dibarengi bentakan nyaring yang amat berpengaruh, Kartika mengelak ke kanan dan tangan kirinya lalu memukul ke arah kepala lawannya dengan mengerahkan aji kesaktian yangdisertaimantraini apabila mengenai sasaran,mana mungkin akan pecah berantakan! Namun, Ratnawulan sudah dapat merasakan anginapukulan yang laur biasa ini, maka dara perkasa inimenggeser kakinya ke kanan dan menghabiskan tangan kiri melakukan tangkisan sambil mengerahkan tenaga sakti dalam tangan kirinya.Betapapunjuga, iamasih terhuyung mundur ketika tangannya beradu dengan tangan Kartika, tandabahwa tenaga aji kesaktian SiGuntingitu benar-benar luarbiasa kuatnya. Ratnawulan menjadi penasaran dansambil memekik keras ia lalu menubruk maju,menyerang dengan keris dibarengi pukulan tangan kirinya yang melakukan tamparan dengan ajinya Astadenta(TanganGading),kemudian disusulpula oleh tendangan kilatyang menyambarke arahpusat lawannya.Inilah serangan yang luarbiasa hebatnya, karena ketiga-tiganya, baik tusukan kerisnya ke arah leher maupun pukulan Astadenta ke arah pusar, merupakan serangan-serangan yang dapat membawa maut. Kartika terkejut bukan maindan cepat berusaha menyelamatkan diri. Dengan tangan kirinya ia menangkis pukulanAstadentake arahlambung dan mengeser kakinya untuk mengelak tendangan ke arah pusar, sedangkan tusukan keris Ratnawulania tangkis dengan keris pula. Akan tetapiia tidak mengira bahwa pukulan Astadentaakan demikian hebatnya.Ketika tangan kirinya beradu dengan tangan kiri Ratnawulan yang memukul, ia berseru kesakitan dan merasa betapa pergelangan tangannya sakit sekaliseakan-akanseratus batang jarum ditusuk-tusukkan ke dalam tulangnya. Hal inimembuat kedudukannya menjadi lemah sekali dan sungguhpun ia dapat menghindarkan diri dari ketiga seranganitu, akan tetapiia telahmembuka lowongan bagi Ratnawulan untukmengirim serangan berikutnya tanpa berkesempatan membalas serangan itu. Ratnawulan yang bermata tajam tidak mau membuang kesempatan baik ini, dan ia cepat sekali mengajukan kakinya, dan kerisnya menyambar bagaikan petirnya kearah uluhati lawannya. "Celaka!"Kartikaberseru keras dan membuang diri ke kanan untuk mengelak dari serangan ini, akan tetapi ia kurang cepatdan "bret!"bajunyaterobek oleh ujung keris Banaspati dan darah mengalir * membasahi bajunya karena dadanya yang sebelah kanan berikut sedikit dagingnya telah terbeset oleh keris itu. "Mati aku!" Kartika menjerit dancepat ia melompat ke belakang sambil berjungkir bali. Gerakannya ini amat cepat dan indahnya sehingga Ratnawulan memandang kagum. Dalam keadaan terluka, Kartika masih dapat menyelamatkan diri dengan lompatan yang amat luar biasa dan yang hanya dapat dilakukan oleh seorang yang telah tinggi ilmu kepandaiannya. "Bangsat,jangan lari!" Ratnawulan megejar dan mengirim serangan pula.Akan tetapi kedudukan Kartikatelah baik kembali, dansungguhpunia merasa betapakulit dadanya terasa panas dan perih sekali terkena hawa yang keluar dari keris pusaka kayai Banaspati, dan tangan kirinya juga terasa linudan lumpuhterkena hawa pukulan Astadenta, namun ia masih dapat menggerakkan kerisnya dan melakukan perlawanan dengan amat gigihnya. Pertempuran itu berjalan amat lamadan sementara itu, cahaya matahari mulaimengusir cahaya bulan purnama dankeadaan mejadi makin terang. Peluh telah mengucur pada keseluruh muka Kartika. Ia merasa lelah dan gelisah sekali.Tak pernah disangkanya bahwa anakNanawisena akan demikian tangguhnya Sukar untuk dapat percaya bahwa seoranga nak dara yang usianya barubelasan tahun ini akan dapat memiliki ilmu kepadaian setinggi ini,sehingga tidak saja dapat menghadapidan melawannya,bahkan berhasil melukainya dan mendesaknya dengan keris! Kalau Kartika mulai lelah dan mainmundur saja, adalah Ratnawulan makin gagah dan makin cepat gerakannya. Dara perkasaini makin bernafsu melihat betapa usahanya membalas dendam sudah mendekati hasil. Ia mengeluarkan seluruh kepandaian yang penah dipelajari dan mendesaktanpa mengenal ampun lagi sehingga Kartika makin ketakutan. Sebuah tusukan telah mampir di kulit pundaknyalagi sehingga darahtelah membasahi bagian dada dan pundaknya, akan tetapi adipatiyang banyak pengalaman berkelahi ini masih sajadapat mempertahankan dirinya. Ia mengambil keputusan untuk mempertahankan diri sampai titik untuk mengadu nyawa dengan gadis ini! Pada saat Ratnwulan sudah mendesak hebat kepada musuh besarnya, tiba-tiba terdengar bentakan-bentakan orang dan munculah duaorang yang diringkan oleh sepasukan bersenjata tombok dan perisai. Orang yang datang ini adalah seorang kakek berjubah putih, memegang tongkathitam dan gerakannya ketikaberlari masihamatcepatnya. Sedangkan yang seorang lagi adalah seorang pemudayang amat tampan danjuga cepatgerak-geraknya.Merekaini bukan lain adalah Sang Bagawan Mahapati sendiri bersama Raden Mas Indrajaya! Kebetulan sekali Raden Mas Indrajaya mengunjungi gedung Adipati Kartika untuk membicarakantentang kedatangan dua orang pemuda * aneh dikota rajakarena Indrajaya merasa curiga dan juga ikut merasa bertanggungjawab atas keselamatan keraton Majapahit. Dia adalah seorang pemuda yang amat setiakepada rajanya.Ketika mendengar bahwaKartikasedang pergi semenjak malam tadi mencari Puspamirah, ialalu mengadakan pertemuan dengan Bagawan Mahapati yang bertempat tinggal di gedung kadipaten itu pula,dan bercakap-cakap karena memang Raden Indrajaya seringkali mengadakan pembicaraan dengan Bagawan yang sakti itu. Pada saat merekas edang bercakap-cakap, datanglah peronda yang melaporkan dengan wajah pucat bahwa Kartika sedang bertempur melawan seorang dara pendekar yang amat sakti dan luar biasa.Maka berangkatnya Mahapati bersama Indrajaya ke tempat itu,dikuti olehsepasukan penjaga. Kedatangan mereka tepat pada waktunya, karena dengan sebuah tendangan kakinya, Ratnawulan telah berhasilmembuat keris di tangan Kartika terpental dan ia sudah siapuntuk menembusi jantung musuhbesarnyaitu dengan Kyai Banaspati. Akan tetapi, tiba-tiba berkelebat bayangan putih dan sebatang tongkat menusuk kearah pergelangan tangannya di barengi bentakan. "Lepaskan senjata!" Namun Bagawan Mahapati terkejut sekali karenatangan yang diserangnyaitu dapat mengelak cepat dan bahkan mengirim tusukanke arahperutnya. Ia cepat melompat mundur dan Ratnawulan berdiri memandangnya dengan mata bercahaya marah. "Hm, tentu inilahorangnya yang disebut Bagawab Mahapti, dukun lepus itu!" Iamemaki. "Siapakah kau, perempuan mudayang liar?" Tanya Bagawan Mahapati memandang kagum karena belum pernah iabertemu dengan dara yang sehebat ini. Sementaraitu,dengan napas terengah-engah Kartika melangkah maju dan berdiri di belakang gurunya. Sedangkan Raden Indrajaya jugamemandang dengan penuhperhatian. Ia serasa sudah pernah melihat wajah yang cantik jelita ini dantakterasa pula hatinya berdebar aneh.Begitu melihat wajah yang ayu danpotongan tubuh yang denok itu,sekaligus iatergila-gila dan jatuh hati. Sementara itu,Ratnawulan dengan amat marahnya menjawab. * "Kau mau tahu siapa adanyaaku" Tanyakansaja kepada si keparat Kartika itu! Kalau saja ia bukan seorang pengecut yang palingrendah dan hinadina, suruhlah iamengambil kerisnya untuk melanjutkan pertempuran ini!Biarlahkita sama saksikan,apakah benar-benar Adipati Kartika seorang gagah ataukahseorang pengecut besar!" Akan tetapisemua orang dapat melihat bahwa keadaan Kertika telah amat payah, maka Bagawan Mahapati lalu berkata dengan keren karena ia marah juga melihat betapa muridnya yang tersayang itu dikalahkan dan terluka. "Bocah! kau masihkecil akan tetapi teklah besar kepala! Kau telah berani menyerang seorang adipati, berarti menyerang memberontak terhadap kerajaan. Menyerahlah baik-baik, mungkin kau masih akan dapat diampuni." Sementara itu,diam-diam Indrayana berdiri terheran-heran, oleh karena semalam ini ia telah melihat dua orangmuda yang luar biasa dan sakti mengacau dikotaraja. Hati Ratnawulan amat marah, gemasdan kecewa melihat betapa Indrayana, pemuda yang menambat hatinya itu, ternyata datang bersama dengan Bagawan Mahapati dan agaknya menjadi sekutu Kartika, maka dengan mengacungkan kerisnya. "Bagawan Mahapati! Enak saja kau bicara! Dengarlah, aku adalah puteri dari Nagawisena yang sengaja datang hendak membalas dendam kepada keparat Kartika! Kalau kau hendak membelas muridmu, majulah kau dan semua kaki tanganmu ini!" Ia mengerling kepada Indrajaya dengan pandang merendahkan. "Jangan majusendiri, majulah kau berbareng, aku Ratnawulan anak Mahameru sama sekali taidak takut menghadapi kalian!" Ratnawulan benar-benarmarah sehingga ia mengeluarkan sesumbar dan tantangan yang amat sombongnya. "Eh, sombong dan keraskepala anak ini!" Bagawan Mahapati berkata. "Kau agaknya tak boleh diberi hati.Kau belum tahuakan kesaktian Mahapati!" Sambil berkata demikian sepasangmata bagawan ini menatapwajah Ratnawulan dengan amat tajamnya, seakan-akan sepasang mata itu bernyala bagaikan mata seekor harimau.Kemudianbagawan itu membaca mantra dan tiba-tiba ia membentak dengan suara yangamatberpengaruh. "Ratnawulan,berlututlah engkau!" * Bukan main hebatnya kesaktian ini. Pengaruh bentakan ini membawa tenaga yang gaib dan luar biasa sehingga dengan bentakan inisaja, Bagawan Mahapati telah banyak menundukkan dan mengalahkan lawan tanpa mengangkat tangannya. Seekor singa buas pun akan mendekam dan bertekuk lutut mendengar bentakan yang amat berpengaruh olehkarena mengandung tenaga batin yangamatkuat ini. Ratnawulan tidak kuat menerima pengaruh ini dan tiba-tibaia bertekuk lutut. Akan tetapihanya untuk sebentarsaja, oleh karena begitu lututnya menyentuhtanah ia telah melompat lagi dan berdiri tersenyum memandang kepada Bagawan Mahapati. Kakek saktiitu terkejutsekali melihat kekebalan mantranya, maka ia berseru. "Kartika, mari kitatangkap dia! Kakek ini telahmelihatsendiri ketangguhan dara *perkasa itu, maka dengan amat licik ia memerntahkan kepada muridnya untuk mengeroyok! Ratnawulan telah merasa lelah,dan sekarang dikeroyokdua olehKartikayang mempergunakan lagi kerisnya danBagawan Mahapati yang mainkan tongkatnyasecara hebat sekali. Hanya dengan kegigihan Ratnawulan saja yangmembuat iamasih dapat mempertahankan diri sampai lama, membuat kagum hati Indrayana dan menggiriskan hati Kartika.Akhirnya, karena tenaga sudah mulai habis dantelapaktangan memegang gagang keris udah penuh peluh, ketika Mahapatimenyerang dengantongkat dania menangkis, kerisnya terlepas daritangan. Mahapati menubruk dan denganmudah dapat meringkusnya, Ratnawulan lalu dibelenggu tangannya. Sebagai seorang tawanan, Ratnawulan hendakdiseret kegedung kadipaten,akan tetapi Raden Mas Indrayanalalu menghampiri Mahapati serta membisikkan sesuatu kepada telinga bagawan itu. Bagawan Mahapati tersenyum dan mengangguk, kemudian ia berkata kepada Kartika. "Kartika, niar kita serahkan tawanan gadis liar ini kepada Raden Indrayana!" Adipati Kartika memandang heran,akan tetapi ia tidakberani memandang heran, kehendak gurunyadan demikianlah dengan cekatan Indrayana memondong tubuhRatnawulan, dinaikkan ke atas kuda, kemudian ialarikan kudanya ke rah rumah gedungnya sendiri. * "Bapa bagawan, mengapa gadis yang berbahaya itu diserahkan kepada Raden Indrajaya?" Tanya Kartika kepada gurnya setelah mereka kembalike kadipaten. Mahapati tersenyum penuharti. "Raden Indrajaya tergila-gila kepada gadis yang cantik itudan ingin membujuknya menjadi selirnya. Besok pagi Raden indrajaya hendak menghadap sang prabu untuk minta perkenan beliau. Kau maklum sendiri akan pengaruh pemuda itu dan apabila kita tidak menuruti permintaannya, tentu kita akan mengalami kesukaran." "Akan tetapi, bapa Bagawan, gadis itu adalah puteri dari Nagawisena.Ia sengaja datang untuk mencari dan membunuh hamba. Anak itu amat saktidan amat berbahaya bagi hamba, kalau sekarang tidak dibinasakan, apakah kelak takkan mendatangkan malapetaka?" "Jangan Khawatir, muridku! Betapapun digdayanya, selama masih ada gurumu dia sini,ia takan dapat melakukan sesuatu. Apalagi kalau iasudahberhasildipetik oleh Raden Indrajaya, tentu putera pangeran itu takkanmembiarkan dia melakukankeributan, karena hal itu akan mencemarkan namaRaden Indrajaya sendiri. Kalau kitaberkeras membinasakan gadis itu,tentu Raden Indrajaya akan merasa sakit hatidan marah, dan hal ini akan jauhlebih berbahaya daripada kemarahan atau sakit hati gadis liar itu kepadamu." Kartika memandang dengan penasaran. "Apakah berbahayanya seorang seperti Indrajaya" Kepandaiannya tidak berapa hebat, jauh lebih rendah daripada kepandaian gadis itu." "Kau tidak tahu, Kartika.Kau sendirilah yang berlaku ceroboh, menyuruh seorang bodoh dan tidak becus seperti Bajrabumi itu! Tahukahkau bahwaRaden Indrajaya telah tahuakan usahamu membinasakannyadenganmenyuruh Bajrabumidan tiga orang cabang atasdari Madura yang terjadi malam kemarin" Bukanitu saja, Indrajayabahkan telah tahu akan maksud-maksud kita menggulingkan raja!" Kartika menjadi pucat mukanya mendengar ini. Memang, penyerangan atas diri Indrajaya yang terjadi di dalam pestaitu sebenarnya adalahdia sendiri yang mendalanginya. Indrajaya terlalu besar pengaruhnya kepada rajadan pemuda ini amat setia dan berpengaruh, oleh karena itu, sesuai dengan rencana merekauntuk melemahkan pemerintahan Jayanagara, pemuda itu harus dibinasakan!Dengan diamdiam dan secara rahasia, ia dan gurunya telah mengadakan kontrak dengan pemimpin pemberontak Semi,untuk membantu pemberontak itu menggulingkan Jayanagara!Kalau Indrajaya benar-benar telahakan rahasiaini, maka tentu saja tentubaik menyerahkan, Ratnawulan kepadanya, * karena urusandara itu tak berarti apabila dibandingkan dengan urusan pemberontakan yang lebih besar! Memang benar,Indrajaya sungguhpun belum mendapatkan bukti-bukti,namun ia telah merasa curiga kepada Mahapati danKartikadan iaselaluberlaku waspada untuk menjaga keselamatan junjungannya.Tadi iamelihatbetapa Ratnawulan tertawan dan karenaia memang jatuh cinta kepda dara perkasa ini, juga melihat kesaktian dara itu ia ingin menarik dara itu sebagai sekutunya, maka ialalu menggunakan akal, minta tawanan itu sambil membisikkan kata-kata kepada Mahapati. Yang ia bisikkan itu adalah janji bahwa ia takkan mengadukan sesuatu yang ia ketahui tentang mereka dan Semi kepada sang prabu !Ini hanya kira-kira dan dugaan saja, akan tetapi Mahapati kena tertipu dan mengira bahwa pemuda itu telah mengetahui segala rahasianya! "Karena aku telah mengetahui siapa maka memperkuat alasanku untuk membantumu. Menolong orang yang tak diketahui siapa adanya dan tanpa alasan sesuatu mengapa ia menolong orang itu adalah hal yang lebih aneh lagi. Aku menolongmukarena dasar-dasar yanglebih suci dan yang keluar dari lubuk hatiku." "Dasar-dasar apakah?" Tanya Ratnawulan memandang tajam. "Dasar perasaan hatiku yang penuh kagunm padamu, karena kau seorang yang berbakti kepada orang tua sehingga bairpun kau hanya seorang wanita akan tetapi kau bertekad untuk membalas sakti hati mendiangayahmu tanpa memperdulikan bahaya. Aku kagum kepadamu, kagum melihat kegagahanmu dan aku. Aku suka kepadamu, timbul kasih sayangku kepadamu. Inilah yang memaksaku untuk menolongmu, Ratnawulan!" Ratnawulan melangkah mundur dia tindak dengan kaget. "Apa. apa maksudmu?" "Aku cinta kepadamu!" pengakuan Indrajaya ini seakan-akan merupakan pengakuan yang sudah sewajarnya, dengan suara yang amat tenangdan meyakinkan "Aku cinta kepadamu seperti juga perasaan cinta yangmulai tumbuh dalam hatimu terhadap aku!" "Kau. kau gila!" * Indrajaya mengangkat tangan kanannya seakan-akan menahan gadis itu berkata terlebih lanjut."Ratnawulan, semenjak kau melompatke ataspanggung dan menolongku, pandang matamu telah membuataku binggung dna heran. Pandang matamu itu menyatakan perasaan hatimu kepadaku. Aku telah mempelajari ilmu membaca muka orang, membaca perasaanhati yang timbuldari sinar matanya.Aku yakin bahwa aku mencinta.atau setidaknya, merasa suka kepadaku!" Peningkepala Ratnawulan mendengar ini. Betatpapun juga, ucapan pemuda ini ada benarnya. Ia memang amat tertarik kepada Indrayana, tertarikdan merasa suka. Akan tetapitentu saja ia tidak mau mengaku begitu saja,tidakmau menyerah demikian mudahnya. Ia memandangmarahdan membentak. "Tutup mulutmu! Kaukira aku ini wanitamacam apakah" Kaukira aku begitu mudah tunduk dan jatuh hati melihat ketampananmu?" "Kau adalah seorang wanita pilihan!Seorang puteri sejati yang selaingagah perkasa, juga cantik jelita. Seorang srikanditulen! Seorang wanita yang patut dicinta dengan hati suci.Ratnawulan, jangankau mencoba menyembunyikannya dari padaku.Bahkan dalam kemarahannya ini,sinar matamutidakhanyamemancarkanapi kemarahan, akan etapi jelas kulihat api yangberasal dari DewiRatih memancar keluar!" "Tidak, tidak! Diam kau! Aku tidaksudi bicara tentang hal itu sebelum tercapai cita-citaku, sebelum terpenuhi tugasku. Aku harus membunuh Kartika!Ah. keris pusakaku telah hilang.akan tetapi, tidak apa, dengan kedua tangan iniakan kurenggutkan nyawa Kartika dari tubuhnya. Biarkan aku pergi, Indrajaya, dan lupakanlah kata-katamu yanggila tadi!" "Tak mungkin Ratnawulan.Tak mungkinkau dapat pergi darisini. Kau harus tinggal di rumahku ini, dan jangankau tinggalkankotaraja!" Kini sinar mata Ratnawulan memandang dengan marah sekali. "Hmm begitukah" Untuk itukah gerangan maka kau menolongku terlepasdan tangan mereka agar supaya aku selamanya tinggal di sini menurut segala kehendakmu?" * Indrajaya tersenyum. "Tidakada lain kesenangan dan kebahagiaan didunia ini bagiku yang melebihi kenyataankata-katamu tadi, Ratnawulan.Akan bahagialah hidupkukalau kau mau tinggal selama hidup di sampingku.Tak adacita-cita yang lebih mulia terkandung di dalam hatiku. Akn tetapi kau salah sangka.Bukan untuk itulah sesungguhnya aku membawamu kemari. Dan bukan untuk itu pula aku melarangmu pergi dari sinibegitusaja.Akubukanmanusia serendah itu. Aku tidak sudi memaksaseorang dara untuk menyerahkan diri kepadaku. Tidak. Ratnawulan, aku hanya menerima sebagai kawan hidup selamanya apabila kau datang dengan sukarela, dengan hati mencinta." "Cukup!" Ratnawulan merasa khawatir untuk mendengar rayuan ini lebih lama, khawatir akan kelemahan hatinya sendiri. Pemuda ini demikian pandai mencumbu rayu, lebih manis daripada madu, lebih merdu daripada gamelan Surgaloka segala kata-katanya. "Kalau bukan untuk itu, mengapa kau melarangku keluar darisini?" "Cinta kasihku jualahyang memaksa aku melarangnya. Ketahuilah, Kartika dan Bagawan Mahapati bukanlah orang-orang demikian bodoh untuk menyerahkan kau kepadaku begitu saja. Mereka tentu telah berjaga-jagadan mungkin sekarangjuga rumahku telah dintai oleh banyak mata para penyelidik mereka.Kau takkandapat keluar dengan selamat dan kalau kau sampai tertangkap kembali, sukarlah begikuuntuk menolongmu." "Aku tidak takut! Akau akan mencari dan menyerang Kartika, biarpun untuk usaha itu aku harus tewas!" "Aku percayaakan kegagahanmu akantetapi akulah yang merasa khawatir akan bahaya itu, Ratnawulan. Percayalah mungkin tak ada orang lain yang akan menyedihi kematianmu, akan tetapi aku takan dapat menikmati hidup lagi kalau kau sampai tewas." Ratnawulan merasa terharu juga mencengar ucapan ini. "Ratnawulan,akupun maklum bahwa kau tentu tak sudi untuk tinggal di sini bersamaku hanya untuk menyelamatkan dirmu. Akan tetapikalau kau hendak keluar dari sini, harus mencari jalan yang baik dan aman, jangan secara sembrono saja. Kalaukau keluar dari sini, laluhendak pergi ke mana?" "Aku hendak mengumpulkan kawan-kawanku dan kemudian menyerbu kadipaten dan menyerangKartika." Jawab Ratnawulan terus terang. * "Hanya satujalanbagimu untuk dapat keluar darikota rajadan itupun belum tentu berhasil pula. Jalan itu ialahakuharus mengawani keluar darikota ini, bukan pada sianghari, melainkan pada malama harinanti." "Kalaukita bertemudenganKartikadan Mahapati bagaimana?" Tanya Ratnawulan, sesungguhnya pertanyaan ini bukan menyatakan bahwaia merasa takut, akan tetapi tanpa disengaja ia menyatakan kekhawatiran terhadap nasibmudaitu. Indrajayatersenyum. "terima kasih atas perhatianmu terhadap diriku, Ratnawulan. Kalau kita bertemu dengan mereka, aku akanmemberi alasan. Kalau mereka tidak percaya, tidak ada jalan lain bagiku selain membantumu mengamuk danmenyerang mereka." "Kau." Bukanlah kau sahabat baikdari mereka?" Indrajaya tersenyum dan menggeleng kepala. "Kaukiraaku ini sederajat orangoarang macam mereka" ketahuilah,Ratnawulan. Ayahku seorang pangeran yangsetia kepada keluarga raja. Akupun seorang yang setiadan aku bersedia mengurbankannyawa untuk membela Kerajaan Majapahit.Adapun mereka itu, mereka adalah manusia-manusia dengan hatidengki,khianat, berhati palsu.Mereka kini telah mengadakan persekutuan dengan diam-diam bersama pemimpin-pemimpin pemberontak di luarkota. Mereka berniat menjatuhkan kerajaan agar mereka mendapat kedudukan yang lebih tinggi dan kuat.Hal ini terjadi oleh karena sang prabu mulai merasacurigakepada BagawanMahapatiyang mulairenggangperhubungannya." Bukan main terkejutnya hati Ratnawulan mendengar penuturan ini. Mahapati dan Kartika bersekutu denganpemberontak.Padahal pemberontak-pemberontak adalah kawannya sendiri. Buktinya Pasukan Candrasa Bayu yang dilatihnya, bukankah mereka jugaakan menggabungkan kepada barisan induk pemberontak. Bagaimana pulakahitu akan tetapiia tidak mau ambil pusing. Urusan pemberontakan bukanlah urusannya.Yang terpenting baginya adalah membalas dendamkepada Kartika. Habis perkara.Di fihak manapun Kartika berdiri, ia tetap musuh bersarnya, penghianatan yang telah membunuh ayahnya secara curang. "Dengarlah, Ratnawulan, sebelum kita keluar darikora raja, lebih dahulu aku akan memberitahukan hal ini kepadasang prabu. Sesungguhnya sang prabu belum tahuakan hal ini kepada sangprabu. Sesunggunya sang prabu belum tahu akan hal ini, hanya akulah seorang yang mengetahuinya. Inipun baru dugaan saja,akan tetapi dugaanyan berdasarkan kenyataan, dan telahkubuktikan pula.Ketahuilah,kalau saja aku tidak menggunakan ancaman bahwa aku telah mengetahui rahasia mereka,tak mungkin kau akandiserahkan kepadaku." * "Ratnawulan penuturan mumembuat aku merasa bingung sekali, Indrajaya. Menurut penuturan ibuku, Mahapati adalah orang yang membantu Sang Prabu Jayanagara, bahkan bagawan inilah yang memukulhancur semuapanglima yang memberontak. Mengapapula sekarang bagawan itu mengadakan persekutuan dengan pemberontak?" "Panjang ceritanya, Ratnawulan." kata Inrajaya yang diam-diam merasa girang melihat dara perkasa itu agaknya telah menaruh kepercayaan padanya. "Sementara itu, lebih baik kau makan dulu, dannanti akankulanjutkan penuturanku. Juga, kalau kau percaya kepadaku, ingin sekali aku mendengar riwayat ayahmu yang terbunuh oleh Kartika itu." Pelayan dipanggil dan Indrajaya lalu memerintahkan untuk menyediakan hidangan. Ia tidak mau memperkenalkan Ratnawulan kepada ibunyaoleh karenadalamkeadaan seperti sekarang, kurang baiklah kalau Ratnawulandiperkenalkan.Gadis itupun tidak malu-malu lagi danketika hidangantelah dikaluarkan, ia makan bersama pemudaitu dengan enak karena perutnya memang amat lapar. Setelah Ratnawulan menuturkan riwayatnya secara singkat, Indrajaya menghela napas dan merasa amat terharu. "Memang, tak dapat disalahkan ayahmudan para penglima yang dahulu memberontak, oleh karena memang di keraton Majapahitterdapat pengaruh jahatdari Bagawan Mahapati. Pernah ayahku dahulubercerita betapaketika ang prabu masih amat muda, Bagawan Mahapati makin besar. Ayahkumersa curiga bahwa bagawanitu telahmemasang sihir kepada sang prabu dan semenjadk saatitu,ayahkujatuh sakitberat sampai meninggalkan dunia ini. Aku menduga bahwa penyakit ayah itupun hasil tening dari bagawanitu, akan tetapi oleh karena tidak ada bukti, aku tidak berani melanjutkan sangkaanitu." "Betapapun juga, ayah tetapsetia kepada raja, dandemikianpun aku.Sebagai seorang keturunan keluarga raja, aku harus bersetia dan membela kerajaan,apapun juga yang akan terjadi!" Indrajaya menutup penuturannya. Diam-diamRatnawulan merasa kagum kepada pemuda ini, sungguhpun ia tidak menyatakan sesuatu karena ia memang tidak mau ikut mencampuriurusan kerjaan dan pemberontakan yangsama sekali tidak diketahui seluk beluknya. Ia hendak mengerakan Pasukan Candrasa Bayu bukan dengan maksud memberontak terhadap Majapahit, akan tetapidengan maksud membalas dendamnya kepada Kartika. * Mereka bercakap-cakap dengan asiknyasampaihari menjadi malam. Maka berangkatlah mereka berdua keluar dari gedung itu. Akan tetapi, tiba-tiba mereka mendengar derap kakikuda dan sebentar sajaterdengar rebut-ribut di seluruhkota. "Tunggu dulu." bisik Indrayana, "Kau tunggulah di ruangdepan, hendak kulihat apakah sebenarnya yang terjadi dengan rebut-ribut itu." Ratnawulan mengangguk dan pemuda itu lalu berlari keluar. Dengan hati tak sabar Ratnawulan menanti diruang depanyang besar dan indah. Alangkah bagusnya ukiran didalam rumah gedung itu. Ia merasa suka sekali tinggal di rumah ini. Ia merasa suka sekali tinggal di rumah ini. Pikiran ini membuat mukanyatiba-tiba menjadi merah padam. Ah, akutelah menjadi gila, pikirnya dan diusahakan sekuat tenaga untuk mengusir pikiran itu. An tetapi tetapsajaia duduk termenung dan membayangkanketentraman dan kebahagiaan hidup. Kalau saja iahidup sebagaiseorang isteri yangmencinta dandicinta, didalam rumah gedung sepertiini, mengurus rumah tangga, menguasai semua pelayan, mendampingi suami yang berhati mulia. Tiba-tiba Indrajaya berlari masuk. Wajahnya yangtampan itu agak pucat. "Apa yang terjadi, Indrajaya?" TanyaRatnawulan, kini namaitu disebut dengan lancer tanpa ragu-ragu, seakan-akannama Indrajaya adalah nama seorang sahabat karibyang telahlama dikenalnya. "Pemberontaktelah mulai bergerak! Bukan main besarnya kekuatanmerekadan mereka kini telah menyerbu dan mendekati kora raja!" "Kalau begitu kewajibanmulah untuk mengatur penjagaan dengan penglima-panglima lain, biar aku pergi seorang diri!" "Tidak, Ratnawulan.Hatikutakkan merasa tenteram sebelum melihat kau keluar darikotaraja dengan selamat!" Ratnawulan tidak menjawabsesuatu hanya sepasang matanyayang bening memandang kepada Indrajayadengan mesra, penuhharu dan terima kasih. Indrajaya yang memiliki pengetahuan tentang kewaspadaan membaca perasaan orang dari sinarmatanya,menjadi amat girang dan hatinya berdebarpenuh kebahagiaan. * Keduanyalalu keluar dengan cepat darigedung itu. Keadaandikotaraja mulai gampar. *Tampak penduduk keluar dari rumahnya dengan amat gelisah.Indrayana mempergunakankeadaanyang sedanag rebut ini untuk membawa Ratnawulan ke arah selatan, karena iahendak menghantarkan dara perkasa itukeluardari gerbang sebelah selatan. Akan tetapi tiba-tiba Ia memegang tangan Ratnawulan danmukanya berubah. JugaRatnawulan terkejut sekalimelihatdatangnya duaorang diringibelasan orang prajurit, karena duaorang itu bukan lain adalah Kartika dan BagawanMahapatisendiri. Kartikatertawa mengejek sambil memandang kepada Indrajaya. Siang tadi Indrayana telah menyuruh seorang pembantunya untuk menyerahkan sepucuksuratkepada sangprabu, memberitahukan bahwa ia telah mendapatketerangan tentangmaksud Bagawan Mahapati danKartikayang hendakmembantupemberontak. Akan tetapi, tidak tahunya bahwa banyak sekali mata-mata dilepas leh Kartika sehingga sebelumsuratitusampaike tangan sri baginda, pesuruhnya telahdisergap dan suratnya dirampas. Dengan amat marah Kartika alu berunding dengan Mahapati dan mereka berdua kini sedang menuju ke gedung putera pangeran itu untuk menangkap dan membunuhnya. Kebetulan sekalimerekabertemu dijalan. "Indrajaya!"kata kartika. "Kau hendak lari ke mana bersama perempuan pemberontak itu?" "Jangan menuduh secara sembrono pamanadipati!"Indrajaya menjawabdengan tegas." Siapa yang hendak memberontaktelah kauketahu baik-baik!Ratnawulan tidak berdosa danbukan pemberontak,akuhendak mengantarkannya ke laurdarikotaraja agar iadapat pulang ke tempat asalnya." "Ha,ha, ha! Siapa yang tidakmengetahuimaksudmu?"tiba-tiba Bagawan Mahapati berkata. "Kalian tentu akan mengabungkan diri dengan para pemberontak yang menyerbu Majapahit. Kalian adalah pembantu-pembantu pemimpin pemberontak tak Semi." * "Paman bagawan!" indrajaya berkata marah. "Perlukah paman Bagawan mengeluarkan ucapan yang kosong danmembalik-balikkan kenyataan ini"Perlukah sayamembuka mulutmenyatakan siapa orangnya yan:sebenarnya membantu Semi?" "Jangan banyak mulut!" Kartika berseru keras dan menyerangIndrajaya. Pemuda itu cepat mencabut kerisnya dan menangkis, dan mereka lalubertempur sengit. Sementara itu,Ratnawulan yangmelihatbetapa Kartika telah mempergunakan kerisnya Kayai Banaspati, merasa marah sekali. Ia mendahului gerakanBagawan Mahapati dansebelum kakek itu sempatmenyerangnya, ia menubruk majuke arahseorangprajurit.Sekalisaja ia menggerakkantangannya, ia telah berhasil merampas pedang di tangan perajurititu sambil memberi tendangan yang membuat perajurit ituroboh bergulingan. "Perempuan liar,sekarangaku takkanmemberi ampun kepadamu!" Bagawan Mahapati berseru keras dan menyerang dengan tongkatnya. Akan tetapiserangannya dengan mudah ditangkis oleh Ratnawulan dengan pedangnya dan ia membalas dengan serangan kilat.Paraperajurit tidakada yang membantu bagawan itu oleh karena mereka bertempur sengan gerakan cepat sekali sehingga bayangan merekalenyapditelah sinar pedangdi tangan Ratnawulan dan tongkat di tanganBagawan Mahapati. Sementara itu,Indrajayayang bertempur melawan Kartika, sebentar sajaterdesakhebat. Bukan saja kepandaiannya memang kalahtinggi, akantetapi kerisKyai Banaspati di tangan Kartika itu membuat orangini menjadi makintangguh saja. Indrajaya melakukan perlawanan sekuat tenaga dan mengerahkan seluruh kepandaiannya, akan tetapi ia memang bukan lawan Kartika. Beberapa kaliia hempirmenjadi korbankeris Banaspati dan pada suatu saat, pukulan tangan kiriKartikatelah menyambarpundaknya sehinggapemuda itu jatuhterhuyung ke belakang. Kartika menubruk maju untuk memberi tikamandengan kerisnya. Ratnawulan menjeritmelihatpemudaitu berada dalam bahaya, maka secepat kilatia lalu melompat meninggalkan Bagawan Mahapati dan dengan pedangnyaia menyerang Kartika dari samping. Tentu sajaKartika menjadi terkejut ketika mendengar sambaran angina pedang yang menusuk ke arah lambungnya, maka terpaksaia menunda seranganya terhadap Indrajaya dan cepat miringkan tubuh dan melompat untuk mengelakkandiridari serangankilat itu. Bagawan Mahapatitidaktinggal diam danmenyerangdengantongkatnya yang ditusukkan ke arah leher Ratnawulan. * Kini Indrajaya yangberseru keras, "Ratna, awas.! Biarkan aku menghadapi keparat inisendiri.Kau baik-baiklah melawan bagawansiluman itu!" Bukan main terharu hati Ratnawulan mendengar seruan pemuda yang biarpunberada dalam keadaan keadaan terdesak, asih saja mengkhawatirkan keselamatannya itu. Keharuan hati ini mendatangkansemangat yang luar biasa besarnya,maka sambilmengertakgigi ia menghadapi Bagawan Mahapati danmenyerang denganluar biasa hebatnya sehingga kakek yang aktiitu sampai melangkah mundur tiga tindak. Pertempuran berjalan lagi dengan lebih seru dan mati-matian, sedangkan Indrajaya yang telah terlepas daribahaya maut, kini melawan lagi serbuan Kartika yang menjadi marah sekali melihat serangannya tadi digagalkan oleh Ratnawulan. Karena Kartika menyerang lebih ganas dan hebar daripada tadi,kembali Indrajaya terdesak hebatdan hanya dapat berkelahi sambil main mundur.Juga Ratnawulankini berkelahi dengan terdesak hebat, oleh karena dara perkasaini perhatiannya terpecah. Iatakdapat menahan hatinya untuk tidak mengerling kearah Indrajaya dan hatinya amat gelisah melihat betapa pemudaitu didesak hebat oleh Kartika. Pada suatu saat, ketikapertempuran sedang berjalan dengan hebatnya,tiba-tiba terdengar teriakan dans orakan yang menggegap-gempitakan seluruhkota rajadan sorakanitu terdengar jauh dari luarkota. Itulah sorak-sorai para pemberontak yangtelah menyerbu makindekat. Makin gelisahnya hati Indrayana medengar sorakan itu oleh karena ia tidak hanya mengkhawatirkan diri sendiri danRatnawulan, akan tetapijuga amat berkhawatir mengingat nasib kerajaan yang diserbupemberontak. Bagaimanakah nasibrajanya" Sungguh celaka kalau kerajaan memiliki pembesar-pembesar macam Kartika dan Mahapati. Diwaktu kerajaanaman, mereka hanya pandai mengumpulkan harta benda, sedangkan kalau kerajaan berada dalam kekacauan dan terancambahaya mereka bukan mengkhianati kerjaan itu dan mengandalkan persekutuan rahasia dan dengan musuh. Kegelisahaannya membuat gerakan pemuda itu makin kalut danketikakembali Kartika memukulnya dengan tangankirinya yang ampuh, iatak dapat menangkisdan roboh dengan kerisnya terlepas dari tangannya. Kartika menubruk maju dan kerisKyai Banaspati menembus kulit dada pemuda itu, menancap gagangnya. Kartikatertawa bergelak dan Ratnawulan menjerit dengan ngeri melihat betapa Indrajaya roboh mandi darah, terlukaoleh keris Kyai Banaspati! Karenakeris pusaka itu adalah kerisnya maka hati Ratnawlan bagaikan disayat-sayat. Ia merasa seakan-akan telapak tangannya sendiri yang menikam adapemuda yang diam-diam telah merebut hatinya itu. * "Indrajaya.!" ia menjerit dengan hati hancur dan pada saat itulah iamendapat kenyataan bahwa ia.mencintai pemuda itu. Kembaliterdengar suara ketawadan Kartika dan Bagawan Mahapati, membuat Ratnawulan menjadi mata gelap dan ia mainkan pedangnyaluar biasacepat dan ganasnya. Kebenciannya terhadap artika memuncak. "Jahanam berhatikejam! Kalauaku tak dapat membunuhmu,akubersumpah tidak mau menjadi manusia lagi!" jerit Ratnawulan denganmarahsekali dan ia lalu melompat dan menyerbu kepada Kartikadengan pedang di tangan.Akan tetapi Kartika mendapatbantuan Bagawan Mahapati, maka untuk beberapa lamaRatnawulan tak berdaya, bahkan amat terdesak. Sorak-soraimakin mendekatdan tiba-tiba terdengar bentakan nyaring. "Ratnawulan jangantakut! Aku datang membantumu!" Dansesosok banyangan hitam melompat maju danmenahan tongkatBagawan Mahapati dengan pedangnya. Inilah Adiprana, anak Gunung Bromo yang tangguh itu. "Adiprana!" Ratnawulan berseru. Melihat betapa pemudaitu telahbertarung melawan Bagawan Mahapati, maka Ratnawulan lalu menerjang Kartika dengan penuh kegemasan. Pedangnya menyambar-nyambarbagaikan seekor burunggaruda dan dengan amat lincahnya dara perkasa itu selalu menghindarkanpedangnya beradu dengan keris Kyai Banaspati di tangan Kartika karena iamaklum akan keampuhan keris itu. Kartikakecut hatinya dan ia memang telah merasajerih menghadapi dara perkasa yang haus akan darahnyaitu, maka permaianankerisnyamakin kalut saja. Ratnawulan tidak maumemberi hatidan mendesak dengan penuh keganasan. Sementara itu,biarpunAdiprana gagah perkasa dan ilmu kepandaiannya hebat, namun menghadap iBagawan Mahapati iamasih kalahpengaruh, terutama dalamhal tenaga batin. Tiap kali Bagawan Mahapati menggerakkan tongkatnya dengan seruan keras, Adiprana merasa betapa jantungnya berdebargelisah dan gentar. Akan tetapi, ia masih dapat mempertahankan hatinya dan melawan dengan gigihnya. * Ratnawulan mendesak terus danpadasaat yang tepat,ia dapat menendangpergelangan tangan Kartikayang memegang keris "Krak!" tulang pergelangan tangan itu retak terkena sambarankaki Ratnawulan. Akantetapi Kartika benar-benar kuat karena keris itu masihdipegangnyaerat-erat. Setelah pedang Ratnawulan berkelebatlagi menyambar lengannya, barulah ia berteriak kesakitandan kerisnya terlempar. Ratnawulancepat menyambar KyaiBanaspati dan dengan hati penuh dendam ia menyerangbagaikan kilat cepatnya ke arah Kartika yang telah terhuyung-huyung kebelakang. Keris menancap dada kirinya dan terdengarjeritanmenyeramkan ketika Kartika roboh sambil mendekap dadanya yang telah ditembusi oleh keris Kyai Banaspati! Ratnawulan membalikkan tubuh hendak membantu Adiprana yang telah terdesak hebat oleh Bagawan Mahapati, akan tetapipadasaat itu ia mendengar suara Indrajaya memanggil perlahan. "Ratna." Ratnawlan menengok dan cepat menghampiri lalu berjongkok di dekat tubuh pemuda itu. "Indrajaya." katanya penuhharu dan tak dapatditahannya lagi air mata mengalir keluar ari kedua mata Ratnawulan, membasahi kedua pipinya. "Ratnawulan . pujaan kalbu. Kau menyedihi aku.?" "Indrajaya.kau.,kau berkorban untukku." Indrajaya tersenyum, dan senyum yangmembayang pada wajahnya yang amat pucat itu nampak oleh Ratnawulan amatlah manisnya. Senyum penuh kebahagiaan dan kepuasan hati. Senyum yang takkanpernah dapat terlupa oleh mata Ratnawulan. "Ratnawulan,itulah yang membahagiakanhatiku. aku rela. aku girang dapat membelamu. dapatmembela dengannyawaku. Ratna. aku. aku cinta padamu. sama besarnya dengan cintaku padaku. Kau. kau cintakepadaku,bukan.?"  Ratnawulan tak dapat menjawab, hanya air matanyasajamengucur makin deras danuntuk menjawab pertanyaan terakhir dari pemuda ituia hanya menganggukanggukkan kepalanya. TerdengarIndrajayamenghela napas panjang. "Aku puas. aku puas." dan tiba-tiba kepalanya terkulai. Pemuda itu menghembuskan napas terakhir. "Indrajaya." Ratnawulanberbisik dan menggunakantangan kirinyamenutup kedua mata pemudaitu. Pada saatitu terdengarpekikkesakitandan suara inimenyadarkan Ratnawulan. Ia cepat melompat berdiri dan memandang ke belakang. Alangkahterkejutnya ketika ia melihat Adiprana terhuyung-huyung kebelakang dengan kepala berlumur darah! Ternyatabahwa pemuda murid Eyang Bromosaktiitu telahterkenapukulan tongkat Bagawan Mahapati! "Keparat jahanam!"Ratnawulan berseru marah dan ia meloncat dengan KyaiBanaspati di tangannya menyerang BagawanMahapati yang hendak memberi pukulan terakhir kepada Adiprana yang telah roboh di atas tanah.Dengan hati penuh dendam dan kedukaan karena tewasnya Indrajayadan melihat Adiprana yang telah roboh di atas tanah. Dengan hatipenuh dendamdan kedukaan karenatewasnyaIndrajayadan melihat Adiprana terluka hebat pula, Ratnawulan lalumenyerang dengan amat ganasnya.Bagawan Mahapati terpaksa terdesak mundur oleh seranganyang bertubitubi datangnya dan yang dilakukan dengan nekad itu. Akan tetapi, sebelum Ratnawulan dapat mebalaskan dendam karena kematian Indrajayadan dirobohkannya Adiprana,tiba-tiba terdengarseruan keras. "JengRatnawulan.!" Suara ini dibarengi dengan datangnya serombongan pasukan.Pasukan Candrasa Bayu! Ternyata bahwa pasukanistimewa ini telah dapatmenyerbu sampaikekotaraja danbersam dengan pasukan-pasukan pemberontakyang dipimpin oleh Kuti dan Semi,Majapahit telah menggempur mundur tentara Majapahit! Mendengar seruan ini danmelihatdatangnya pasukanpedang yang istimewa itu, Bagaimana Mahapatilalu meloncat dan menghilang didalam gelap! Ratnawulan takdapat mengejarnya dan  daraperkasa inisegera menghampiri Adiprana yangmasih rebah di atas tanah. Alangkah terkejut, sakit hati, danseihnya ketikamendapat kenyataan bahwa Adiprana telah tewas pula oleh pukulan tongkat Mahapati! Gadis ini menubruk Adiprana sambil menangis. Hatinya merasa perih bagaikan disayat-sayat.Duaorang teruna perkasayang mencintainyatelah tewas di tempat itu, tewas dalam pertempuranuntuk membelanya.Kalau diwaktu merekamasih hidup, mereka mendatangkan kebimbangan di dalam hatinya, berat untukmemilih yang mana diantara kedua orang ksatria ini, sekarang kematian mereka mendatangkan rasasedih danharuyang amat besar. Ia menjadi beringas dan ketika semua anggota Pasukan Candrasa Bayu mengelilingi jenazah Adiprana untukmenyatakan bela sungkawa, iabangkitberdiri dengan muka pucat, lalu berkata. "Kawan-kawan,akuminta beberapa orang untuk mengurusjenazah Adiprana danIndrajaya. Uruslah baik-baik dan kuburkan jenazah mereka sebagai ksatriaksatria utama. Yang lain-lain, hayo menyerbu terus! Hancurkan bala tentara Majapahit, runtuhlah kekuasaanraja dan marikita basmi Bagawan Mahapati yang mendatangkan segala kejahatan!" Ucapannya ini disambut oleh sorak-sorai semua anggota Pasukan Candrasa Bayu. Di bawah pimpinan Ratnawulan, merekamenyerbu terus,menggabungkan diri dengan pasukan-pasukan pemberontak lain dibawah pimpinan Kuti dan Semi terus menyerbudan mengamuk dimedanperang, bertempur melwan pasukan-pasukanMajapahit yang masihmempertahankankotaitu. Bukan main hebatnya peperangan itu dan Pasukan Candrasa Bayumembuat jasa yang bukan kecil dalampertempuran ini.Dimanasajamereka bergerak, bergelimanganlah perajurit-perajurit musuh. Namun pasukan-pasukan Majapahit melakukan perlawanansengit sehinggakurban yang jatuh di kedua fihak amat besarnya. Semi, pemimpin pasukan pemberontak tewas pula dalam peperanganitu, dan demikian pula beberapa orang pemimpin lain. Bahkan beberapa orang anggota Pasukan Candrasa Bayujuga gugur. Ratnawulan sendiri mengamuk bagaikan seekor banteng terluka. Ia didampingi oleh Bejo, Raksasa muda yang amat kuat itu,dan Parta, ahli panah yang pandai. Didalampertempuran yang terjadi amat serunyadi depankeraton,di fihak Majapahit muncuk senopati-senopati yang gagah perkasadan tangguh. Tiga orang panglima musuhyang amat gagahmenyambutserbuan Ratnawulan, Bejo dan Parta. Yang menjadilawanBejo adalah seorang tinggibesar pula, seorang panglima Majapahit yang bernama Demang kandangan.Ia adalah seorang berpangkat demang didusun Kandangan dan kepadaiannyatinggi, karenaia memiliki kekebalan. Kulitnyakeras tak tertembus oleh senjata tajam. Bukan main hebatnya pertandingan yang terjadi antara DemangKandangan dan Bejo. Pukul-memukul, tending-menendang,hempas-menghempas! Ilmu lawan ilmu, tenagabertemu tenaga, dan entah sudah  berapa kali mereka saling terkena pukulan lawan. Terdengar "Bak! Buk!Bak!Buk!" kepalan mereka mengenai tubuhl awan, akantetapi keduanya kebaldan kuat.Terkena pukulan keduanya merasa dihinggapi lalat saja. Demang Kandangan menjadi penasaran dan marah sekali. Ia mencabut senjatanya yang ampuh, sebuah lembing dengan ronce-ronce benang lawe merah. "Babo-babo!" sumbarnya. "Kaumengamuksepertisetankelaparan. Mampuslahdi bawah lembingku!" Bejotertawa terbahak-bahak sambil mencabut pedangnya. "Aku sudah bosan mempergunakan pukulantangan.Rasakanlah pedang Candrasa Bayu!" Sambil berkata demikiania menyerang dengan sebuah tusukan hebat. Biarpun iakebal, namun menghadapi tusukan pedang yang dilakukan dengan tenaga yang melebihi tenaga banteng besarnya. Demang Kandangan tidak berani menerima ujung pedang dengan dadanya. Bahanya terlalu besar,maka ia lalu menggerakkan lembingnya untuk menangkis.Kemudian ia membalas dengan serangan yang tak kalahhebatnya, namun dengan mudah Bejo dapat menangkis pula. Pertempuran ini benar-benar hebat. Tak seorangpun perajurit dari kedua fihak beranimembantu. Dua orang telahtewasketikamencoba untukmembantukawan, yaitu seorang dari pemberontak. Olehkarena itu, perajurit-perajurit lain kini hanya menonton saja, lupa untukbertempur saking kagumdan tertariknya menyaksikan pertempuran yang luar biasa ini. Pada suatu saat Demang Kandangan berlaku agak lambat sehingga pedang Bejo dapat menyerempet pundaknya. Ia berteriak keras, tak sempat mempergunakan aji kekebalandan kulit pundaknya berikut daging terbabat mengeluarkandarah. Kawankawan Bejo bersorak girang, membuant Demang Kandangan marah sekali.Iaberseru kerasdan pada saatBejo memandangnya dengan mata penuh ejekan danmulut tertawa melihat hasil babatannya ,ia mempergunakan lembingnya untuk menyerampang kaki Bejo. Bejo melompat untuk mengelak,akan tetapi kurang cepat sehingga lembing yang berat itumasih dapat mengetuktulang leringnya. "Aduh.! Bangsat kurang ajar!" Bejomemaki dan terpincang-pincang karena betapapun kuatnya, tulang kering yang dihantam lembing dengan tenaga yang amat besarnya itu sakit sekali seakan-akan remuk.Sambil berloncat-loncat dan terpincangpincang menahansakit ia memaki-maki. Kawan-kawan Demang Kandangan bersorak girang.  Keduanyatelah terluka dan keduanya telah menajdi marah sampaigelap mata. Dengan nekad Bejo menubruk dengan pedang ditanga. Demang Kandangan menyambut. PedangBejo menembus dada lawan,akan tetapi perutnya juga ditembus oleh lembing Demang Kandangan. Keduanya menjerit, akan tetapi masih cukup mempunyai tenaga untuk saling terkam. Pergulatan terjadi,saling cekik, saling jambakdan akhirnya roboh terguling, bergulingan sebentar ke kanan kiri, saling menghempas, kemudian.merekatak bergerak lagi. Keduanya tewas dalam keadaan masih saling cekik. Sungguh pemandangan yang mengerikan. Dua orangmuda dan kuat, dua orang perajurit sejati yang sedianya akan dapat menjadi perajurit-perajurit gagah perkasa pembela Negara dan bangsa, karena bersimpangan jalan hidup,harus mengakhiri hidup dengan salingbunuh. Untuksesaat,perajurit-perajurit kedua belah pihak tak dapat bergerak, masih terpesonaoleh kehebatan perkelahianantaraDemang Kandangan danBejo. Akn tetapi, setelah kedua pahlawan itutewas, barulah merekabergerak.Sorak-soraiterdengar lagi dan pertempuran di langsungkan, seakan-akan kedua orang gagah tadimemberi contoh kepada kawan-kawannya. Ratnawulan dan Parta masih mengamuk terus, memimpin anak buah Pasukan Candrasa Bayu maju terus menyerbu kedepan. Pak Waluya, anggota tertua dari pasukan itu,telah gugur sebelum pasukan berhasilmemasuki kotaraja. Sampai keesokan harinyapertempuran masih terjadidi sana-sini.Semalamsuntuk pasukan Majapahit mempertahankan istana,akan tetapi fihak pemberontak lebih kuat.Akhirnya pertahanan dapat dibobolkan, sisa-sisa tentara Majapahita melarikan diri atau menyerah. Penyerbuan ke dalamistana dikepalai oleh Kuti sendiri, pemimpin besar pemberontak. Ternyata bahwa Sang PrabuJaya nagara tidak berada didalamistana, telah pergi mengungsi. Memang, setelah melihat bahwa pertahanan dapat dipukulhancur olehpasukan-pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Kuti,Sang Prabu Jayanagara terpaksa melarikandiri, mengungsi ke Badander.Dengan diperlindungi olehpasukan istanayang dikepalai oleh Gajah Mada, Sang Prabu Jayanagara dapat menyelamatkan diri dan meninggalkan istana. Iniadalah jasa Gajah Mada yang gagahperkasa dan setia. Kuti dapatmerampasistana danmenduduki singgasana Majapahit. Akan tetapi,alangkah kecewa dan penasaran hatipara pembantunya, terutama para panglima yangingin melihat pengaruhBagawan Mahapati dilenyapkan dari Majapahit, ketika melihat bahwa Kutibukan saja tidak menghukum atau menyuruh tangkap bagawanitu, bahkan sebaliknya Bagawan Mahapati diberi kedudukanoleh rajabaruini!  Juga Ratnawulan menjadi kecewa sekali, akantetapi seperti juga lain-lain panglima yang tadinya memabantu Kuti, apakah yangd apat ialakukan" Kuti telah mendudukisinggasana dan kedudukannya kuat sekali. Dara perkasa ini masih merasa sedih karena tewasnya Indrajaya dan diprana.Hatinya menjaid lemah dansemangatnyamenipis. Iatelah dapat membinasakan musuh besarnya, yaitu Kartika maka ia dapat merasa puas. Namun, bukan kepuasan hati yang ia dapat marena sempurnanya tugas ini,bahkan perjalanannyaitu menimbulkan patah hati karena dua orang teruna yangmenjadi harapan hatinya tewas dalam membelanya.Iatiada nafsu lagi untuk ikut mencampuri urusan kerajaan, maka setelah peperangan itu selesai,Ratnawulan lalu kembali ke Mahameru. Ia disambut oleh ibunya dengan pelukan mesradan setelah berada dalam pelukan ibunya, barulah Ratnawulan dapat menangis sepuasnya. Ia terisak-isakdi dalam pelukan ibunya, merasa betapa hatinya hancurdan luka, betapa hidupnyaseakanakansunyisenyap. "Wulan, anakku, apakahyang terjadi, nak" Tak berhasilkan kau membalas dendam ayahmu?" Ratnawulan tak dapat menjawabuntuk beberapa lama, hanya menangis makinsedih. Terbayang di antara air matanya wajah Indrayana. Ia melihatsenyum di bibiryang sudah pucat dariIndrayana, senyumyang mengantarkematian pemuda itu. Ia merasa seakan-akan pemuda itu menanti-nantinya di seberangsana! Kemudian, di antara isaktangisnya, Ratnawulanmencurahkan seluruh isihatinya kepada ibunya. Dara Lasmiikut mencucurkan airmatanya mendengar kisah anaktunggalnya itu.Diam-diamia menyebutnama Yang Maha agung,mengucapkan syukur bahwamusuh besar itu telah dapat ditewaskanlehanaknya, akantetapi juga ia membumbungkan doa semoga kehancuran hati puterinyaitu akan dapat terhibur. Ketika ia menanyakan tentang gurunya, ibunya memberitahu bahwa Eyang Mahameru telah lama meninggalkan puncak Mahameru,entah kemanapergunya pertapasakti itu. Ratnawulan lalu tinggal bersama ibunya di puncak Mahameru, hidup dengan aman dan tenteram, menjauhi dunia ramai. Setelah pemerintahan berada di tangan Kuti yangdibantu oleh Bagawan Mahapati, barulah semuaorang menjadimenyesal. Ternyata bahwa pemberontakini tak lebih baik daripada Sang Prabu Jayanagara, bahkanlebihburuk dalam menjalankan kemudi pemerintahan.Apa lagi para panglima yang tadinyamemberontak, baru terbuka mata mereka menyaksikan betapa Bagawan Mahapatiyang dibenciitu bahkanmenduduki tempatyang tak kurangtingginya daripada ketika pemerintahanberadadi tangan SangPrabu Jayanagara!  Mulailah timbul bisikan-bisikandan pertemuan-pertemuan rahasia di antara para pembesar negara, membicarakan dan menyesalkan kealahan tindakan ini. Mulailah merekamengenangkan kembali Sang PrabuJayanagarayang kini entahberadadi mana. Sementaraitu,Sang Prabu Jayanegara mengungsi ke Badander, dandiringkan dengan setia oleh Gajah Madadan kawan-kawannya. Gajah Mada yangsetiadan bijaksana ini tiada hentinya mencari keterangan tentang keadaan Majapahit setelah singgasana diduduki oleh Kuti.Ia mendengar tentang kekecewaandan penyesalan para pembesar negara,maka dengan amat cerdiknya Gajah Madalalu menjalankan sebuah siasat.Setelah mendapatperkenan dari Sang Prabu Jayanagara, GajahMada diam-diam masuk ke dalam kota raja menemui para pembesar-pembesar negara yang berkedudukan tinggi danyang menguasai pasukan-pasukanMajapahit. Setibanya GajahMada di Majapahit, maka para pembesar negara menghujankan pertanyaan kepadanya tentangSang Prabu Jayanagara yangdahuludiperlindungi Bhayangkari (Pasukan Pengawal Istana)di bawah pimpinan Gajah Mada itu. Denganwajah muram Gajah Madamenjawab."Mengapa pulasaudara-saudara bertanya tentang yang telahkaliankhianati itu" Karena merasa amat berdukamelihatbetapa dahulu mengabdi kepada keturunanMajapahittiba-tiba membantu para pemberontak, beliau menjadi geringdan akhirnya meninggal dunia dalam keadaan yang amat sengsara."Sambil berkata demikian,Gajah Madamengerling tajam kepadapara pembesarnegara itu dengan penuh perhatian. Bukan main terkejutnya para pembesar itu demi mendengar keterangan ini. Banyak di antara mereka yang mengucurkan air mata karena sedih dan menyesal. Hal ini amat membesarkan hati Gajah Mada. "Mengapa kalianberdua" Bukankah halini yang kaliankehendaki" Apa artinya hidup atau matinya sang prabu bagi kalian?" Seorang adipati yang sudah berusialanjut berkata. "Gajah Mada, kau tak tahu! Kami bukan membenci Sang Prabu Jayanagara, akn tetapi Mahapatilah yang mendatangkan rasabenci di hatikami. Telah berkalikalikamimengajukan usul kepada sang prabu agar supaya bagawanyang berhati palsu itu dienyahkan dariistana, akan tetapi sang prabu yang agaknya telah beradadi bawah pengaruh bagawanitu, tak pernah mendengarkan usul kami. Maka,  setelah melihat gerakan Kuti yang demikian kuat,timbul harapan kami untuk mengenyahkan kekuasaanMahapti dari Kerajaan Majapahit. Siapa kira, setelah Kuti berhasilmenduduki singgasana, Mahapati tidakdigangu, bahkan diberikedudukan tinggi!" Gajah Mada tersenyum. "Kalau sekiranya Sang Prabu Jayanagara masih hidup, kalian hendak berbuat apakah?" "Kalausang prabu masih hidup, kami sanggup untuk menggulingkankedudukan raja baruini dan mengangkatsang prabu menjadi rajadan mendudukisinggasanakembali." kata mereka. Maka dengan wajah berseri Gajah Madalalu menerangkan bahwa sesungguhnya Prabu Jayanagara masih hidup dan kiniberada di Badander, bahwa iasengaja datang untuk melihat sikap parapembesar dan panglima. Bersukacitalah semuaorang mendengar ini danmereka lalu mengadakan rencana dan perundingan untuk melakukan pemberontakandari dalam. Setelah mengadakan perundingandengan masak,gajah Madalalu kembali keBadanderdengan hati girang dan segera melaporkan segala pengalamannya kepada Sang Prabu Jayanagara. Sambil bercucuran air mata,Sang Prabu Jayanagara berkata. "Memang aku telah terbujuk oleh kemahiran Mahapatibermanismulut.Akutelah melakukan salah tindak,akan tetapi aku berjanji bahwa apabila YangMaha Agung memberikesempatan kepadaku untuk memegang tampuk kerajaanlagi,akuakan mengusahakan sekuat tenaga agar Majapahit menjadisebuah negara yangbesar dan makmurdi mana rakyatkudapat hidup dengan aman sentausa dan penuh damai bahagia." Maka terjadilah pemberontakan yang hebat akan tetapi cepat. Karena pemberontakan dilakukan dari dalam, didukung oleh sebagaian besarpanglima dan pembesarnegaraberserta pasukan-pasukan pilihan, maka perlawananyang amat lemah dari Kuti dan anak buahnya hanya dapat bertahan sebentarsaja.Kutiikut bertempur dengan mati-matian, akantetapi akhirnya ia tewas juga dalam perang tanding itu. Ketika hal ini terjadi, Mahapati berada di dalam gedungnyayang baru.Ia tidak ikut berperang, dan hanya memujaSamadhi di dalam sanggar pemujan.  Pasukan Majapahit datang dan hendak menangkapnya, akan tetapi tak seorang panglimapun berani secara sembrono memasuki sanggar pemujan itu, karena mereka telah maklum akan kesaktian Bagawan Mahapati. Mereka hanya berteriak-teriak menyuruh Bagawan itu keluar dan menyerahkan diri untuk ditangkap. Tiba-tiba pintu pemujaan itu terbuka dari dalam dan Bagawan Mahapati sendiri keluar dari situ. Ia berpakaian lengkap seperti seorang pendeta, bahkan di tangan kirinya ia memegang sebuah lembing pusaka yang berkilat-kilat cahayanya, dan di tangan kanan ia memegang tongkatnya yang ampuh. Sepasang matanya berapi-api memandangi seluruh pasukan yang mengepung tempat itu. Kemudian ia turun perlahan-lahan dari tangga sanggar pamujaan. Semua suara sorakan dan teriakan dari pasukan itu tiba-tiba berhenti dan keadaan menjadi hening seperti terkena sirap. Benar-benar hebat pengaruh dan hawa gaib yang keluar dari Bagawan Mahapati ini. "Siapa yang mau menangkap aku" Majulah kalau ada yang berani melakukan hal itu!" Tantangan ini terdengar menggema dan mendebarkan hati setiap orang. Akan tetapi, akhirnya ada seorang panglima muda yang melangkah maju dan mencabut pedangnya. "Pertapa palsu! Akulah yang akan menangkapmu,mati atau hidup!" teriaknya dan menyerbu ke depan. Akan tetapi Mahapati tertawa mengejek dan sebelum panglima itu sempat menyerang, tongkatnya telah melayang dan tepat sekali menghantam kepala panglima itu sehingga pecah dan tubuh panglima itu terkapar diatas rumput, mati. Semua orang tertegun dan merasa ngeri. Akan tetapi jiwa setia kawan membuat beberapa orang perajurit dan panglima serentak maju mengepung. Bagawan Mahapati menggerakkan tongkatnya secara luar biasa sekali sehingga kembali beberapa orang terpukul. Sekali saja terpukul tongkat bagawan itu, kurbannya mengelimpang tak bernyawa lagi. Kini para pengeroyokmulai menjadi gentar dan banyak yang mundur dengan ketakutan. Sambil tertawa bergelak-gelak, Bagawan mahapati mengamuk terus dan makin banyak darah yang ditumpahkan lawan oleh pukulan-pukulannya, makin liar dan ganaslah dia. Sambil mengamuk ia mengejar para perajurit yang melarikan diri dan akhirnya Bagawan Mahapati berdiri di tengah alun-alun, mengangkat tongkatnya yang berlumur darah itu tinggi-tinggi sambil menantang. "Hayo, orang-orang Majapahit! Jangan maju seorang demi seorang, majulah bersamasama. Tandinglah kedigdayaan Bagawan Mahapati! Ha, ha,ha!" Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring. "Mahapati, pendeta palsu! Akulah lawanmu!" Mahapati menengok dan terkejutlah hatinya ketika ia melihat bahwa yang muncul itu adalah Ratnawulan, dara perkasa yang telah dikenal kesaktiannya itu! Bagaimana Ratnawulan tiba-tiba dapat muncul di situ" Dan pendekar ini biarpun berada di puncak Mahameru, akan tetapi ia masih dapat mendengar berita dari para penduduk di sekeliling Mahameru tentang keadaan di Majapahit. Ketika ia mendengar bahwa di Majapahit terjadi peperangan lagi oleh karena panglima tua memberontak terhadap Kuti dan Mahapati,dara perkasa ini amat tertarik  hatinya. Ia teringat akan hutang bagawan itu yang masih belum terbayar, hutang karena membunuh Adiprana. Maka ia lalu berpamit kepada ibunya untuk membantu pergerakan para panglima itu dan membinasakan kekuasaan Mahapati. "Anakku, aku takkan dapat melarang kehendak hatimu ini, sungguhpun aku akan selalu memikirkan dan mendoakan agar supaya kau selalu diberkahi dan dilindungi oleh Yang Maha Agung." Ratnawulan lalu perg ike gua pertapaan gurunya. Akan tetapi gurunya masih belum kembali dan di dalam gua itu ia melihat sebuah anak panah yang agaknya baru di buat oleh gurunya. Ia amat tertarik melihat anak panah yang mengeluarkan cahaya gemilang itu, maka ia lalu mengambilnya. Alangkah herannya ketika ia melihat sehelai kain putih itu ternyata ditulisi huruf-huruf kecil. Ia segera membaca tulisan gurunya itu yang berbunyi, "Anak panah Margapati ini kubikin untuk Ratnawulan. Jangan sekali-kali dipergunakan kalau tidak amat terpaksa, karena khasiat anak panah ini satu kali, dan sekali ia dipergunakan, ia akan mengambil nyawa seorang!" Ratnawulan menjadi girang mendapatkan anak panah ini yang lalu disimpannya di dalam tempat anak panah. Demikianlah, setelah mendapat doa restu dari ibunya ia lalu berangkat ke Majapahit dan ketika ia tiba disana, kebetulan sekali Mahapati sedang mengamuk hebat. Banyak panglima yang maju telah tewas dalam tangan Bagawan Mahapati sehingga akhirnya pendeta itu menantang-nantang dialun-alun tanpa adat yang berani menyambut tantangannya. Ratnawulan menjadi panas hati dan segera maju menghadapi pendeta yang amat dibencinya itu. Di antara para panglima, banyak yang telah tahu akan Ratnawulan atau setidaknya mendengar nama dara perkasa itu, maka kini melihat seorang dara jelita yang gagah muncul menghadapi pendeta itu, mereka lalu maju mendekat untuk menyaksikan pertandingan ini. Diantara mereka itu terdapat seorang bekas anak buah Pasukan Candrasa Bayu, maka begitu ia melihat Ratnawulan, ia segera bersorak keras. "Hidup Dara Perkasa Ratnawulan.!" Ratnawulan menengok dan ketika melihat Jayun, anak buahnya dulu, berdiri diantara para panglima kerajaan, ia tersenyum dan melambaikan tangan. Kini semua orang yang berada di situ saking gembiranya bersorak gemuruh. "Hidup Dara Perkasa Ratnawulan.!" Bagawan Mahapati marah sekali mendengar ini dan iaberseru. "Ratnawulan,saat inilah yang kutunggu-tunggu! Kau akanmampus di dalam tanganku!" "Cobalah, Mahapati!" jawab Ratnawulan dengan tenang. Mahapati menyerbu dengan lembing di tanga nkiri dan tongkat di tangan kanan, akan tetapi dengan tangkas Ratnawulan mengelak dan balas menyerang dengan pedangnya. Ia bersenjata pedang di tangan kiri dan keris Kyai Banaspati di tangan kanan untuk mengimbangi kedua senjata lawannya itu. Pertandingan maha hebat terjadilah ditengah alun-alun itu, disaksikan oleh ratusan orang perajurit yang sebentar saja telah meningkat jumlahnya menjadi ribuan.  Keduanya sakti dan digdaya, dan keduanya memiliki gerakan yang luar biasa cepatnya sehingga bagi para penonton yang tidak memiliki kepandaian tinggi, kedua orang yang bertempur itu lenyap dari pandangan mata dan nampak hanyalah berkelebatnya empat senjata yang menyambar-nyambar laksana kilat. Bagi yang berkepandian tinggi, mereka mengangguk-angguk dengan kagumnya menyaksikan ilmu kepandaian yang jarang terlihat itu. Baik Mahapati maupun Ratnawulan mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaian untuk menjatuhkan lawan. Mahapati menang pengalaman dan menang tenaga, akan tetapi Ratnawulan lebih unggul dalam hal keterampilan dan kecepatan, maka boleh dibilang keadaan mereka seimbang. Pada saat mereka telah bertempur sampai ratusan jurus lamanya, Mahapati mengayun tongkatnya dengan sepenuh tenaga kearah kepala Ratnawulan sambil menusukkan lembingnya ke arah dada dara perkasa itu. Ratnawulan paling taku tkepada lembing itu, karena ia teringat akan nasihat gurunya dahulu bahwa ia harus berlaku waspada terhadap lembing Mahapati yang bernama Ratnawulan ini! Maka ia selalu memperhatikan lembing itudan ketika lembing menusuk ke dadanya, ia cepat mengelak. Pukulan tongkat kearah kepalanya ditangkis dengan pedang. "Trang!" dan kedua senjata itu terpental dan terlepas dari pegangan masingmasing. Kini pertempuran dilanjutkan dengan lembing dan keris. Ratnawulan mulai terdesak karena kerisnya yang hanya pendek itu amat sukar untuk digunakan melawan serangan lembing yang panjang. Semua penonton menahan napas ketika melihat betapa Ratnawulan main mundur seakan-akan takut menghadapi lembing itu. Akan tetapi, tiba-tiba Ratnawulan mengambil busurnya yang tergantung di punggung dan kini dara perkasaitu mempergunakan senjata keris dan busur.Bukan main riuhnya para penonton menyaksikan kehebatan gadis pendekar itu. Bagaimana sebatang busur dapat dipergunakan sebagai senjata yang demikian hebatnya" Memang busur di tangan Ratnawulan bukanlah busur biasa, akan tetapi busur buatan Eyang Semeru, buah senjata yang ampuh dan sakti. Benar saja setelah kini bersenjatakan busur dan keris, Ratnawulan mulai mendesak lawannnya. Ia mengirim serangan bertubi-tubi dengan busurnya yangsekali saja mengenal tubuh lawan, akan berarti malapetaka besar bagi Mahapati. Dan pada saat yang amat tepat, dara pendekar ini mengeluarkan ilmu tendangannya yang amat dahsyat. Bagawan Mahapati tidak menyangka datangnya tendangan ini, maka iakena tertendang dadanya sehingga tubuhnya terpental sampai jauh. Terdengar sorak-sorai yang amat riuh menyambut hasil tendangan ini. Sugguhpun ia sama sekali tidak terluka atau merasa sakit oleh tendangan Ratnawulan, namun Bagawan Mahapati tidak menyangka datangnya tendangan ini,maka ia kena terpental sampai jauh. Terdengar sorak-sorai yang amat riuh menyambut hasil tendangan ini. Sungguhpun ia sama sekali atau merasa sakit oleh tendangan Ratnawulan, namun Bagawan Mahapati merasa malu sekali. Ia mengertak giginya, lalu bibirnya berkemak-kemik membaca mantra. Kemudian ia tiba-tiba melompat bangun, dan sekali tangannya terayun, lembingnya meluncur cepat melebihi kecepatan anak panah. Ratnawulan hanya melihat berkelebatnya cahaya dari depan seakan-akan ada kilat menyambarnya dan sebelum ia dapat mengelak, lembing pusakaitu telah menancap di ulu hatinya. Dara perkasa membayangkan gurunya, ia membaca mantra. Benar-benar luar biasa sekali. Sungguhpun lembing itu telah menancap di uluhatinya dan darah mengucur keluar membasahi seluruh dadanya,bahkan kini tangan kirinya bergerak kebelakang mencabutanak panah pusaka pemberian gurunya. Ia membuka mata,memasang anak panah itu pada busurnya.  Sementara itu, Bagawan Mahapati ketika melihat betapa lembingnya dengan jitu telah menancap ke uluhati lawannya, tertawa bergelak.Mulutnya terbuka lebar dan mukanya menengadah keatas, tubuhnya bergoyang-goyang dan suara ketawanya amat menyeramkan seperti suara ketawa iblis. Akan tetapi tiba-tiba anakpanah pusaka Margapati meluncur dari busur di tangan Ratnawulan dan. cepp.! Anak panah itu tepat sekali menancap di dada kiri Mahapati dan menembus jantungnya. Bagawan Mahapati mengeluarkan jerit seperti bunyi burung gaok lalu tubuhnya terhuyung-huyung dan roboh menelungkup dalam keadaan tak bernyawa lagi. Ratnawulan tersenyum, dan ketika semua orang berlari-lari menghampiri untuk menolongnya, mereka melihat dara perkasa itu jatuh berlutut dan terdengar oleh mereka gadis itu mengeluh. "Indrajaya.Adiprana.tunggu.!" Kemudian tubuhnya terguling dan ketika mereka mengangkatnya, ternyata bahwa dara perkasa itu telah meninggalkan dunia ini! Suasana haru meliputi alun-alun dan bahkan terdengar isak tangis para anggota Candrasa Bayu yang menyedihi kematian pemimpin atau pelatih mereka. Sementara itu, kerajaan telah dapat dibersihkan dari pengaruh para dorna dan pembesar jahat, dan dengan segala kehormatan, diiringi oleh suara gamelan dan sorak-sorai penduduk, Sang Prabu Jayanagara lalu kembali ke kora raja untuk menduduki singgasana lagi. Semua rakyat menyambut kemenangan ini dengan girang dan bahagia. Dan semenjak saat itu, Jayanagara memerintahkan dengan tenang dan samai sampai tiba saatnya ia mangkat dalam tahun 1328. Kalau semua orang sedang bergembira menyambut kembalinya Sang Prabu Jayanagara, terdapat seorang wanita di puncak Mahameru yang duduk bersiladi hadapan Panembahan Mahendraguna atau Eyang Semeru dengan wajah pucat. Dia ini adalah DaraLasmi yang telah diberitahu tentang tewasnya Ratnawulan, dan hanya kata-kata bijaksana wejangan-wejangan Eyang Semeru jualah yang dapat menghibur hatinya. Semenjak hari itu, Dara Lasmi makin tekun dalam tapanya di puncak Mahameru, menanti datangnya panggilan Yang Maha agung untuk kembali kealam asalnya. TAMAT


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KERIS MAUT

KERIS PUSAKA NOGOPASUNG BAGIAN 1

JAKA GALING